Berita Daerah Terkini

Kesimpulan Studi Vaksin Covid-19 CoronaVac Libatkan 71.455 Nakes Dirilis, Berikut Hasil Lengkapnya

Kesimpulan studi vaksin Covid-19 CoronaVac libatkan 71.455 tenaga kesehatan atau nakes dirilis, berikut hasil lengkapnya.

SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
VAKSINASI NAKES - Vaksinator melakukan vaksinasi kepada tenaga kesehatan RS Husada Utama, Jumat (15/1). Sebanyak 60 tenaga kesehatan di RS Husada Utama di vaksinasi Covid-19 pada hari pertama. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNKALTARA.COM, JAKARTA – Kesimpulan studi vaksin Covid-19 CoronaVac libatkan 71.455 tenaga kesehatan atau nakes dirilis, berikut hasil lengkapnya.

Studi oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan yang dilaksanakan dengan melibatkan 71.455 tenaga kesehatan ( nakes) telah menghasilkan kesimpulan.

Studi ini sendiri, dilaksanakan dan digelar oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan di DKI Jakarta.

Studi ini digelar untuk m'elihat efektifitas vaksin CoronaVac dalam memerangi virus corona.

Baca juga: Pasca Vaksinasi Moderna bagi Nakes di Tarakan Ada Laporan KIPI Ringan, Sehari Sudah Sembuh

Baca juga: Vaksinasi Gotong Royong Sudah Dimulai, Jubir Satgas Covid-19 Kota Tarakan dr Devi Beber Sasarannya

Studi dilakukan dengan mengamati kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pada nakes yang sudah mendapatkan vaksin CoronaVac satu dosis, dua dosis dan belum divaksin.

Termasuk mengamati perawatan dan kematian karena virus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi pun memaparkan hasil dari studi tersebut.

"Hasil studi ini menyimpulkan jika pada periode Januari dan Maret 2021 vaksin CoronaVac cukup efektif dalam mencegah infeksi Covid-19," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Jumat (13/8/2021).

Namun April dan Juni vaksinasi lengkap kurang cukup melindungi nakes dari infeksi Covid-19.

Meski demikian, Nadia menambahkan jika vaksin lengkap masih efektif melindungi dari risiko perawatan dan kematian Covid-19.

Pada Januari-Maret proposi nakes yang dirawat dan belum divaksinasi adalah 12 persen. Sedangkan yang telah divaksinasi dosis pertama adalah 19,3 persen 

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Jenis Moderna Digelar di RSUD Tarakan, Sasar 160 Tenaga Kesehatan di Hari Pertama

Selanjutnya nakes yang telah mendapatkan dosis kedua adalah 18 persen.

Sementara itu April dan Juni proporsi nakes dirawat belum divaksin, meningkat dua kali lipat 24 persen. 

Sedangkan yang telah divaksin dosis pertama turun menjadi 8,1 peren. Di sisi lain yang telah divaksin dua kali berkurang 6 kali lebih rendah menjadi 3,3 persen.

Vaksin Sinovac Bisa Cegah Infeksi hingga Kematian

Hasil studi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terungkap, pemberian vaksin Sinovac dosis lengkap bisa mencegah 100 persen dari kematian akibat Covid-19 pada hari ke-28.

Penelitian ini dilakukan Kemenkes untuk mengetahui efektivitas vaksin Sinovac terhadap infeksi, perawatan, dan kematian akibat terpapar Covid-19.

Menariknya, studi dilakukan terhadap 25.374 tenaga kesehatan (Nakes) yang bertugas di DKI Jakarta selama 13 Januari- 18 Maret 2021 lalu.

Target atau subjek studi yang dilakukan Kemenkes berfokus pada tenaga kesehatan yang menerima vaksin Covid-19 dosis pertama maupun dosis kedua (lengkap).

Baca juga: Vaksinasi Dosis 2 di Polres Nunukan, AKP Andre Bachtiar Sebut 30 Vial Vaksin Sinovac untuk 300 Orang

Dalam relese dari Kemenkes yang diterima pada Sabtu (7/8/2021), terungkap pemberian vaksin dosis lengkap bisa mencegah 100 persen dari kematian akibat Covid-19 pada hari ke-28.

Kemudian 94 persen mencegah infeksi Covid-19 pada hari ke-28, dan 96 persen mencegah perawatan pada hari ke-14.

Jika dibandingkan dengan efektivitas bagi mereka yang melakukan vaksin dosis pertama, didapatkan 13 persen dapat mencegah infeksi Covid-19 pada hari ke-14, serta 53 persen dapat mencegah perawatan pada hari ke-7.

Seperti diketahui, sejaknya ditemukan vaksin Covid-18 dari China ini, Indonesia menjadi salah satu negara pengguna vaksin Sinovac sebagai upcaya memerangi virus Corona atau Covid-19.

Vaksin sinovac tiba kali pertama di Indonesia pada  Minggu (6/12/2020).

Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Sinovac tiba di Bandara Soekarno-Hatta saat itu diangkut menggunakan pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-300ER.

Vaksin Sinovac dikembangkan perusahaan farmasi asal China bernama CoronaVac.

Namun, karena perusahaan pembuat vaksin tersebut bernama Sinovac, orang banyak menyebutnya vaksin Sinovac.

Baca juga: Ada AstraZeneca, Sinovac, hingga Moderna, Mana Vaksin yang Efektif Tangkal Varian Delta?

Efektivitas Vaksin untuk Lansia

Pada studi tersebut, Kemenkes juga melakukan studi efektivitas Sinovac dalam mencegah Covid-19 bergejala dan kematian akibat Covid-19 pada lansia di atas 60 tahun setelah 14 hari menerima vaksinasi.

