Berita Nunukan Terkini

Minyak Kita Langka, Pemkab Nunukan Tepis Soal Warganya Beralih Konsumsi Minyak Goreng Malaysia

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan tepis soal warganya disebut beralih konsumsi minyak goreng Malaysia pasca kelangkaan 'Minyak Kita'.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TribunKaltara.com / Febrianus Felis.
Pegawai Dinas Perdagangan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Nunukan sedang melayani ibu-ibu warga Jalan Pongtiku, Kelurahan Nunukan Tengah yang datang membeli 'Minyak Kita', Rabu (01/03/2023), siang. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan tepis soal warganya disebut beralih konsumsi minyak goreng Malaysia pasca kelangkaan Minyak Kita.

Diberitakan sebelumnya Minyak Kita mengalami kelangkaan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara).

Hal itu membuat warga di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia beralih ke minyak goreng produksi Negeri Jiran tersebut.

Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kabupaten Nunukan, Dior Frames mengatakan warga sampai saat ini masih konsumsi minyak goreng Malaysia, lantaran kondisi geografis wilayah yang memudahkan mereka untuk memperolehnya.

Baca juga: Bupati Nunukan Akui Alokasikan Anggaran untuk Maksimalkan Layanan Digitalisasi, Tapi Terkendala Ini 

"Jadi bukan beralih sebenarnya. Dari dulu sampai sekarang tetap saja ada yang menggunakan minyak goreng Malaysia. Jangkauan wilayah Nunukan dengan Tawau lebih dekat untuk memperoleh minyak goreng dari sana," kata Dior Frames kepada TribunKaltara.com, Sabtu (27/01/2024), sore.

Menurutnya, keberadaan minyak goreng asal Malaysia di Kabupaten Nunukan didukung oleh perjanjian perdagangan lintas batas atau dikenal dengan Border Trade Agreement (BTA) tahun 1970.

"Ketentuan BTA itu jelas. Tapi jumlah konsumsi minyak goreng dari Malaysia dibatasi penyalurnya," ucapnya.

Terkait kelangkaan Minyak Kita kata Dior memang jumlahnya dibatasi dari segi produksi dan distribusi.

Lebih lanjut Dior jelaskan bahwa produsen Minyak Kita berkurang akibat ada pembatasan dari PO (purchase order).

"Bukan juga langka sebenarnya tapi dibatasi dari segi produksi dan distribusi. Kota lain masih ada saja. Available (tersedia) saja. Jadi kalau mau produksi Minyak Kita harus PO juga. Pabrik CPO yang mengelola harus menerima order dulu," ujarnya.

Lanjut Dior,"Kalau PO dibatasi otomatis produksi juga menurun. Sehingga distribusi ke daerah berkurang," tambahnya.

Kemudian soal adanya pedagang yang menjual Minyak Kita di atas HET (harga eceran tertinggi) Rp14 ribu, Dior menyinggung hukum ekonomi.

Baca juga: Pemilu 2024 Tinggal 17 Hari Lalu, Bupati Nunukan Kroscek Persiapan, Hadir KPU dan Bawaslu  

Dior menuturkan bila permintaan barang meningkat sementara ketersediaan terbatas, otomatis ada kenaikan harga.

"Minyak Kita yang beredar di Nunukan jumlah dan DMOnya (domestic market obligation) berbeda-beda. Begitu juga dengan agennya. Sejauh ini Minyak Kita sisa beberapa saja. Kemungkinan sisa produksi tahun lalu. Kalau harga melebihi HET itu sudah hukum ekonomi. Awalnya juga Rp14 ribu kok," ungkap Dior.

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved