Berita Islami
Dijelaskan Ustadz Somad, Ini Hikmah Larangan Mencukur Rambut dan Menggunting Kuku Sebelum Kurban
Berikut ini hikmah dari larangan mencukur rambut dan menggunting kuku sebelum berkurba dijelaskan Ustadz Abdul Somad.
TRIBUNKALTARA.COM - Berikut ini hikmah dari larangan mencukur rambut dan menggunting kuku sebelum berkurba dijelaskan Ustadz Abdul Somad.
Menurut Ustadz Abdul Somad, bagi yang ingin berkurban dilarang untuk mencukur bulu atau rambut yang ada di badan dan menggunting kuku, hal ini berdasarkan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Larangan tersebut, terang Ustadz Abdul Somad, berlaku pada tanggal 1 sampai 10 Zulhijah dan hukumnya sunnah atau tidak wajib bagi umat muslim.
"Hal tersebut bertujuan semacam terapi yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, dari tanggal 1-0 Zulhijah semua rambut dan kuku panjang.
"Pada pagi harinya tanggal 10 semua dicukur dan digunting, maka akan memunculkan semangat baru," terang Ustadz Abdul Somad dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube WANCANX.
Dijelaskan Ustadz Abdul Somad, makna semangat baru tersebut diharapkan sebagai bentuk motivasi yang menyeruak pada diri kaum muslimin, agar lebih rajin dan ikhlas dalam beribadah dan melaksanakan amal shaleh.
Sehingga peningkatan amal dan ibadah tersebut senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Sedangkan larangan memakan daging hewan kurban sendiri adalah tidak benar.
Ustadz Abdul Somad menuturkan justru umat muslim dianjurkan memakan daging hewan kurban miliknya sendiri, usai shalat Idul Adha.
Tentunya selepas shalat Idul Adha langsung melakukan penyembelihan hewan kurban.
Baca juga: Jangan Lewatkan Shalat Idul Adha di Hari Raya Kurban, Ini Keistimewaannya
"Setelah dipotong maka makanlah. Yang dimakan hati hewan kurban, potong hatinya, cuci bersih, kasih perasan jeruk nipis, setelah hilang bau amis dikasih garam, tusuk, bakar, makan," jelas pendakwah disapa UAS.
Ia mengatakan hal tersebut makanan pertama yang afdhol dimakan di tanggal 10 Zulhijah.
Namun, makan tersebut dilakukan setelah selesai shalat Idul Adha.
Inilah perbedaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, dimana ketika ingin shalat Idul Fitri disunnahkan makan terlebih dahulu.
Sedangkan Hari Raya Idul Adha, selepas subuh disunnahkan tak makan, pergi ke mesjid shalat ied, selepas shalat pulang dan menyembelih hewan kurban, makanan pertama yang dimakan adalah hati hewan kurban tersebut.
UAS menyerukan pentingnya mengetahui ilmu dan sunnah-sunnah dalam berkurban agar mendapat pahala berlipat dan dosa-dosa diampuni.
Dalam memotong hewan kurban, harus tahu ilmu dan dasarnya, jika merasa tak kompeten maka sebaiknya dilakukan orang lain yang mahir.
"Sebelum darah hewan kurban jatuh menetes ke tanah, meski hanya dua detik, ampunan Allah lebih cepat dari itu. Karena saat memotong itu kita sedang menumpahkan dosa-dosa kita," ucap Ustadz Abdul Somad.
Selain itu, bagi yang ingin berkurban namun tak punya ternak dan harus membeli hewan kurban, maka bisa mempercayakan beberapa orang sebagai panitia kurban.
"Di zaman sekarang, sebagian dari kita tidak memiliki ternak, karena sibuk lalu meminta bantuan orang lain, dibentuklah tim panitia kurban, perantara penjual hewan kurban dan yang berkurban, maka panitia yang diamanahi membeli hewan kurban dan membagikan dagingnya," ujarnya.
Ia mengingatkan, sebagai panitia yang telah ditunjuk atau ditugasi hendaknya amanah dalam membagikan daging kurban.
Apabila pada gunungan daging yang telah disembelih, kemudian panitia berinisiatif memasak sebagiannya kemudian dimakan maka hukumnya haram.
"Itu daging pemiliknya tiga, yang berkurban, masyarakat kerabat sekitar, dan fakir miskin.
"Status dagingnya tak jelas karena belum dibagi, maka kalau dimakan haram," tandasnya.
UAS menerangkan cara menghalalkannya, meminta izin kepada pemilik hewan kurban atau yang berkurban. Setelah diizinkan maka boleh dimasak dan dimakan.
"Karena kalau sampai makan daging haram, bagian dari tubuh kita adalah tempatnya api neraka jahanam," tukas Ustadz Abdul Somad.
Niat Kurban di Hari Raya Idul Adha
نويت أن أاضحي للهِ تَعَالى
Nawaitu an udhahhi lillaahi ta’aalaa
Artinya, “Saya niat berkurban karena Allah Ta’ala.”
Bacaan Saat Menyembelih Hewan Kurban
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّيْ
Bismillaahi wallaahu akbaru allaahumma minka walaka - Allahumma taqobbal minni
Artinya : Dengan nama Allah (aku menyembelih), Allah maha besar. Ya Allah (ternak ini) dari-Mu (nikmat yang engkau berikan, dan kami sembelih) untuk-Mu. Ya Allah! Terimalah kurban dariku" (HR Muslim).
Namun secara umum, sah saja jika membaca doa singkat sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَ
Arab-Latin: Bismillahi wallahu akbar…
Artinya: Dengan menyebut nama Allah dan Allah Maha Besar.
(*)
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Makna Larangan Mencukur Rambut Sebelum Berkurban, UAS Sebut Terapi yang Diajarkan Rasulullah SAW, https://banjarmasin.tribunnews.com/2022/06/29/makna-larangan-mencukur-rambut-sebelum-berkurban-uas-sebut-terapi-yang-diajarkan-rasulullah-saw.