Festival Iraw Tengkayu 2022
Detik-detik Pelarungan Padaw Tuju Dulung, Budayawan Datu Norbeck Ceritakan Sejarah Iraw Tengkayu
Detik-detik pelarungan Padaw Dulung sebagai rangkaian Iraw Tengkayu dan HUT Kota Tarakan telah dilaksanakan pada Sabtu (8/10/2022) sore .
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Detik-detik pelarungan Padaw Dulung sebagai rangkaian Iraw Tengkayu dan HUT Kota Tarakan telah dilaksanakan pada Sabtu (8/10/2022) sore .
Sejat dibentuk sebagai Kota Madya, hingga saat ini Kota Tarakan sudah 11 kali melaksanakan Festival Iraw Tengkayu ditandai dengan pelarungan Padaw Tuju Dulung.
Merujuk pada sejarah, menurut Datu Norbeck, budayawan dari Suku Tidung, sebenarnya jauh sebelumnya, Iraw Tengkayu sudah ada sejak zaman pendahulu dimulai sekitar tahun 1817 lalu.
“Tahun persisnya saya kurang tahu, tapi sekitar 1817 itu literatur sudah diadakan di zaman nenek moyang, asal muasalnya dari pesta dan mengenang masa kejayaan itu,” ujarnya.
Datu Norbeck menceritakan, pelarungan Padaw Tuju Dulung ini sebagai wujud mengenang masa kejayaan Kerajaan Tarakan abad 16 dan 17 saat itu.
Konon di masa itu kata Datu Norbeck, ada perahu kebesaran raja disebut Padaw Tuju Dulung.
Baca juga: 150 Pelajar SMA dan SMK Tarakan Tampil Bawakan Tiga Tarian, Pembukaan Festival Iraw Tengkayu 2022
Setelah masa kejayaan berlalu, mereka mengadakan acara untuk mengenang dengan membuat tiruan Padaw Tuju Dulung kemudian dilarungkan.
Padaw Tuju Dulung secara harfiah memiliki terminologi kata yang diartikan ‘padaw’ adalah perahu dan ‘tuju’ adalah tujuh dan ‘dulung’ adalah Haluan.
“Jadi ada tujuh haluan. Filosifisnya dari jumlah hari dalam seminggu ada tujuh hari. Pendukung prosesi ini jumlahnya semua itu adalah jumlah kalender. Karena acara Iraw Tengkayu itu sifatnya untuk ulang tahun,” beber Datu Norbeck.
Kemudian angka tujuh tadi diaplikasikan di sebelah kiri dan kanan bertugas sebagai tukang pikul perahu.
Kemudian, pembawa panji mencapai 24 orang dengan dibagi dua yakni 12 di sebelah kanan perahu dan 12 orang di kiri perahu.
Baca juga: Festival Iraw Tengkayu di Tarakan, Ditargetkan Masuk 10 Besar Even Kalender Nasional Kemenpar
Angka 12 ini mengambil jumlah bulan dalam setahun ada 12 bulan.
Kemudian ada 30 orang pemain hadrah adalah mewakili jumlah hari dalam satu bulan yakni ada 30 hari.
“Jadi filosofis penanggalan yang dipakai itu. Ada 7, 12 dan 30 orang.
Adapun jumlah penari itu bebas, untuk beberapa periode ini mau kita bakukan pertama bagian penari, kedua jepin dan ketiga disebut iluk, tarian tapi dalam seni tari Tidung ada gerakan tangan, Jepin tidak ada gerakan tangan,” ungkapnya.

Ia melanjutkan, tiga tarian yang ditampilkan sebenarnya tidak begitu fokus pada makna melainkan fokus pada kualitas tariannya dan unsur entertain-nya.
“Jika kita selalu berpatok, berat pada hal mistis, filosofis, ritual, itu bisa menghambat bidang kesenian itu,” jelas Datu Norbeck.
Baca juga: Pengerjaan Padaw Tujuh Dulung Tahap Finishing, Datu Norbeck Beberkan Makna Warna dan Sejarahnya
Lebih jauh kembali mengulas sejarah Iraw Tengkayu, dengan penurunan Padaw Tuju Dulung salah satu bentuk rasa syukur nelayan terdahulu atas kehidupan yang mereka miliki sumbernya dari hasil laut yakni nelayan.
“Salah satunya itu. Iraw itu pesta, pasti mengungkapkan rasa suka, rasa senang, rasa gembira, dibuat dalam Iraw. Segala yang baik-baik itu yang dikenang, mengenang masa kejayaan,” ujarnya.
Iraw sendiri selama ini dilaksanakan setiap menjelang HUT Tarakan.
Namun lanjut Datu Norbeck, jauh sebelum Tarakan diresmikan, itu sudah sering dilakukan di zaman kerajaan dulunya.
“Biasanya dilaksanakan pada hari ulang tahun pelantikan raja. Pelantikan raja tidak sama, ganti raja tanggal tidak sama.
Tidak ada ketetapan tanggal pasti, selama raja masih memerintah, perayaan Iraw Tengkayu dilaksanakan pada tanggal pelantikan dia,” akunya.
Memang lanjutnya dalam pelaksanaan Iraw Tengkayu dimana puncaknya adalah pelarungan Padaw Tuju Dulung, ada hitungan air yang diperhitungkan sebelumnya.
Baca juga: Breaking News: Ribuan Masyarakat Hadiri Festival Iraw Tengkayu, Sore Pelarungan Padaw Tuju Dulung
“Itu pas air jadi, yang jamnya itu tengah hari sekitar pukul 12.00 WITA, air surut. Kemudian setelah lepas tengah hari, baru diadakan itu,” ungkapnya. Sehingga tadi, memang jamnya kalender air itu pas hari ini,” urainya.
Dan hari ini Sabtu (8/10/2022) adalah momen mengenang tanggal pengesahan dalam UU dimana Tarakan resmi menjadi kota madya.
Lebih jauh Datu Norbeck mengungkapkan, saat proses pelarungan tadi, sekitar pukul 15.44 WITA Padaw Tuju Dulung diarak dari darat menuju ke air laut di Pantai Amal atau kini dikenal Pantai Ratu Intan Kota Tarakan, ada beberapa ritual khusus dilakukan.
“Ada beberapa atraksi, gaya, keyakinan lama, sebelum orang Tidung menganut agama Islam. Ada atraksi ritual, itu lebih ke atraksi bukan karena mistisnya.
Walaupun kejadian mistis bisa saja ada tapi itu di luar skenario kita,” pungkasnya. (*)