Berita Tarakan Terkini
Harga Cabai Tembus Rp 95.000 Perkilogram, Pengusaha Sambal di Tarakan Menjerit
Harga cabai yang biasanya hanya Rp 40 ribu perkilogram, kini sampai Rp 95.000 tentu kenaikan cabai ini pun dikeluhkan pengusaha di Tarakan.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Harga cabai terpantau mengalami kenaikan. Terjadinya kenaikan dikeluhkan pengusaha namun menjadi rezeki bagi petani.
Seperti disampaikan Yuliati, salah seorang pengusaha sambal berbahan cabai di Tarakan, Kalimantan Utara.
Diakui Yuli, sapaan akrabnya, kenaikan harga cabai berdampak pada biaya operasional pembuatan sambal dimana ia adalah owner dari Sambal Dayak.
“Produksi berpengaruh. Biasanya per hari dipakai 20 sampai 35 kg, karena cabai per hari harga melonjak, jadi cuma bisa produksi sampai 10 kg saja per hari,” aku Yuli.
Baca juga: Harga Lombok Rawit di Kabupaten Tana Tidung Melonjak, Jumilah: Cabai Besar dan Keriting Juga Naik
Harga cabai normal biasanya sebelum melonjak, Rp40 ribu per kg dan saat ini sudah tembus Rp95 ribu.
“Bahkan bisa lebih Rp100 ribu per kg. Pengaruh produksi berkurang, pendapatan berkurang. Makanya saya siasati harga bahan baku naik, diberi harga tertinggi untuk produk sambalnya, karena pendapatan menipis,” paparnya.
Padahal ia sudah membeli langsung dari petani karena sudah ada kerja sama dengan petani lokal di Kaltara. Sementara itu, Munira warga RT 15 Kelurahan Kampung Enam Kota Tarakan yang juga petani cabai rawit membenarkan terjadi kenaikan harga. Harga kemarin di kisaran Rp60 ribu untuk harga jualnya.
“Yang cabai hijau besar Rp35 ribu, cabai merah Rp60 ribu. Kalau dulu murah dibelikan di harga Rp25 ribu,” papar Munira.
Untuk kenaikan ini justru jadi rezeki bagi petani. Saat ini diakui Munira, setelah panen periode kedua, lanjut tanam lagi dan sudah disemai untuk bibitnya.

“Hasil panen sendiri ada langganan ke pasar dan diantarakan. Berapappun hasil panen diambil. Sekali panen tiga karung dengan berat per karung 30 kg. Kalau sehari dua karung dan kadang tiga hari panen lagi. Hari ini sudah ke sekian kali panenenya. Ini periode kedua,” aku Munira.
Diakuinya di periode pertama penanaman tidak terjadi kenaikan harga. Barulah periode kedua penanaman terjadi kenaikan harga. Dan menurutnya naiknya harga bisa mengembalikan modal.
Kembali ditanya penyebab harga mengalami kenaikan, itu sudah ditentukan dari harga pasar. Ia mengakui petani menerapkan berdasarkan harga pasar dan tak bisa asal menentukan harga.
"Lebih dominan pedagang menentukan. Kalau hasil panen bagus, dapatnya juga bagus asal tidak ada penyakit. Petani hanya bawa hasil panen ke pedagang di pasar, pasar tentukan harga," ujarnya seraya menyebutkan harga jual cabai besar Rp25 ribu dulunya sekarang bisa tembus Rp60 ribu per kg. Jika sudah di pasar bisanya mengalami kenaikan 30 persen.
(*)
Penulis: Andi Pausiah
Pedagang Bendera Merah Putih di Tarakan Akui Penjulan Tahun Ini Menurun, Diduga Faktor Ekonomi |
![]() |
---|
Buat Bibit Tanaman, Ratusan Petani dan Petambak di Tarakan Ikut Sosiasalisasi dan Bimtek KBR |
![]() |
---|
15 Induk Organisasi Olahraga di KORMI Tarakan Tolak Penundaan Muskot III, Begini Penyebabnya |
![]() |
---|
Berangkat ke Jakarta Sore Ini, Gubernur Kaltara Zainal Paliwang tak Bisa Temui Massa Aksi Unjuk Rasa |
![]() |
---|
Gubernur Kaltara Zainal Hadiri Pengukuhan Pengurus Pakuwaja Tarakan: Perkokoh Hubungan Kekeluargaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.