Perang Rusia dan Ukraina
Ulah NATO Bikin Vladimir Putin Marah dan Siagakan Senjata Nuklir: Jika Meledak, Dunia Bak Kiamat
Senjata nuklir yang mulai disiagakan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyerang Rusia menjadi ancaman besar yang mengkhawatirkan.
TRIBUNKALTARA.COM - Senjata nuklir yang mulai disiagakan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyerang Rusia, menjadi ancaman besar yang mengkhawatirkan. Dampak kerusakan senjata superpower ini disebutkan bak dunia kiamat.
Presiden Vladimir Putin bereaksi keras atas sejumlah langkah yang diambil negara Barat dan NATO dalam memberikan sanksi kepada Rusia.
Disebutkan Vladimir Putin, negara-negara Barat mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap Rusia di bidang ekonomi.
Tidak hanya itu, lanjut Vladimir Putin melalui siaran televisi, pejabat tinggi dari anggota NATO terkemuka membuat pernyataan agresif mengenai Rusia.
Tak ayal, Vladimir Putin Murka. Tindakan negara-negara Barat dan NATO berimbas terhadap Ukraina.
Vladimir Putin mulai menyiagakan pasukannya untuk kemungkinan meluncurkan nuklir ke Ukraina.
Perintah itu diumumkan Presiden Vladimir Putin dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi pada hari Minggu (27/2/2022).
Mengutip Axios, saat berbicara bersama menteri pertahanan dan kepala staf militer, Putin mengatakan sanksi baru-baru ini dan "pernyataan agresif" dari negara-negara NATO telah membawanya untuk menempatkan pasukan pencegah nuklir dalam "rezim khusus tugas tempur."
Baca juga: Ancaman Rusia ke Ukraina Makin Serius, Putin Siagakan Pasukan Nuklir, Ini Bahayanya bagi Dunia
NBC News memberitakan, Rusia, seperti Amerika Serikat dan NATO, memiliki ribuan hulu ledak nuklir yang dipertahankannya sebagai pencegah serangan.
Langkah itu juga merupakan reaksi terhadap sanksi keuangan yang diumumkan Barat terhadap bisnis Rusia dan orang-orang penting, termasuk Putin sendiri, katanya dalam komentar yang disiarkan televisi.
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu dan kepala staf umum militer telah diperintahkan untuk menempatkan pasukan pencegah nuklir dalam apa yang digambarkan sebagai “rezim khusus tugas tempur.”
Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, mengatakan Minggu pagi di "Meet the Press" NBC News bahwa Presiden Putin terus meningkatkan perang ini dengan cara yang sama sekali tidak dapat diterima.
“Kita harus terus mengutuk tindakannya dengan cara yang paling kuat, sekuat mungkin,” tambahnya.
Melansir Axios, ini adalah kedua kalinya Putin menyinggung persenjataan nuklir Rusia sambil secara efektif memperingatkan Barat untuk mundur.
Dalam sebuah pernyataan pada awal invasi, Putin mengatakan siapa pun yang mencoba "menghalangi kami" akan menghadapi "konsekuensi yang belum pernah ditemui dalam sejarah."
Baca juga: Perkiraan Harta Kekayaan Presiden Rusia Vladimir Putin, Punya Aset Bernilai Fantastis di Ukraina
Kecemasan akan kebuntuan antara kekuatan nuklir adalah sebagian besar alasan mengapa AS dan sekutu NATO-nya begitu bersikeras sehingga mereka tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Minggu bahwa delegasi Ukraina akan bertemu dengan delegasi Rusia untuk pembicaraan damai "tanpa prasyarat" di perbatasan antara Ukraina dan Belarus.
Pejabat AS dan Ukraina mengatakan invasi Rusia tidak akan direncanakan karena perlawanan Ukraina yang lebih kuat dari perkiraan.
Kremlin dan media pemerintah terus memberi tahu Rusia bahwa tidak ada "perang" atau "invasi" yang terjadi, tetapi sebaliknya menyatakan ada operasi pertahanan terbatas di Ukraina timur.
Protes besar di Moskow dan Sankt Peterburg, meskipun ada ancaman penangkapan massal, menunjukkan bahwa banyak orang Rusia tidak mau mendukung aksi invasi yang dilakukan.
Setelah mengancam setiap publikasi independen yang melaporkan korban atau agresi Rusia dengan sensor, pemerintah bersiap untuk menindak lebih keras warganya.
Selain itu, Kremlin juga mengumumkan bahwa pemberian bantuan apa pun kepada negara asing selama operasi militer akan dianggap pengkhianatan, dengan ancaman hukuman hingga 20 tahun penjara.
Baca juga: Fakta Senjata Nuklir Milik Rusia yang Bikin Banyak Negara Ketakutan, Daya Ledaknya Mengancam Dunia
Berikut ini fakta mengenai senjata nuklir milik Rusia, negara yang saat ini berkonflik dengan Ukraina.
Beberapa waktu lalu, presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya memaparkan telah mengembangkan jajaran senjata nuklir baru yang tak tertandingi.
Senjata baru yang disebutkan Vladimir Putin antara lain rudal jelajah yang katanya bisa 'mencapai titik manapun di dunia'.
Bahkan, senjata nuklir yang dikembangkan Rusia membuat negara dengan kekuatan militer terbaik di dunia, Amerika Serikat, menjadi gentar.
Dikutip TribunKaltara.com dari Kontan, dua senjata Rusia yang memiliki hulu ledak nuklir membuat Amerika Serikat (AS) gentar. Kedua senjata itu adalah Burevestnik dan Poseidon.
Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Kontrol Senjata mengatakan, Rusia harus berhenti mengembangkan apa yang ia yakini sebagai rudal jelajah bertenaga dan berhulu ledak nuklir yang berbahaya.
Burevestnik, yang NATO sebut sebagai SSC-X-9 Skyfall, diyakini telah meledak selama tes peluncur roket rahasia di laut Rusia Utara pada Agustus tahun lalu dan menewaskan lima ilmuwan.
Media Rusia memberitakan, Burevestnik disebut Vladimir Putin tidak terbatas jangkauannya dan mampu menghindari perisai rudal Amerika Serikat.
Sementara itu Utusan Khusus Presiden AS untuk Kontrol Senjata, Marshall Billingslea, mengatakan, poseidon bak senjata hari kiamat.
"Mengapa Anda memiliki rudal jelajah bertenaga nuklir dan berhulu ledak nuklir? Pikirkan saja radioaktif yang akan dihasilkannya saat ia berputar (terbang). Tidak ada argumen yang baik dan logika untuk memiliki sistem kiamat semacam ini," ujar Billingslea.
Poseidon adalah salah satu dari enam senjata nuklir strategis baru negeri beruang merah.
Kapal selam tak berawak tersebut juga bertenaga dan membawa hulu ledak nuklir.
Rusia membuat drone berbentuk seperti torpedo raksasa untuk membawa hulu ledak nuklir seberat hingga dua megaton. Analis senjata menyebutnya sebagai "senjata nuklir hari kiamat".
Mendapat dukungan reaktor nuklir kecil, Poseidon memiliki jangkauan 10.000 kilometer untuk mengarungi lautan dunia.
Meluncur dari Laut Barents atau perairan lain di Kutub Utara, drone bawah air tersebut bisa melintasi Atlantik Utara.
Diberitakan CNN, Rusia memiliki gudang senjata nuklir terbesar di dunia dengan 6.257 armada.
Ini termasuk 527 rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal balistik yang bisa diluncurkan dari kapal selam, dan alat pembom strategis.
ICBM bisa mencapai kecepatan tertinggi empat mil per detik dalam waktu sekitar sepuluh menit setelah peluncuran, yang berarti senjata mengerikan tersebut berpotensi mencapai Inggris dari Rusia dalam waktu 20 menit.
Di samping itu, berdasarkan laporan organisasi nirlaba dari Amerika Serikat, The Heritage Foundation, Rusia setidaknya memiliki kurang lebih 2.000 senjata nuklir berdaya ledak rendah.
Dengan total kurang lebih 2.000 senjata nuklir berdaya rendah itu, disebut bisa membuat berbagai negara "ketakutan".
Rusia juga dilaporkan mengembangkan senjata 'super' terbaru, seperti rudal jelajah bertenaga nuklir dan senjata hipersonik yang dilengkapi nuklir.
Sebagai bagian dari peningkatan kekuatannya di sekitar Ukraina, kini Rusia telah mengerahkan rudal hipersonik berkemampuan nuklir ke wilayah Kaliningrad, yang berbatasan dengan negara anggota NATO Polandia dan Lithuania.
Sebelumnya dalam sebuah pernyataan, Putin tak tanggung-tanggung bakal melancarkan serangan nuklir jika Ukraina bergabung dengan negara aliansi NATO. Ancaman itu disampaikan secara halus kepada blok Barat.
Kini, Putin secara pribadi mengawasi latihan nuklir ketika ketegangan dengan Ukraina meningkat.
Senjata nuklir bisa berdampak buruk karena radiasi yang dihasilkan dari inti atom. Nuklir bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit.
Individu yang terpapar radiasi nuklir tingkat tinggi akan mengalami kulit terbakar, lecet dan luka hingga kanker kulit.
Radiasi nuklir juga dapat merusak sel-sel kulit di kepala hingga menyebabkan kerontokan rambut dan kebotakan, hingga berujung kematian, menurut laporan Express.co.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltara/foto/bank/originals/pos-pemeriksaan-yang-hancur-di-wilayah-kiev-ukraina-akibat-serangan-rusia.jpg)