Berita Tarakan Terkini
Warga Tanjung Pasir Kota Tarakan Tolak Keberadaan LGBT, Diduga Pasangan Abnormal Ini Tinggal di 5 RT
Warga Tanjung Pasir Kelurahan Mamburunagan Kota Tarakan tolak keberadaan LGBT di wilayahnya. diduga puluhan pasangan LGBT tinggal di 5 RT.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Puluhan warga RT 21 mendatangi Ketua RT dan mengadukan keberadaan diduga banyaknya pasangan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di wilayah Tanjung Pasir Kelurahan Mamburungan.
Puluhan warga ini melakukan pertemuan bersama Ketua RT menolak puluhan pasangan diduga LGBT dan diduga melakukan aktivitas abnormal atau perempuan penyuka sesama jenis tinggal dan beraktivitas di wilayah mereka.
Aduan ini berlatar karena keberadaan bukan Cuma satu melainkan diperkirakan lebih dari 20-an pasangan LGBT ini dianggap memberikan pengaruh buruk dan mengganggu kenyamanan lingkungan wilayah Tanjung Pasir, Kelurahan Mamburungan.
Baca juga: Ada Apa dengan Lightyear? Film Disney yang Terancam Batal Tayang di Indonesia Gegara Konten LGBT
Dikatakan Solihin Efendi, warga RT 21, menurutnya pasangan diduga LGBT di Tanjung Pasir cukup banyak dan juga sudah banyak kejadian yang mengganggu pasangan normal dan sudah berkeluarga ada yang sampai bercerai karena diduga dilatarbelakangi keberadaan pelaku LGBT.
“Jadi ada yang sampai pisah sama suaminya. Itupun sudah berulang kali kejadian di Tanjung Pasir. Mereka bertengkar, lari sama perempuan tomboy atau diduga LGBT. Sampai pisah sama suami mereka, itu pun sudah berulang kali kejadian,” urai Solihin Efendi.
Saat bertengkar misalnya, tentu didengar warga sekitar. Cara bertengkar pasangan yang masuk dalam lingkaran LGBT ini melebihi pertengkaran rumah tangga suami istri.
Baca juga: Nasib Jenderal Bintang Satu Polri Seusai Diduga Terlibat LGBT, Begini Faktanya
“Sampai mau menikam bawa pisau. Saya kasih contoh, ini nyata tetangga saya sendiri. Dia perempuan sudah punya anak satu. Lari sama perempuan diduga penyuka sesame jenis. Sudah banyak kejadian dan ini dari kemarin sudah dimusyawarahkan tidak ada titik temunya,” ungkap Solihin.
Ia melanjutkan, pertemuan berlangsung hari ini dalam rangka mencapai mufakat dan memutuskan bersama penolakan adanya LGBT di wilayah tinggal mereka mulai dari RT 21, RT 19, RT 17 dan RT 20.
“Sebenarnya ada juga mereka yang bekerja di perusahaan, mereka kami minta silakan tinggal di mess tempat bekerja, tidak boleh tinggal di kosan lingkungan warga di RT perkampungan kami,” tegasnya.

Terpantau lanjut Solihin, diperkirakan jumlah pasangan diduga LGBT ada 20 orang pasangan. Ciri fisiknya sendiri tampak terlihat jelas, di mana salah satu pasangannya berperilaku seperti laki-laki atau dikenal istilah tomboi.
“Jadi masyarakat minta dituntaskan. Harus tidak ada LGBT tinggal di wilayah RT kami di Tanjung Pasir. Saya ingat ada empat kali kejadian di sini,” urainya.
Pertama, ada satu pasangan suami istri baru menikah satu bulan dan tinggal di wilayah mereka. Kemudian sebulan berlalu, sang istri memilih kabur dengan pasangan lesbi alias pasangan tomboi-nya.
Baca juga: Akui Jadi Transgender, Selebgram Millen Cyrus: Aku Salat Tetap Pakai Sarung
“Kasus kedua, tetangga punya anak umur dua tahun dan sudah pisah. Gara-gara lari sama orang tomboy. Kemudian di Karungan juga ada kasus punya anak tiga, lari sama pasangan tomboinya,” beber Solihin.
Lalu terakhir kasus terbaru, ada perempuan yang dalam kondisi hamil dan memiliki suami memilih kabur dari kampungnya dan dibawa masuk ke Tanjung Pasir oleh pasangan tomboi-nya diduga LGBT.
“Kondisinya sudah hamil. Dibawa sama pelaku alias pasangannya sampai melahirkan. Intinya masyarakat menolak mereka, sangat meresahkan karena saat mereka berkelahi sangat meresahkan masyarakat,” ujarnya.
Juga aktivitas yang dilakukan mereka diduga LGBT dianggap tidak normal. Kemungkinan kasus LGBT ini di wilayahnya diperkirakan sudah berlangsung empat tahun dan seolah semakin ‘berkembang biak’.
“Pak RT juga tidak sanggup atasi ini tanpa dukungan masyarakat. Masyarakat yang menolak keras. Jangan sampai ada masalah begini baru kita dapat musibah karena LGBT ini, jadi mala petaka bukan kita mendahulukan yang kuasa, sudah banyak kejadian. Di sisi agama Islam juga sudah melarang pasangan sesama jenis,” urainya.
Ia berharap ada campur tangan pemerintah menindaklanjuti persoalan dugaan LGBT di wilayah tempat tinggalnya Tanjung Pasir mulai dri RT 21, RT 20, RT 19, RT 18 dan RT 17.
Baca juga: Dekat Dengan Jessica Iskadar, Vincent Verhaag Dituding Pria Gay: Take Down Beritanya Nggak Bener
Adapun lanjutnya, persoalan LGBT ini memang belum sampai diadukan ke Pemkot Tarakan ataupun ke MUI Kota Tarakan.
“Memang dulu ada pernah ditangkap ditindaklanjuti ke Polsek. Itupun yang lari dari Nunukan ke sini meninggalkan suaminya baru nikah sebulan sudah dikembalikan ke kampungnya. Tapi ini tambah meraja lela lagi tidak ada titik terangnya,” lanjut Solihin.
Inginnya warga lanjutnya, dengan tidak mengesampingkan Hak Asasi Manusia (HAM), mereka masih diperbolehkan bekerja di perusahaan wilayah Tanjung Pasir asalkan tidak tinggal di lingkungan warga.
“Silakan tinggal di mess perusahaan di sana. Tidak boleh tinggal di RT 21, 19, menyebar. Jadi tinggal di RT 20 saja tapi di area mess perusahaan silakan. Jangan tinggal di perkampungan dikhawatirkan bawa pengaruh buruk,” pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah