Berita Islami

Kunjungi Kakbah Secara Virtual, Apakah Ibadah Haji Metaverse Sah? Begini Hukumnya

Seiring dengan ramainya pembahasan mengenai Ibadah Haji Metaverse Kerajaan Arab Saudi membuat proyek bernama Virtual Black Stone Initiative.

nu.or.id
Ilustrasi Ibadah Haji Virtual. (nu.or.id) 

Mazhab Syafi’i mengharuskan kehadiran fisik jamaah haji untuk wukuf di Arafah meskipun hanya sejenak.

Baca juga: Kloter Pertama Haji Berangkat 5 Junii 2022 ke Tanah Suci, Kuota Nunukan 114 Calon Jemaah Haji

Kehadiran fisik jamaah haji walau sejenak merupakan syarat sah wukuf di Arafah meski jamaah itu mendatanginya, berdiam, atau sekadar melalui kawasan Arafah.

المعتبر فيه الحضور بعرفة لحظة بشرط كونه أهلا للعبادة سواء حضرها ووقف أو مر بها

Artinya: “Yang diakui dalam hal ini (wukuf) adalah kehadiran fisik di Arafah sejenak dengan syarat jamaah adalah (memenuhi syarat sebagai) ahli ibadah baik ia mendatangi, berdiam, atau sekadar melewatinya,” (An-Nawawi, Raudhatut Thalibin wa Umdatul Muftin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz II, halaman 374).

Pada prinsipnya, pelaksanaan ibadah haji (setidaknya menurut Mazhab As-Asyafi’i) mengharuskan kehadiran jamaah haji secara fisik.

Tanpa kehadiran fisik, rangkaian manasik haji tidak sah menurut syariat. Dengan demikian manasik haji virtual tidak sah.

Bangunan argumentasi atas pandangan ini didasarkan pada hadits riwayat Muslim sebagai berikut:

وروى مسلم عن جابر رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يومئ على راحلته يوم النحر ويقول لتأخذوا عني مناسككم فإني لا أدري لعلي لا أحج بعد حجتي هذه

Artinya: “Dari sahabat Jabir ra, ‘Aku melihat Rasulullah saw memberikan isyarat dari atas untanya pada hari Nahar (10 Zulhijjah), ia bersabda, ‘Hendaklah kalian memegang dariku cara manasik kalian. Aku sendiri tidak tahu, mungkin aku tidak dapat melakukan haji lagi setelah hajiku tahun ini,’’” (HR Muslim).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved