Predator Anak di Tarakan

9 Santri Korban Predator Sesama Jenis Kini Ditangani DP3APPKB Tarakan, Ada yang Trauma Ketakutan

Update asusila sesama jenis yang dilakuakn RD terhadap puluhan santri, DP3APPKB tangani 9 korban predator anak di Tarakan, ada yang trauma ketakutan.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Cornel Dimas Satrio
TribunKaltara.com / Andi Pausiah
Kepala DP3APPKB Tarakan, Mariyam. (TribunKaltara.com / Andi Pausiah) 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Berikut update kasus asusila sesama jenis yang dilakukan RD (22) terhadap puluhan santri DP3APPKB tangani 9 korban predator anak di Tarakan, Kalimantan Utara, ada yang trauma ketakutan.

Kasus asusila sesama jenis yang dilakukan terhadap puluhan anak di bawah umur di Kelurahan Juata Laut, Tarakan, kini masih terus ditangani dan dalam proses penyidikan Polres Tarakan.

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana (DP3APPKB) Tarakan pasca mencuatnya kasus predator sesama jenis ini juga melakukan langkah cepat bergerak cepat ke lokasi TKP.

Kepala DP3APPKB Tarakan, Mariyam mengungkapkan pihaknya sudah memulai proses pendampingan terhadap korban-korban dari pelaku berinisial RD (22).

RD merupakan predator sesama jenis terhadap santri di Tarakan yang korbannya mencapai 30 anak di bawah umur.

Update terbaru, Mariyam, saat ini korban aksi bejat predator anak di Tarakan yang sudah dilakukan pendampingan mencapai 9 orang.

Ini adalah hasil penelusuran awal pihak DP3APPKB Tarakan setelah kasus asusila sesama jenis ini mencuat.

Artinya terjadi pertambahan jumlah korban dari sebelumnya hanya lima anak untuk kasus predator anak di Tarakan yang dilakukan RD.

"Yang jelas kami sudah ke TKP kemarin.

Lalu setelah itu, semua anak dibawa ke Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak (P2TPA) Sedungan untuk didata dan melihat sekaligus mengecek kondisi masing-masing," ungkap Mariyam kepada TribunKaltara.com, Kamis (10/3/2022).

Baca juga: Polisi Sebut Predator Sesama Jenis di Tarakan Sudah Ditahan, Aksi Bejat Sejak 2016, Korban 30 Santri

Langkah pertama yang dilakukan pihak DP3APPKB Tarakan, melakukan pemetaan terhadap korban untuk mengetahui jumlah sebenarnya yang ada di TKP.

"Secara resmi yang ada buat pernyataan dari orangtua baru 9 anak. Secara tertulis awalnya lima, lalu datang lagi, dan total tertulis datang ke kami 9 anak.

Kemarin kami langsung ke lokasi sekolahnya, dan tahap awal kami memetakan terlebih dahulu," ucapnya.

Nanti tahap selanjutnya, baru akan dilakukan assessment awal terhadap korban-korban dari RD ini. Jika tidak ada halangan, dimulai Jumat atau Sabtu besok oleh pihak petugas.

"Setelah itu baru kita petakan lagi, mana kira-kira anak-anak yang sudah berulang-ulang kali dilakukan atau jadi korban dan mana anak yang baru pertama kali jadi korbannya," ujarnya.

Karena lanjutnya, memang pelaku RD mengakui sudah melakukan sejak 2016.

Tidak menutup kemungkinan, muncul korban lain dari aksi bejat predator anak di Tarakan tersebut.

Dalam hal ini pihaknya membentuk per kelompok dalam melakukan proses pendampingan kepada anak untuk menjalami trauma healing pasca inisiden yang dialami.

"Kami bentuk lima kelompok. InsyaAllah Jumat kami melakukan assessment dan Sabtunya, langsung dipetakan.

Kan saat ini belum diketahui berapa anak yang sudah mendapatkan perlakuan dari RD secara berulang karena bertahap, ada yang baru mengaku korban-korbannya," beber Mariyam.

Baca juga: Heboh Predator Sesama Jenis di Tarakan, Korbannya 30 Santri di Bawah Umur, Polisi tak Tinggal Diam

Sabtu jika tak ada aral melintang, proses assessment tahap awal.

Adapun terhadap ke-9 anak yang menjadi korban ini, saat dilakukan pendampingan awal, kondisinya memang ada yang terlihat merasakan trauma ada juga yang tampak biasa saja.

"Kami bawa ke Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak (P2TPA) Sedungan di tempat kita.

Khusus yang trauma itu misalnya dia diam, kalau kami tanya, masih takut banget.

Sedangkan yang lainnya sudah bisa diajak berkomunikasi mengakui pernah diperlakukan seperti apa oleh pelaku, mereka cerita dengan polosnya aja," urainya.

Adapun terhadap anak yang mengalami trauma, DP3APPKB Tarakan menduka itu dipengaruhi timdakan bejat RD yang dilakukan terhadap korban secara berulang kali.

"Ketika kami menyebut nama pelaku, anak ini langsung ketakutan, yang agak berat, kami secara privat melakukan pendampingan dan penanganan psikologis," tegasnya.

Maryam menyebut usia anak-anak yang menjadi korban di kisaran usia 10 tahun, 13 tahun, 14 tahun. Sehingga perlu pemetaan dilakukan mana anak yang mengalami perlakuan berulang.

"Kita mau bagi karena masing-masing ada tingkat keparahannya, dan bagaimana nanti penanganan dari trauma healing yang dialami anak-anak ini," pungkasnya.

(*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltara untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltaracomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

TikTok officialtribunkaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved