Berita Nunukan Terkini
Tinggal Sebatang Kara, Nenek Benedikta Rayakan Natal di Rumahnya, Tersenyum Saat Dikunjungi Wartawan
Benedikta Petebine (69), seorang nenek yang tinggal di Jalan Pangeran Antasari, RT 021, Kelurahan Nunukan Tengah.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Benedikta Petebine (69), seorang nenek yang tinggal di Jalan Pangeran Antasari, RT 021, Kelurahan Nunukan Tengah.
Ia tinggal sebatang kara, setelah dua putranya meninggal dunia beberapa tahun silam.
Nenek Benedikta tinggal di sebuah rumah dengan ukuran 4×3 meter, beralaskan tikar lantai yang sudah tampak sobek. Dinding rumahnya terbuat dari kayu dengan sedikit sela pada dinding, sehingga ketika hujan percikan air mudah masuk ke dalam rumahnya.
Baca juga: Viral Kisah Nenek 70 Tahun Tidur di Lemari, Tinggal Sebatang Kara di Warkopnya di Surabaya
Sementara dapur nenek Benedikta masih beralaskan tanah, lantaran ia memasak masih menggunakan kayu bakar yang dia ambil di hutan.
Saat ditemui TribunKaltara.com di rumahnya, nenek Benedikta tampak senang. Bahkan, ia sampai meninggalkan air yang baru ia tuang dalam kuwali, di atas tungku api. Ternyata nenek Benedikta baru mau menanak nasi.
Dari raut wajahnya yang sudah keriput, nenek Benedikta memberikan senyuman saat dikunjungi rumahnya.
Nenek Benedikta yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, hanya bisa menggunakan bahasa daerah untuk merespon lawan bicaranya.
Baca juga: Harap Vino Bocah Malang Yatim Piatu Karena Covid-19 Merasa tak Sebatang Kara, Bupati Kubar Pesan ini
Saat ditanyai mengenai keberadaan anaknya, ia mengaku kedua putranya sudah meninggal dunia.
"Anak ada dua. Satunya meninggal di Malaysia karena sakit dan satu lagi meninggal di Nunukan setelah jatuh dari atas pohon," kata James tetangga nenek Benedikta yang menerjemahkan ucapannya, Minggu (26/12/2021), sore.
Sementara itu, sang suami sudah lama meninggalkan nenek Benedikta dan saat ini berada di kampung. Dan menurut James, ia tak pernah melihat sama sekali sosok suami nenek Benedikta.
"Suami saya ada di kampung. Saya tinggal sendiri di rumah," ucap nenek Benedikta.
Keseharian nenek Benedikta, mengambil kayu bakar di hutan, berkebun, mengambil air di sumur, dan sesekali memancing ikan di sungai yang tak jauh dari rumahnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nenek Benedikta menjual buah pepaya dan pisang yang ia tanam dikebun milik tetangga. Dan tak jarang juga ia mendapat bantuan sembako dari beberapa komunitas sosial.
"Saya sering ambil kayu bakar di hutan. Kalau listrik ada meteran sendiri, terus untuk pulsanya ada tetangga yang belikan. Karena mereka sambung listrik di sini," ujarnya.
Lanjut nenek Benedikta,"Saya jual pisang dan buah pepaya ke orang-orang. Baru saya beli sayur dan lain-lain," tambahnya.