Wawancara Eksklusif
Cerita Wali Kota Tarakan Khairul: Dua Tahun Lewati Pandemi, Percepat Digitalisasi
Cerita Khairul di Momen HUT ke-24 Kota Tarakan (Part 1) Dua Tahun Melewati Pandemi, Tarakan Bersiap Menuju Rebound, Wujud Smart City Percepat Digitali
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
“Seluruh wilayah kita sudah terkoneksi dengan internet. Jadi sebenarnya bagian mendukung program smart city. Tidak ada daerah blankspot,” ujarnya.
Di pemerintahan lanjutnya, sejak awal menjabat usai dilantik 1 Maret 2019 lalu, Khairul mengungkapkan sudah mulai melakukan pembangunan infrastruktur salah satunya fiber optic (FO) dalam rangka mendukung keandalan digitalisasi di Pemkot Tarakan.
“Dan tidak hanya di pemerintahan, di masyarakat juga bisa dimanfaatkan. Sehingga disamping dibangun pihak ketiga, kami siapkan sendiri di lingkungan kita untuk percepatan dan keandalan digitalisasi Kota Tarakan,” ujarnya.
Sehingga lanjut Khairul, sistem pelayanan pun sebagian besar sudah terdigitalisasi. Misalnya contoh kecil ingin mendaftar ke rumah sakit tak perlu datang ke lokasi dan mengantre lama.
Baca juga: Puluhan Layang-layang di Pantai Amal Ikut Meriahkan HUT ke-24 Tarakan, Panjangnya 100 Meter
“Cukup daftar online. Begitu juga di puskesmas semua bisa melalui aplikasi. Kami juga mulai menerapkan proses cash lash atau pembayaran non tunai. Semua menggunakan QR code dan mobile banking,” ujarnya.
Kemudian di pemerintahan hampir semua pelayanan digital sudah online dan tak perlu datang ke kantor atau instansi yang dituju.
Ia memberikan contoh misalnya mengurusi perizinan di Dinas Penanaman Modal dan Terpadu Satu Pintu (DPM TSP) maka warga tak perlu datang mengantre.
“Cukup lewat online. Itu sudah hampir kita lakukan lewat OSS,” ujarnya.
Di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tarakan misalnya juga turut dilakukan kepengurusan online. Dan tidak perlu lagi datang ke lokasi.
“Memang masih ada masyarakat kita belum tahu akan kemudahan ini. Sehingga masih ada yang datang ke Disdukcapil untuk mengurus manual. Saya kira ini pelan-pelan kita sosialisasi,” ujarnya.
Ia tak menampik, masyarakat tentu tak semua cepat memahami dan tidak semua masyarakat didukung perangkat teknologi.
Sehingga lanjutnya, dua hal ini menjadi kendala besar dalam percepatan digitalisasi. Namun lanjutnya, dari sisi pendidikan dan pengetahuan khususnya pemberdayaan terhadap kelompok-kelompok tertentu. 2022 mendatang akan dianggarkan pelatihan untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
“Bagaimana mereka menggunakan aplikasi, memasarkan produk melalui marketplace yang kami temukan masih banyak belum tahu. Dan ini upaya kami yang akan kami kejar. Apalagi mereka yang berasal dari kalangan ibu rumah tangga dan menjadi pelaku UMKM,” ujarnya.
Tentu ini perlu pelatihan dan pembimbingan. Kemudian kerja sama dengan berbagai pihak membuka wawasan digital masyarakat juga pihaknya sangat welcome dan ini dinilai membantu pemerintah.
“Ini persoalan kendala di kemampuan SDM. Meski hanya sebagian kecil tapi ini juga harus diakomodir dan pelan-pelan kita akan masuk ke sana,” ungkapnya.