Perbatasan RI Malaysia
18 Tahun jadi Guru Honorer di Perbatasan RI-Malaysia, Lulusan S1 ini Diupah Rp 300 Ribu Per Bulan
18 tahun jadi guru honorer di perbatasan RI-Malaysia, lulusan S1 ini diupah Rp 300 ribu per bulan
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
"Ya kami cukup-cukupi saja kebutuhan ekonomi keluarga. Ketiga anak saya masih SD dan istri seorang ibu rumah tangga saja. Kami harap Pemerintah Kabupaten dan Provinsi untuk bisa menaikan gaji honorer. Kalau bisa kami juga diprioritaskan untuk menjadi PPPK," ungkapnya.
Meski jauh dari ibukota kecamatan, Daud menuturkan niat mulianya untuk terus mengabdi menjadi guru di perbatasan.
"Saya ingin memajukan ilmu pengetahuan bagi anak-anak perbatasan. Sehingga mereka bisa menjadi generasi penerus yang berkualitas. Saya yakin mereka bisa mendapatkan hak yang sama seperti siswa/ siswi di daerah lainnya," imbuhnya.
Jaringan Jadi Kendala Guru Update Informasi
Ilmu pengetahuan tidak terlepas dari kemajuan teknologi dan informasi.
Namun, bagi masyarakat di perbatasan RI-Malaysia hal itu hingga kini masih jadi keluhan mereka.
Jaringan yang belum stabil membuat masyarakat, utamanya para guru kurang mengupdate ilmu pengetahuan yang berkembang di luar sana.
Baca juga: Tingkatkan Budaya Literasi di Perbatasan RI-Malaysia, Pemkab Nunukan Dapat Hibah Aplikasi I
Baca juga: Satu Tahun Korem Berdiri, Danrem 092 Maharajalila Brigjen Suratno Fokus Jaga Perbatasan RI-Malaysia
Baca juga: Dapat Rp200 Juta di Ajang Sholawat Nabi di Mesir, Putra Perbatasan RI-Malaysia Ngaku Buat Bantu Ortu
"Kalau saya di Tau Lumbis sekarang pasti nggak bisa wawancara gini. Jaringannya kadang baik kadang tidak. Kebetulan saya di pesisir Mansalong sekarang. Jadi jaringannya sedikit bagus. Kami masih kesulitan update perkembangan ilmu pengetahuan," pungkasnya.
Selain itu, akses jalan ke sekolah juga belum tersentuh aspal, sehingga membuat siswa/ siswi termasuk para guru terkendala pergi sekolah jika sedang hujan deras.
"Tapi agak sedikit mending dari sekolahan di tempat lain. Selain karena letaknya di pengunungan, di sini tanahnya agak keras. Jadi walaupun hujan masih bisa dilewati. Kecuali hujannya deras sekali. Sekolah sudah mulai tatap muka Maret lalu. Karena sampai saat ini belum ada kasus konfirmasi positif Covid-19 di sini," beber Daud.
Penulis: Febrianus felis.
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official