Berita Tarakan Terkini

PROFIL Yahya Ahmad Zein, Guru Besar Termuda Universitas Borneo Tarakan, Jabat Dekan Fakultas Hukum

Simak Profil Yahya Ahmad Zein, yang belum lama ini jadi Guru Besar termuda di Universitas Borneo Tarakan

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Amiruddin
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Prof. Dr. Yahya Ahmad Zein, S.H., M.H, guru besar atau professor termuda di Universitas Borneo Tarakan dengan spesialisasi Ilmu Hukum dan Hukum Tata Negara. TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Berikut ini Profil Yahya Ahmad Zein yang merupakan Guru Besar termuda di Universitas Borneo Tarakan, kini menjabat Dekan Fakultas Hukum

Awalnya memiliki cita-cita ingin menjadi hakim. Namun takdir justru membawa Yahya Ahmad Zein menjadi seorang dosen.

Bahkan di usianya yang baru menginjak 43 tahun, Yahya, sapaan akrabnya berhasil menjadi guru besar atau yang dikenal profesor, pangkat tertinggi bagi dosen yang mengajar di perguruan tinggi.

Selain usianya yang terbilang terlalu muda untuk bisa sampai ke tahap gelar guru besar itu, ia juga saat ini sudah ‘menelurkan’ 10 buku dan dua buku menyusul akan di-launching dan saat ini masih proses editing.

Dikatakan Yahya Ahmad Zein, yang juga yang juga saat ini menjadi Dekan Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan, untuk meraih guru besar prosesnya cukup panjang.

Kemudian salah satu cita-cita dosen di seluruh Indonesia bisa sampai pada satu titik memiliki jabatan akademik Guru Besar atau disebut professor.

Ia sendiri lanjutnya, merasakan perjuangan sampai di tahap itu sangatlah luar biasa.

Baca juga: Tahun ini UBT Terima 2.137 Mahasiswa Baru, Tiap Tahun Siapkan Afirmasi untuk Putra dan Putri Daerah

Yahya menyelesaikan studi S-1 di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Fakultas Hukum. Masuk kuliah di tahun 1998 kemudian empat tahun menyelesaikan studi akhirnya lulus di tahun 2002.

Selepas lulus kuliah, ia mencoba peruntungan mendaftar menjadi dosen saat itu masih dosen Kopertis karena saat itu Universitas Borneo Tarakan masih swasta.

Ia memulai dari Asisten Ahli tahun 2005 lolos tes CPNS dosen pengajar meski background lulusan S-1 karena memang saat itu, belum ada kebijakan lulusan S-1 tidak bisa menjadi dosen.

“Jadi saya kopertis yang diperbantukan kebetulan sebelumnya sudah ngajar, dan ada tes dosen, saya ikut di Banjarmasin dan lulus alhamdulillah saat itu setelah dites, diangkat jadi dosen,” urai Yahya yang juga pada 2010 lalu, terpilih sebagai Juara 1 tahun 2010 sebagai Dosen Berprestasi Tingkat Kopertis Wilayah Kalimantan dan Nominasi Dosen Prestasi Tingkat Nasional.

Belakangan kemudian, keluar ketentuan seluruh dosen wajib lulusan S-2 termasuk yang masih S-1 akhirnya ia pun melanjutkan pendidikan lagi dan mengambil Pascasarjana di universitas yang sama yakni Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

“Akhirnya sekolah lagi dari beasiswa dan dulu beasiswa S2 namanya BPPS. Saya ajukan tahun 2006 dan seleai tahun 2008,” ujarnya.

Kemudian selanjutnya, pada tahun 2012, atau jeda empat tahun kemudian, ia memutuskan kembali melanjutkan pendidikannya, mengambil S-3 da lulus 25 April 2015 lalu di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltara
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved