Berita Nunukan Terkini
Maulid Nabi Muhammad SAW di Nunukan Digelar di Islamic Center, Terapkan Protokol Kesehatan Ketat
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Nunukan, Kalimantan Utara bakal dihelat pada 27 Oktober 2021.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Amiruddin
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Nunukan, Kalimantan Utara bakal dihelat pada 27 Oktober 2021.
Diketahui, Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini jatuh pada tanggal 19 Oktober 2021.
Baca juga: Hadapi FC Porto di Liga Champions, AC Milan Beri Ucapan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Namun, di Kabupaten Nunukan, perayaannya baru dilaksanakan pada Rabu (27/10) mendatang.
"Kalau peringatan keagamaan seperti ini, yang penting masih dalam bulan yang sama, tidak masalah," kata Asisten I Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Pemkesra) Setkab Nunukan, Muhammad Amin, kepada TribunKaltara.com, Rabu (20/10/2021), pukul 10.30 Wita.
Amin mengaku, pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW akan berlangsung di Masjid Islamic Center Nunukan, pukul 09.00 Wita.
"Persiapannya pukul 08.00 Wita, ya paling mulainya pukul 09.00 Wita sampai pukul 11.00 Wita. Target sebelum Salat Dzuhur sudah selesai," ucapnya.
Kendati Nunukan perpanjang PPKM Level 2, Amin berharap protokol kesehatan Covid-19 tetap dijalankan dengan baik dan maksimal.
"Karena kita zona kuning, maka jamaah 50 persen dari kapasitas masjid. Kami harap panitia dan jamaah bisa memperhatikan pelaksanaannya sesuai protokol kesehatan," ujarnya.
Amin beberkan, penceramah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Nunukan nanti yakni Ketua MUI Kaltara.
"Nanti penceramahnya dari Ketua MUI Kaltara," tuturnya.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Maulid Nabi 1443 H, Cocok Jadi Status Facebook, Twitter, Instagram, hingga WhatsApp
Selain itu, Amin mengajak masyarakat Nunukan yang merayakan Maulid Nabi untuk terus meneladani sifat dan perilaku Nabi Muhammad SAW.
"Mari jadikan momentum Maulid Nabi ini untuk meneladani perilaku dan perbuatan Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan bagi kita umat Islam," ungkapnya.

Diperingati Setiap 12 Rabiul Awal, Ini Sejarah Peringatan Maulid Nabi yang Umat Muslim Perlu Ketahui
Berikut ini merupakan sejarah awal peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diperingati umat muslim setiap 12 Rabiul Awal.
Dalam artikel ini pula TribunKaltara.com menyajikan nilai yang bisa dipetik dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada Selasa 19 Oktober 2021 har ini.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini harus dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19.
Bahkan sebagai upaya menekan penularan Covid-19, pemerintah memutuskan menggeser libur yang sedianya jatuh hari ini ke Rabu 20 Oktober 2021 besok.
Meski begitu, umat muslim tetap bisa memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan prokes secara ketat.
"Sebagai antisipasi munculnya kasus baru Covid-19, hari libur Maulid Nabi digeser 20 Oktober 2021," tegas Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin di Jakarta, Sabtu (9/10/2021).
Peringatan Maulid Nabi tetap jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.
Hanya saja, libur nasional atas Maulid Nabi digeser menjadi 20 Oktober 2021.
Jadi, 12 Rabiul Awal yang jatuh pada Selasa (19/10/2021) tidak dinyatakan sebagai hari libur.
Kebijakan Kemenag berhubungan dengan tradisi Maulid Nabi yang masih ada di masyarakat hingga sekarang.
Dikutip dari laman Mahkamah Agung RI, pn-marabahan.go.id., sebagian umat Islam memperingati maulid Nabi dengan melakukan perayaan sebagai ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad
Tradisi perayaan Maulid Nabi sudah ada sejak zaman dahulu.
Ada berbagai versi sejarah tentang asal mula perayaan Maulid Nabi.
Namun, yang terpenting dari perayaan Maulid Nabi adalah tujuan serta manfaat yang diperoleh.
Mari mengenal lebih jauh tentang sejarah perayaan Maulid Nabi dan nilai yang bisa dipetik dari tradisi ini.
Selengkapnya, simak informasi berikut ini.
Baca juga: Link Twibbon Maulid Nabi Muhammad SAW, Kirim dan Bagikan Ucapan di Media Sosial
Perayaan Maulid Nabi Pertama Kali
Peringatan ini dilakukan pertama kali oleh Raja Irbil (sekarang Irak) bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri pada awal abad ke 7 Hijriyah.
Dalam kitab Tarikh, Ibn Katsir berkata:
"Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya."
Kemudian, Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi menjelaskan tentang peringatan tersebut Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama.
Ulama yang hadir adalah para ahli dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya.
Sultan Al-Muzhaffar telah melakukan berbagai persiapan sejak tiga hari sebelum peringatan Maulid Nabi.
Dia menghidangkan ribuan kambing dan unta kepada hadirin yang ikut memperingati Maulid Nabi.
Sebagian ulama saat itu membenarkan dan menyetujui tindakan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut.
Mereka beranggapan Maulid Nabi baik untuk diperingati dengan cara bersedekah seperti itu.
Dalam kitab Wafayat Al-A`yan, Ibn Khallikan menceritakan Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam, kemudian ke Irak.
Ketika Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia berpendapat Sultan Al-Muzhaffar sangat perhatian terhadap perayaan Maulid Nabi.
Kemudian, Al-Hafizh Ibn Dihyah menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi berjudul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”.
Buku tersebut dihadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.

Tradisi Maulid Nabi Hingga Sekarang
Sejak peringatan Maulid Nabi pertama kali itu, tradisi Maulid Nabi dilakukan oleh sebagian umat Islam hingga sekarang.
Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadis telah menyatakan demikian.
Adapun ulama tersebut adalah:
- Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H),
- Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H),
- Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911 H),
- Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H),
- SyeIkh Ibn Hajar Al-Haitami (w. 974 H),
- Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H),
- Al-Imam Al-Izz ibn Abd Al-Salam (w. 660 H),
- Mantan mufti Mesir, Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i (w. 1354 H),
- Mantan Mufti Beirut Lubnan yaitu Syeikh Mushthafa Naja (w. 1351 H).
Kemudian, perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi umat Islam setiap bulan Rabiul Awal bagi generasi umat Islam dari masa ke masa.
Selain pendapat pertama tentang perayaan pertama oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut, ada juga pihak lain yang mengatakan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi.
Sultan Salahuddin merayakan Maulid Nabi untuk membangkitkan semangat umat islam pada masa Perang Salib.
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ
Artinya:
“Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.”[2]
Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ
Artinya:
“Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.”[3]
Sumber lain mengatakan perayaan Maulid pertama kali diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah.
Nilai yang diperoleh dari Peringatan Maulid Nabi, dikutip dari Kemenkumham.go.id
Baca juga: Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW, Mengenal Hari Kelahiran dan Perayaannya
1. Nilai spiritual
Nilai spiritual yang didapatkan dari perayaan Maulid Nabi adalah menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad.
Ekspresi kegembiraan dalam perayaan tersebut merupakan ceriminan penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad merupakan sosok Nabi yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Sehingga, umat Islam wajib meneladani sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad.
Dengan mengingat Maulid Nabi, maka hati akan tergerak mengucap shalawat Nabi dan amalan-amalan lain.
2. Nilai moral
Nilai moral yang dapat diambil dari perayaan Maulid Nabi adalah menyimak akhlak terpuji dari Nabi Muhammad SAW.
Adapun akhlak terpuji itu merupakan ajaran moral yang baik untuk seluruh umat manusia.
Kemudian, diharapkan umat manusia dapat mempraktikan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, nasihat dan pengarahan dari para ulama dalam perayaan Maulid Nabi juga dapat menjadi tuntunan dan bimbingan agama.

3. Nilai persatuan
Nilai persatuan berkaitan erat dengan nilai sosial.
Nilai persatuan menggambarkan persatuan umat Islam dalam memperingati Maulid Nabi.
Umat Islam bersatu dalam suasana suka cita menyambut peringatan kelahiran Nabi Muhammad.
Selain itu, Maulid Nabi juga mengingatkan tentang perayaan Maulid Nabi pada masa Perang Salib yang dapat mempersatukan kekuatan dan kebersamaan para pejuang Islam.
4. Nilai sosial
Nilai sosial dari adanya perayaan Maulid Nabi adalah terjalinnya hubungan yang baik antar manusia.
Hubungan tersebut menggambarkan kerukunan umat Islam dalam membantu sesama.
Terutama bagi orang yang menyediakan hidangan dan jamuan bagi para tamu dari golongan fakir miskin.
Maulid Nabi bisa menjadi tradisi untuk mensyukuri rahmat Allah yang diberikan melalui perayaan Maulid Nabi.
(*)
Penulis: Febrianus Felis