Penelitian dilakukan terhadap 86.916 lansia di DKI Jakarta selama periode Maret-April 2021.

Studi berfokus pada lansia yang telah menerima vaksin dosis pertama, dosis lengkap, maupun yang belum menerima vaksinasi.

Hasil studi tim Kemenkes yang diterima Sabtu (7/8/2021), pemberian vaksin dosis lengkap pada lansia dapat mencegah 85 persen Covid-19 bergejala pada hari ke-28.

Kemudian, mencegah perawatan hingga 92 persen. Serta 95 persen mencegah kematian pada lansia akibat virus corona.

Sementara pada lansia yang menerima dosis pertama, didapati 35 persen dapat mencegah Covid-19 bergejala.

Metode studi dilakukan pada ribuan lansia yang tidak memiliki riwayat PCR (+) Covid-19 sebelum vaksinasi dan sebelum masa pengamatan dimulai.

Sebanyak 40.245 lansia telah mendapatkan vaksinasi lengkap pada periode 4–29 Maret 2021.

Diamati hingga 28 hari pasca vaksinasi dan dibandingkan dengan lansia yang belum mendapatkan vaksinasi dengan periode follow-up Maret–Mei 2021.

Sebanyak 6.446 lansia baru menerima vaksin Sinovac dosis pertama.

Serta 40.245 lansia penerima dosis lengkap.

"Vaksinasi dosis lengkap memberikan proteksi dalam menurunkan risiko Covid-19 bergejala, perawatan dan kematian pada lansia," tulis keterangan Kemenkes.

Baca juga: 200 Dosis Vaksin Sinovac Bagi Nelayan Pesisir, Lantamal XIII Tarakan akan Jemput Bola ke Tambak

Apa itu vaksin Sinovac

Sinovac, perusahaan obat asal China, mengembangkan vaksin virus corona baru bernama CoronaVac.

Vaksin tersebut adalah salah satu jenis vaksin corona yang kini digunakan di Indonesia.

Sinovac menggunakan metode inactivated untuk mematikan virus.

Sehingga, vaksin virus corona yang dibuat Sinovac tidak mengandung virus hidup atau yang dilemahkan.

Sinovac telah melakukan tahap uji klinis untuk memastikan keamanannya.

Dirangkum dari New York Times, berikut 6 cara kerja vaksin Sinovac:

1. Terbuat dari virus corona

Untuk membuat CoronaVac, para peneliti Sinovac memulainya dengan mengambil sampel virus corona dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss.

Satu sampel dari China akhirnya menjadi dasar pembuatan vaksin.

CoronaVac bekerja dengan membuat antibodi untuk melawan virus corona SARS-CoV-2. Antibodi menempel pada protein virus.

2. Menonaktifkan virus corona

Para peneliti menumbuhkan stok besar virus corona di sel ginjal monyet. Kemudian, mereka menonaktifkan virus dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolakton.

Virus corona yang tidak aktif tidak bisa lagi bereplikasi. Tetapi, protein mereka tetap utuh.

Para peneliti kemudian menarik virus yang tidak aktif dan mencampurkannya dengan sejumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan.

Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Bulungan Tertinggi di Kaltara, Kadinkes Imam Sujono Ungkap Rahasianya

Adjuvan merangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan responsnya terhadap vaksin.

3. Mendorong respons kekebalan tubuh

Karena virus corona di vaksin Sinovac sudah mati, maka bisa disuntikkan ke tubuh manusia tanpa menyebabkan Covid-19.

Begitu masuk ke dalam tubuh, beberapa virus yang tidak aktif ditelan oleh sejenis sel kekebalan yang disebut sel pembawa antigen.

Sel yang membawa antigen merobek virus corona dan memunculkan beberapa fragmen di permukaannya.

Lalu, sel T dalam tubuh mendeteksi fragmen tersebut.

Jika fragmen cocok dengan salah satu protein sel, sel T menjadi aktif dan dapat membantu merekrut sel kekebalan lain untuk merespons vaksin.

4. Membuat antibodi

Jenis sel kekebalan lain, sel B juga dapat menghadapi virus corona yang tidak aktif.

Sel B memiliki protein dalam berbagai bentuk, dan beberapa mungkin memiliki bentuk yang tepat untuk menempel pada virus corona.

Ketika sel B terkunci, ia dapat menarik sebagian atau seluruh virus dan menampilkan fragmen virus corona di permukaannya.

Sel T membantu mencocokkan fragmen dengan sel B.

Jika cocok, sel B juga diaktifkan, berkembang biak, dan mengeluarkan antibodi untuk melawan virus corona.

5. Menghentikan virus

Setelah divaksinasi dengan vaksin Sinovac, sistem kekebalan tubuh dapat merespons infeksi virus corona hidup.

Sel B menghasilkan antibodi yang menempel pada virus corona dan mencegah virus memasuki sel.

Jenis antibodi lain dapat memblokir virus dengan cara lain.

6. Mengingat virus

Setelah divaksinasi, sistem kekebalan tubuh memiliki sel khusus yang disebut sel B yang mungkin menyimpan informasi tentang virus corona selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa dekade.

(Tribunnews.com/ kontan.co.id/ Rina Ayu/ Virdita Ratriani/Aisyah Nursyamsi)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Studi Libatkan 71.455 Nakes, Kesimpulannya Vaksin CoronaVac Efektif Minimalisir Risiko Covid-19

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Studi Kemenkes Ungkap Efektivitas Vaksin Sinovac Cegah Infeksi Hingga Kematian Akibat Covid-19

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved