Sekarang, Daftar Nikah di KUA Wajib Cantumkan Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan, Ini Tujuannya

Kabar baru bagi calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.Wajib punya surat keterangan sehat

Editor: Hajrah
Kolase TribunKaltara.com / kemkes.go.id
ILUSTRASI - Stunting di Kalimantan Utara. (Kolase TribunKaltara.com / kemkes.go.id) 

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, maka pencegahan stunting harus dilakukan sejak 3 bulan sebelum menikah.

Hasto mengatakan, Presiden RI Joko Widodo dan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan angka stunting dibawah 20 persen.

Target nasional prevalensi stunting di Indonesia sendiri sebesar 14% pada tahun 2024.

BKKBN membuat program wajib pendampingan, konseling dan pemeriksaan (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan kadar Hb) yang dilakukan mulai 3 bulan sebelum menikah kepada calon pengantin wanita.

Pendampingan, konseling dan pemeriksaan kesehatan juga dilakukan kepada calon pengantin pria untuk memastikan kondisi dirinya, termasuk sperma dalam keadaan sehat jelang menikah.

Sebab ketahanan berkeluarga merupakan pondasi negara yang kuat.

Baca juga: Persagi Kaltara Sebut Pencegahan Stunting Harus Dilakukan Sejak Remaja

"3 bulan pra nikah itu wajib diperiksa. Hasilnya apapun tidak dilarang menikah, tidak dipakai syarat menikah. Syarat menikah bukan hasilnya tapi pemeriksaannya (kesehatan)," ujarnya.

Dalam menjalankan program ini, BKKBN bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Agama (Kemenag), pemerintah daerah, dan lembaga-lembaga terkait.

Stunting adalah perawakan pendek akibat mal nutrisi kronik.

Menurut Dokter Spesialis Anak dan Guru Besar FKUI Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif ada dua penyebab terjadinya stunting.

Pertama, yakni kurangnya asupan gizi. Penyebabnya pun beragam.

Ada karena kemiskinan atau anak yang ditelantarkan oleh orangtua. Bisa juga karena memang ketidaktahuan dari orangtua itu sendiri.

"Tidak tahu kasih makan yang benar bagaimana. Karena banyak di sosial media, kasih makan anak bagaimana, namun berbasis bukti tidak ada yang tahu," ungkapnya.

Kedua karena kebutuhan gizi yang terus meningkat. Anak yang sakit, misalnya. Walau pun berusaha mencukupi nutrisi, tapi gizi kurang. Misalnya diare yang berulang karena sanitasi yang buruk.

Bisa pula karena penyakit infeksi yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi. Ditambah, banyak orang yang tidak tahu terkait dampak berat bayi rendah, prematur, pertumbuhan janin terlambat dan sebagainya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved