Berita Tarakan Terkini

Penjualan Pertamax di SPBU Tarakan Kalimantan Utara Turun Drastis, Sehari 8 Ton Kini Tinggal 5 Ton

Selama adanya pemberitaan dugaan korupsi pengoplosan pertamax dengan pertalite, penjualan pertamax di Tarakan turun drastis.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
SPBU DI TARAKAN- Salah satu SPBU di Tarakan Kalimantan Utara. Penjualan BBM Pertamax di SPBU turun drastis, sejak adanya kasus dugaan korupsi pengoplosan Pertamax. 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN- Adanya kasus dugaan korupsi pengoplosan Pertamax dengan Pertalite berdampak dengan menurunya Penjualan pertamax di SPBU Tarakan, Kalimantan Utara.  Semula 8 ton per hari kini hanya 5 ton per hari.

Hal Ini disampaikan Edi Mangun, Area Manager Commrel and CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan didampingi Ferdi Kurniawan, Sales Branch Manager Kaltimut V Fuel Tarakan.

Ferdi Kurniawan mengakui, penjualan pertamax di Tarakan turun drastis  setelah muncul pemberitaan kasus tersebut. Awalnya kebutuhan Pertamax di Tarakan bisa capaii 8 ton sehari. Namun kini hanya 5 ton perhari.

"Yah turun dratis dan cukup berdampak," kata Ferdi Kurniawan.

Baca juga: Isu BBM Oplosan tak Pengaruhi Penjualan di SPBU Tanjung Selor, Kualitas Pertamax Sesuai Spesifikasi

Ferdi Kurniawan mengungkapkan, penurunan Penjualan Pertamax bukan hanya terjadi di Tarakan, namun berdampak secara secara nasional.

"Walaupun memang di sini ( di Tarakan) tidak ada kompetitor tapi secara pola konsumsi masyarakat ini mulai bergeser kembali ke pertalite. Dimana  sudah mulai nyaman dengan pertamax, dengan adanya isu ini mereka akhirnya mengantri lagi ke pertalite. Kami tidak memungkiri ada sedikit pengurangan untuk konsumsi BBM non subsidi di Tarakan," ungkapnya.

Melihat kondisi ini, tentunya ada upaya dilakukan PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan agar bisa mengembalikan kepercayaan konsumen untuk kembali konsnsumsi Pertamax, salah satunya dengan mengadakan promo di aplikasi MyPertamina. 

“Kita mendorong transaksi masyarakat secara cashless menggunakan aplikasi MyPertamina. Dimana promo dibuat diskon membuat masyarakat tertarik beralih ke pertamax,” jelasnya.

Karena di satu sisi BBM Pertalite dan solar sudah dituntut pakai barcode dan terbatas. Belum lagi jika nantinya barcode disiapkan dikunci untuk jenis kendaraan tertentu.

Patra Niaga Kalimantan 11032025.jpg
Edi Mangun, Area Manager Commrel and CSR PT. Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan (kiri) didampingi Ferdi Kurniawan, Sales Branch Manager Kaltimut V Fuel Tarakan (kanan).

“Untuk saat ini belum. Saat ini Pertamina mengajak untuk menggunakan pendaftaran barcode sebagai pendataan. Ketika pemerintah pusat mengunci kendaraan tertentu saja yang menggunakan barcode, pasti kita harus siapkan BBM non subsidi sebagai substitusi atau penggantinya,” lanjutnya.

Ditanya mengenai apakah ada penambahan kuota Pertalite dengan adanya dampak penurunan penjualan Pertamax? Ia menjelaskan, untuk saat ini, pasokan kuota pertalite ke SPBU di Tarakan masih sama.  “Tidak terpengaruh signifikan. Ketika di satu SPBU habis,  SPBU lainnya masih ada,” jelasnya.

Di Tarakan ada tiga SPBU yakni, SPBU Mulawarman, SPBU Ladang dan SPBU Kampung Empat.  “Rata-rata untuk Pertalite kisaran  2 sampai 3 tangki dipasok untuk semua SPBU,” ujarnya.

Ia berharap masyarakat Tarakan tidaak khwatir untuk keberadaan BBM Pertamax di Tarakan. Sebab Pertamax di Tarakan sesuai spesifikasi dan tidak ada oplosan.

“Tidak ada oplosan. Kebutuhan BBM di Tarakan saya jamin tidak ada kekurangan. Dijamin tidak ada oplosan,” tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

 

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved