Berita Nunukan Terkini
Ratusan Anak Sekolah di Nunukan Bantu Ortangtua Ikat Rumput Laut, Disdikbud Buat Kejar Pabettang
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Nunukan Widodo membuat terobosan Kejar Pabettang (Kelas Belajar di Pondok Pabettang).
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Kabid Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Nunukan, Widodo buat terobosan Kejar Pabettang (Kelas Belajar di Pondok Pabettang).
Inovasi pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 itu diajukan Widodo dalam Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) angkatan II LAN RI Makassar tahun 2021.
Widodo mengaku, selama pandemi Covid-19 ini, ratusan anak sekolah baik tingkat SD maupun SMP di Nunukan, yang terlibat membantu orangtuanya mabettang (mengikat rumput laut).
Baca juga: Produksi Rumput Laut di Nunukan Capai 3.500 Ton Perbulan, Wabup Hanafiah: Potensi Migas Tergeser
Bahkan, juga banyak siswa yang memilih putus sekolah, lantaran tergiur dengan uang hasil mabettang bersama orang tuanya.
Widodo beberkan data siswa putus sekolah di Kabupaten Nunukan untuk tingkat SMP capai 2 persen. Sedangkan, untuk tingkat SD capai 0,8 persen.
Baca juga: Siswa Pilih Bekerja Ikat Rumput Laut saat Sekolah Terapkan BDR, Begini Tanggapan Disdikbud Nunukan
"Saya data ada sebanyak 501 anak dari empat sekolah yang membantu orang tuanya mabettang. Empat sekolah itu yakni SDN 002 Nunukan Selatan, SDN 004 Nunukan Selatan, SMPN 2 Nunukan Selatan, dan SMPN 3 Nunukan Selatan," kata Widodo kepada TribunKaltara.com, Jumat (15/10/2021), pukul 13.00 Wita.
Lanjut dia,"Siswa yang putus sekolah karena ikut mabettang ada 17 anak. Kita punya program nasional wajib belajar 9 tahun. Artinya sampai dengan tingkat SMP tidak ada anak yang putus sekolah. Tapi kenyataannya di lapangan berbeda, ini tantangan bagi kita di Nunukan," tambahnya.

Menurut Widodo, untuk menekan angka putus sekolah di Nunukan, konsep belajar Kejar Pabettang, jadi solusinya.
Melalui program yang bertagline 'Belajar Tetap, Ekonomi Dapat', Widodo harapkan angka partisipasi sekolah juga meningkat.
"Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nunukan paling rendah di wilayah Kaltara. Capaian indikator kinerja pengelolaan pendidikan Kabupaten Nunukan masih di bawah capaian kinerja provinsi dan nasional," ucapnya.
Baca juga: Bakal ada Perusda Pengolahan Rumput Laut, Zainal Paliwang: Insya Allah Ekspor Langsung dari Kaltara
Widodo menjelaskan, pondok Pabettang hanya sebuah konsep belajar, namun mengenai lokasi dapat menyesuaikan tempat yang layak untuk digunakan belajar maupun mengajar.
"Makanya tagline kita 'Belajar Tetap, Ekonomi Dapat'. Artinya belajar tetap bisa berlangsung, ekonomi keluarga juga terbantu. Anak-anak yang membantu orang tuanya bekerja kita anggap kearifan lokal di Nunukan. Sehingga perlu dilestarikan," ujarnya.
Pendekatan konsep Kejar Pabettang, kata Widodo menggunakan model Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Widodo menuturkan, sebelum memberikan pengajaran, guru diberikan Bimtek terlebih dahulu.
"Guru yang akan mengajar akan membuat LKPD yang isinya ada penjelasan materi lalu latihannya. Metode kedua adalah melalui Daring. Jadi tidak tiap hari belajar di pondok. Misalnya tiga hari belajar di pondok, sisanya PTM terbatas dan Daring," tuturnya.
Widodo katakan yang jadi tantangan yakni guru memiliki kesibukan ganda yakni mengajar di kelas konvensional dan juga di pondok Pabettang.
Baca juga: Dinas Perdagangan Minta Pengepul Rumput Laut di Kabupaten Nunukan Segera Miliki Izin Usaha
"Proposalnya sudah di setujui dewan penguji. Saat ini mulai pembentukan tim efektif. Ada 10 tahap sampai pelaksanaan. Untuk pilot project diawal kita libatkan dulu beberapa kelas dari empat sekolah di Nunukan Selatan," ungkapnya.
Bahkan, Widodo sampaikan pada Kejar Pabettang ada tambahan kelas inspirasi. Hal itu perlu dilakukan untuk menumbuhkan minat belajar anak dan keterlibatan orang tua dalam mengawasi anak.
"Nanti ada kelas inspirasi, isinya bukan hanya anak tapi orang tua. Tokoh sukses akan kita undang untuk jadi pembicara mengenai kisah suskes. Secara teknis kita masih bahas. Untuk lama belajar di pondok tidak lebih dari satu jam," imbuhnya.
(*)
Penulis: Febrianus Felis