Berita Tana Tidung Terkini

Pandemi Covid-19 Produksi Hanni Batik Meningkat, Pelanggan Mulai dari ASN hingga Masyarakat Umum

Di tengah pandemi Covid-19 berbagai sektor merasakan dampaknya, salah satunya pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM.

Penulis: Rismayanti | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/RISNAWATI
Hanni Batik, produk batik khas Tana Tidung. Berlokasi di Desa Tideng Pale Timur, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Di tengah pandemi Covid-19 berbagai sektor merasakan dampaknya, salah satunya pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM.

Banyak yang terpaksa gulung tikar karena sudah tidak mampu membiayai usaha sendiri.

Namun, hal itu bertolak belakang dengan yang dialami Hanni Batik yang berlokasi di Kabupaten Tana Tidung ini.

Owner Hanni Batik, Safrini Sari bahkan mengaku, produksi batiknya malah meningkat di tengah pandemi Covid-19 ini.

Baca juga: Empat Kali Ikut Pelatihan, Owner Hanni Batik Marzuki Sebut Sudah Bisa Produksi Sendiri

Dia mengatakan, pihaknya sangat terbantu dengan adanya edaran Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), yang menyerukan semua apatur sipil negara atau ASN di Kaltara memakai batik lokal.

Selama pandemi Covid-19 ini, justru meningkat. Perkembangan produksi Hanni Batik, Alhamdulillah semakin menjanjikan lah," ujarnya kepada TribunKaltara.com.

Baca juga: Bikin Bangga, Intip Deretan Outfit Batik Buatan Pengrajin Indonesia yang Dipakai Pemain NBA

Dia menyampaikan, konsumen Hanni Batik juga tidak hanya dari kalangan ASN, karyawan swasta maupun masyarakat umum pun menjadi pelanggan setianya.

Meski Hanni Batik selalu banjir orderan dan semakin dikenal masyarakat Kaltara, namun tentu tetap perlu genjar promosi.

Soal harga, Rini sapaan akrabnya mengatakan berkisar dari Rp 300 ribu sampai Rp 375 ribu, tergantung dari bahan yang digunakan.

Hanni Batik, produk batik khas Tana Tidung. Berlokasi di Desa Tideng Pale Timur, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung
Hanni Batik, produk batik khas Tana Tidung. Berlokasi di Desa Tideng Pale Timur, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung (TRIBUNKALTARA.COM/RISNAWATI)

"Kalau catoon saya ndak mau jual terlalu mahal, karena kasian jahitnya mahal.

Tapi kita juga ada jual yang sudah bentuk baju. Harganya itu dari Rp 500 ribu sampai Rp 575 ribu," sebutnya.

Wanita Tidung ini menyampaikan, Hanni Batik selalu mengambil bahan dari Pulau Jawa. Mengingat, bahan batik tidak ada di Kalimantan.

Baca juga: Mengenal Batik Lulantatibu Khas Nunukan, Produk UMKM Kaltara,Unik Berkat Gabungan Motif 4 Suku Dayak

"Makanya harganya lebih tinggi, karena ongkos kirimnya juga mahal. Sudah gitu, cukup sulit juga dapatkan bahannya.

Karena di Jawa pun kadang kosong. Bahan kami yang premium itu, bisa sampai 5 bulan kosong terus," terangnya.

Lebih lanjut dia sampaikan, bahan pewarna yang digunakan yakni sintetis remasol, karena peminatnya yang banyak.

Baca juga: Sambangi Rumah Batik Disabilitas, Mensos Risma Borong Batik Khas Tarakan, Soni: Surprise Awal Tahun

"Kita milih ini karena peminat remasol itu banyak. Dan di daerah Kalimantan ini lebih suka warna yang terang-terang," pungkasnya.

(*)

Penulis: Risnawati

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved