Pilpres 2024
Manuver Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP, Bentuk Koalisi Bersatu Jelang Pilpres 2024, Ulasan Pengamat
Berita Pilpres 2024 terbaru manuver Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP, bentuk koalisi Bersatu jelang Pilpres 2024, simak ulasan pengamat.
TRIBUNKALTARA.COM - Berita Pilpres 2024 terbaru, ada manuver Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP, bentuk koalisi Bersatu jelang Pilpres 2024, simak ulasan pengamat.
Meski Pilpres 2024 baru akan dihelat pada 14 Februari 2024 mendatang, sejumlah elite partai politik mulai melakukan kerja-kerja politik.
Sejumlah nama pun mencuat dalam survei elektabilitas dan popularitas yang dilakukan sejumlah lembaga survei.
Teranyar manuver yang dilakukan Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP yang melakukan pertemuan.
Ternyata pertemuan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa bukan silaturahmi dan halal bihalal biasa
Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP sepakat membentuk koalisi Bersatu jelang Pilpres 2024
Koalisi Bersatu ala Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP pun menarik perhatian.
Apalagi jika Koalisi Bersatu ala Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP itu menetapkan capres dan cawapres jelang Pilpres 2024 mendatang.
Koalisi Bersatu ala Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP memnatik ulasan dari pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Robi Nurhadi.
Termasuk Pengamat politik sekaligus pendiri lembaga survei Indo Barometer, Muhammad Qodari yang ikut menanggapi Koalisi Bersatu ala Ketua Umum Golkar, PAN, dan PPP tersebut.
Baca juga: Prabowo, Ganjar, dan Anies Masih Rajai Survei Capres 2024, Dua Menteri Jokowi Kuda Hitam, Siapa Dia?
Ketua Umum (Ketum) Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto bertemu dengan Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Ketum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa.
Dalam kesempatan itu, sambil berpegangan tangan ketiganya pamer slogan 'Bersatu'.
"Kita ini bertiga dan 'Bersatu', koalisi mempererat persatuan untuk melanjutkan pembangunan, nah 'Bersatu' adalah beringin, surya alam, dan baitullah," kata Airlangga kepada wartawan, Kamis (12/5/2022) lalu.
Bertemunya ketiga pimpinan parpol ini mendapat catatan khusus dari pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Robi Nurhadi.
"Koalisi Bersatu Harapan Indonesia saat ini. Bersatunya Golkar dengan PAN dan PPP memberi harapan baru bagi terwujudnya Indonesia yang maju dan stabil," ujarnya, seperti dikutip, Sabtu (14/5/2022).
"Koalisi Bersatu bisa menjadi pilihan tepat untuk menyatukan pemilih yang pada pilpres (pemilihan presiden) 2019 terpolarisasi secara tajam," tambahnya.
Dilihat dari jumlah presentase suara, kata Robi, Koalisi Bersatu ini sudah memenuhi syarat untuk memiliki tiket pengajuan calon presiden dan calon wakil presiden pada 2024.
“Ini tentu langkah strategis yang cerdas. Golkar bersama PAN dan PPP bisa menjadi pemimpin koalisi untuk mengakomodir parpol dan kekuatan lainnya," kata Robi yang juga Kepala Pusat Penelitian Sekolah Pasca Sarjana Unas ini.
Menurutnya, dimulainya koalisi yang lebih awal ini juga memperlihatkan kepedulian Airlangga, Zulhas dan Suharso terhadap kestabilan politik.
"Langkah mereka patut diapresiasi karena memulai langkah untuk mencegah polarisasi tajam kalau pasangan Pilpres nanti hanya dua kandidat," ucap Robi.
Di tengah situasi ekonomi, politik dan keamanan global yang tidak stabil, lanjut dia, menguatkan kebutuhan akan pemimpin yang bisa menjadi stabilisator, yang mampu diterima berbagai pihak.
"Koalisi Bersatu bisa menjadi stabilisator," imbuhnya.
“Terkait yang akan diusungnya, koalisi ini diharapkan mengajukan "Capres Tengah" yang bisa menjadi stabilisator. Dunia sedang memerlukan pemimpin yang mengerti situasi keamanan dan ekonomi secara bersamaan untuk memastikan negaranya mampu bertahan melewati turbulensi global saat ini. Karena itu, kita perlu menghindari keadaan politik seperti yang terjadi di Malaysia, Myanmar dan beberapa negara di Timur Tengah sekarang," pungkas Robi yang juga Dosen Magister Politik Unas ini.
Sekjen PAN: Tak Ada Inisiator Tunggal
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Suparno menegaskan tak ada inisiator awal dalam pertemuan antara Ketum PAN Zulkifli Hasan, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketum PPP Suharso Monoarfa, yang kemudian menyepakati koalisi untuk Pemilu 2024.
"Karena di antara para ketum ini sudah menjalin komunikasi secara reguler. Memang dalam beberapa kesempatan ini agak lebih intens dan dalam beberapa kesempatan terakhir sudah ada pembahasan yang lebih mengerucut lagi," kata Eddy dalam dialog di Polemik MNC Trijaya secara virtual, Sabtu (14/5/2022).
Pertemuan tersebut, dikatakan Eddy, awalnya hanya melaksanakan halalbihalal dalam momen idulfitri.
"Tetapi kalau dilihat dari aspek pertemuan itu tidak ada inisiatornya secara tunggal. Jadi ini semua merupakan kesepakatan ketiga ketum tersebut," ujarnya.
Meskipun tak ada kesepakatan tertulis, Eddy yakin kesepakatan verbal dari ketiga ketum tersebut daya ikatnya sangat kuat.
Lebih lanjut, legislator Komisi VIII DPR RI itu mengatakan bahwa koalisi ketiga partai tersebut ingin membangun budaya baru untuk memasuki Pemilu 2024, yakni sebuah pertarungan gagasan, ide, dan konsep.
"Bahwa sebuah kerja sama di antara parpol dibangun jauh hari sebelum ada perhelatan besar yang akan kita hadapi tahun 2024, termasuk juga di dalamnya membangun sebuah gagasan konsep yang mana konsep itu akan sudah diaplikasikan untuk mengawal pemerintahan saat ini yang akan berakhir pada 2024," ujar dia.
"Misalnya sekarang kita sudah bicara permasalahan ekonomi bagaimana menanggulangi harga BBM harga minyak goreng permasalahan yang menyangkut impor termasuk juga soal kesehatan," tambahnya.
Baca juga: Survei SMRC, Simulasi Pilpres 2024: Prabowo-Puan Ungguli Anies-AHY, tapi Kalah dari Ganjar-Airlangga
Pihaknya tidak ingin politik identitas terjadi lagi pada 2024, karena dampaknya ke polarisasi yang semakin dalam.
"Kita semua tahu bahwa politik identitas hanya melahirkan polarisasi dan pembelahan masyarakat lebih dalam lagi, nah ini kita ingin membangun budaya baru dengan menghadirkan sebuah pertarungan gagasan ide dan konsep, jadi kurang lebih itu," tandasnya.
Tinggal Tentukan Capres dan Cawapres
Pengamat politik sekaligus pendiri lembaga survei Indo Barometer, Muhammad Qodari, menilai koalisi Tiga Bersatu adalah bentuk koalisi yang paling konkret dan nyata. Koalisi yang diumumkan pada Kamis (12/5/2022) di Jakarta oleh Partai Golkar, PAN dan PPP dianggap sebagai komposisi yang sempurna.
“Dalam koalisi ini ada partai nasionalis, yakni Golkar, lalu partai berbasis Islam tradisional yakni PPP dan Islam modernis yakni PAN,” kata Qodari kepada media.
Qodari melihat ini adalah koalisi yang paling nyata hingga hari ini menuju 2024, karena gabungan ketiga partai itu sudah memenuhi syarat minimal pencalonan Pilpres 2024 mendatang.
Di mana bergabungnya ketiga partai tersebut memiliki kekuatan 148 kursi di DPR RI, jauh melebihi ambang batas Presidential Threshold yang hanya 115 kursi saja.
“Ini saya kira sudah sangat sempurna. Pekerjaan rumah koalisi Tiga Bersatu ini tinggal mencari figur calon presiden dan calon wakil presiden saja,” ucap Qodari.
Ia juga melihat koalisi ini sebagai inisiatif yang sangat tepat. Apalagi jika berbicara dalam hal koalisi menuju Pilpres 2024.
“Jika melihat Pilpres 2024, kita tidak lagi bicara soal popularitas individu tetapi yang lebih penting adalah syarat pengajuan dari partai politik,” ungkap Qodari.
Ia menyebut seorang tokoh atau figur yang memiliki popularitasnya setinggi apa pun tapi kalau tidak punya dukungan politik maka akan percuma saja. “Jadi ini sudah sempurna koalisi yang mereka bentuk,” tambah Qodari.
Berbicara tentang koalisi Tiga Bersatu yang akan fokus mendukung kerja Presiden Joko Widodo, bagi Qodari juga tepat dan tidak menjadi masalah.
“Dari tiga ketum partai tersebut dua diantaranya adalah menteri. Mereka menjalankan ini dalam konteks kepartaian. Ini tidak menjadi kendala, bahkan sebetulnya malah bisa membantu untuk lebih berkonsentrasi, karena PR besar koalisi itu sudah diselesaikan dari sekarang,” tutur Qodari.
Menurut Qodari yang paling rumit justru bagaimana menyusun kerja sama partainya. “Kalau sudah keluar seperti ini (koalisi) maka PR besarnya, seperti kerja sama partai, juga sudah harus selesai pula dibicarakan,” ungkap Qodari.
Baca juga: Survei Charta Politika: PDI Perjuangan Menangi Pemilu 2024 di Kaltim, Ungguli Golkar dan Gerindra
(*)