Berita Tarakan Terkini

Mengenal Sosok Soleh, Peternak Sapi Kurban di Tarakan, Langganan Pejabat hingga Jokowi

Mengenal sosok Soleh, peternak sapi kurban di Tarakan yang jadi langganan pejabat hingga Presiden. Gaji pekerja melebihi upah minimum (UMK) Tarakan.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Pak Soleh saat menunjukkan sapi milik Gubernur Kaltara yang sudah dipesan di lokasi peternakannya di wilayah Pasir Putih, Kelurahan Karang Anyar Kota Tarakan. 

TRIBUNKALTARA.COM,TARAKAN – Mengenal sosok Soleh, pemilik peternakan sapi kurban di Tarakan yang jadi langganan pejabat hingga Presiden. Ggaji pekerja melebihi upah minimum (UMK) Tarakan.

Peternakan sapi milik Suginto atau akrab disapa Pak Soleh kerap menjadi langganan para pejabat di Kaltara dan juga langsung dari orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pak Soleh berbagi cerita bagaimana suka duka merawat sapi memulai usaha dari modal nol hingga sukses.

Kata Pak Soleh, merawat sapi harus butuh kesabaran ekstra. Selain itu harus memiliki ilmu merawat dan menangai sapi yang bobotnya rerata lebih berat dari pemiliknya.

Baca juga: H-1 Idul Adha, Baznas Tarakan Terima 15 Hewan Kurban, Besok Dijadwalkan Dipotong di Islamic Center

Meski demikian ia bersyukur karena lokasi peternakannya menjadi langganan sejumlah pejabat.
Salah satunya juga yakni dari Gubernur Kaltara.

Ia menyebutkan, bobot pesanan sapi kurban Gubernur Kaltara mencapai 900 kg untuk ukuran paling besar.

"Ini sudah diambil. Vaksinnya juga sudah divaksinasi. Semua sapi pakde sudah divaksinasi di sini," beber Pak Soleh.

Hasilnya juga sudah keluar dari Balai Veteriner Banjarbaru dan dinyatakan negatif.

Adapun sapi tersebut berjenis pegon.

Namun lanjutnya, selain jenis pegon juga Gubernur Kaltara memesan sapi bali di lokasi peternakannya.

"Ada juga yang kecil-kecil itu 11 ekor ikut dipesan. Kalau kemarin satu paket ke Nunukan sama Pak Jokowi. Nah kalau sapi pak Gub pakde kurang tahu apakah disembelih di Tarakan atau di Bulungan beber Soleh.

Ia melanjutkan, harga sapi yang dipesan Gubernur Kaltara untuk berbobot kecil di kisaran Rp 22 juta, ada juga Rp 24 juta.

"Itu yang didistribusikan ke daerah," urainya.

Sampai saat ini diakuinya pejabat negara yang memesan ke lokasi peternakannya selain Jokowi yakni ada Ibu Laura, Bupati Nunukan dan Gubernur Kaltara, Zainal Arifin Paliwang.

"Setiap tahun Pak Jokowi, kalau Bu Bupati Nunukan baru tahun ini. Alhamdulillah masih diminati sama orang nomor satu," urainya.

Sampai dengan Jumat (7/7/2022), total sapi yang sudah terjual selama beberapa pekan terakhir mencapai 120 ekor.

Baca juga: Realisasi Booster di Tarakan Tembus 22,28 Persen, Kabinda Tegaskan Beri Proteksi Menuju Kekebalan 

Itu dari jumlah sapi yang diternakkan di lokasi Pasir Putih sebanyak 148 ekor sapi. Untuk bobotnya yang sudah laku terjual beragam. Mulai dari ukuran 500 kg sampai 700 kg.

"Kecil-kecil ukurannya mungkin dapat dagingnya 150 kg saja," sebut Soleh.

Ia melanjutkan, sore kemarin pihaknya mendatangkan stok kembali agar bisa memenuhi kebutuhan Idul Adha 10 Juli 2022 mendatang.

Ia juga tidak bisa mengambil dalam jumlah banyak sekaligus karena anak buahnya saat ini yang membantunya enam orang selepas lebaran pasti pulang kampung.

"Mereka biasanya pulang ke Jawa, tiga bulan baru kembali lagi," ujarnya.

Gaji per bulan yang diberikan kepada setiap pekerjanya melebihi UMK Tarakan Rp 3,7 juta.

"Per bulan saya gaji Rp 4 juta satu orang dan tugasnya merumput dan merawat sapi dan menjual kalau ada orang pesan," ungkap Soleh.

Namun untuk pemberian pakan ternak berupa dedak ia sendiri turun tangan menangani termasuk pemberian dan meracik minuman jamu sapi miliknya.

Semua sapi miliknya didatangkan khusus dari Gorontalo dan tidak pernah mendatangkan selain dari Gorontalo.

"Kalau sore anak-anak kasih makan sebelum pulang. Kalau pagi tidak bisa karena ngerumput," urai Pak Soleh yang beralamat di Gang Lili Pasir Putih.

Namun ia biasanya tidur di gubuknya dalam lokasi peternakan.

Alasannya agar bisa mengawasi sapi setiap saat terlebih di malam hari.

Karena yang dikhawatirkan bukan pencurian melainkan sapi sewaktu-waktu bisa mengamuk dan lepas dari kandang.

"Peternak sapi itu khawatirnya kalau ada lepas satu pasti kelahi dengan yang lain. Apalagi yang sudah dibeli orang harus dijaga betul-betul. Karena sudah dibeli orang jangan sampai cacat," ujarnya.

Ia menceritakan, pengalaman menangani sapi miliknya sampai jatuh terguling ke sungai di bawah dimana memang lokasi peternakannya berbatasan dengan sungai di area Pasir Putih.

"Pernah 16 ekor itu sampai tergulung-gulung jatuh ke sungai bawah itu sampai satu mati. Pondoknya kandangnya ikut jatuh ke sungai. Memang belum ada atapnya tahun 2009 waktu itu," ujarnya.

Mau tidak mau harus bekerja ekstra kembali membawa seluruh sapi naik ke perternakan sampai sore dikerjakan. Dan sebelumnya dari 16 ekor sapi yang jatuh, semua berhamburan ada yang masuk ke septitank rumah warga, ada yang masuk ke jalan.

"Panik juga kami waktu itu tapi mau diapa risiko pekerjaan," urainya.

Di usianya sudah mencapai 72 tahun, masih kuat menangani sapi yang bobotnya rerata di atas 50 kg. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun meracik dedak untuk diberikan kepada sapi miliknya.

Kemudian kembali meracik jamu khusus untuk sapi limousin dan sapi bali yang ada di peternakan.

Aroma sapi dan kotorannya tercium di badan sudah biasa baginya.

Prinsipnya, jika tidak bekerja, tidak ada penghasilan.

Pendapatan bersih ia mengakui setahun bisa sampai Rp 30 juta. Ia mengakui tak banyak karena harus berbagi dengan pekerjanya yang mencapai enam orang.

Belum lagi membeli biaya operasional seperti pakan dedak, kemudian vitamin, bahan jamu dan obat-obatan.

Baca juga: Idul Adha 2022, Wali Kota Tarakan Khairul Serahkan Seekor Sapi Kurban ke Baznas

"Dedaknya saja saya datangkan dari Gorontalo sudah Rp 100 jutaan. Satu tonnya sudah habis Rp 5 juta," sebut pria kelahiran Lamongan, 3 Maret 1950 ini.

Dan sampai saat ini ia sudah memesan sampai 20 ton. Artinya sudah habis biaya sebanyak Rp 100 juta.

"Yang banyak itu juga beli rokok anak-anak. Satu bulan sama gaji tidak lari Rp 20 jutaan. Kemudian belum makannya. Jadi penghasilan semua dicatat makan dan rokoknya, habis lebaran baru ditotal. Kalau ada untung alhamdulillah, kalau tidak banyal untung yang bersyukurlah. Namanya pekerjaan begini," pungkasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved