Berita Tarakan Terkini

70 Persen Kios di Pasar Gusher Tarakan Ditutup Penjualnya, Dikontrakkan Bertahun-tahun Sepi Peminat

Sepinya pembeli pakaian di Pasar Gusher Tarakan dibenarkan juga Ketua Kerukunan  Pedagang Pasar Gusher, Sahir Muhayyang.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
TAK ADA AKTIVITAS - Tampak beberapa lorong di sejumlah kios Pasar Gusher Tarakan lantai 1 ditutup dan sepi pembeli. TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Sepinya pembeli pakaian di Pasar Gusher Tarakan dibenarkan juga Ketua Kerukunan Pedagang Pasar Gusher Tarakan, Sahir Muhayyang.

Sahir Muhayyang bahkan mengakui sudah banyak pedagang Pasar Gusher Tarakan yang menutup kios dan juga ruko dan ditinggal pemiliknya. 

Kompleks Pasar Gusher Tarakan sendiri terdiri dari kios petakan, kemudian ruko dan ada juga lapak atau los. 

Di Pasar Gusher Tarakan ini terdiri dari kios sebanyak 440 unit, los 402 petak, dan  ruko 135 unit. 

Baca juga: Cerita Penjual Pakaian di Lantai 1 Pasar Gusher Tarakan, Tetap Bertahan di Tengah Gempuran Online

KELUHKAN SEPI - Hj Nawa saat diwawancarai media. Kondisi sepi diakui sejak dua tahun terakhir di lantai satu jejeran ruko Pasar Gusher Tarakan, Kalimantan Utara.
KELUHKAN SEPI - Hj Nawa saat diwawancarai media. Kondisi sepi diakui sejak dua tahun terakhir di lantai satu jejeran ruko Pasar Gusher Tarakan, Kalimantan Utara. (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

Untuk los atau lapak kata Sahir Muhayyang, masih tetap beroperasi setiap harinya. 

Namun untuk ruko dan kios, hampir 70 persen sudah ditutup tanpa aktivitas sama sekali.

Bahkan ada yang dikontrakkan bertahun-tahun dibuatkan pengumuman tak ada yang berminat.

"Sementara untuk  toko kelontong yang buka saat ini hitungan hanya belasan saja. Untuk yang jual pakaian jadi masih ada sekitar kurang lebih 40-an kios," akunya.

Untuk kios sendiri sebagian besar berada di lantai satu Pasar Ramayana. Selain petakan kios dan ruko ada juga 402 lapak. Untuk lapak masih terisi karena diisi oleh penjual sembako, ikan dan sayuran. 

Di lapak ini lumayan ramai pembeli.

Sangat jauh kontras pemandangannya dengan penjualan pakaian di ruko padahal masih dalam satu kawasan yang sama.

Kata Sahir Muhayang, penjualan sembako jadi kebutuhan primer sementara pakaian tidak demikian.

Sehingga itu juga menjadi penyebab ramainya di kios sembako dan lapak sayur sementara di jejeran ruko penjualan pakaian justru sepi.

"Kalau bagian los  itu masih aktif belum termasuk pisang dan kelapa. Termasuk sayur-sayuran. Tapi untuk yang di bagian pakaian jadi, sudah sangat minim sekali yang aktif," papar Sahir.

Ia tak menampik kondisi yang ada sekarang ini memang berbeda jauh dengan sebelumnya.

Dengan adanya penjualan online ini, ini berdampak sekali kepada  pedagang yang ada di dalam.

Dan menurutnya, sejak dulu pedagang mulai berjualan online karena  bisa dipadukan antara online dengan offline. 

"Asal mereka mau untuk berinovasi. Makanya saya sampaikan  bahwa yang kita butuhkan di sini adalah pihak ketiga untuk melakukan edukasi, bagaimana UMKM ini bisa menggeliat kembali. Dengan seperti itu, kita butuh pemerintah, kita perlu duduk bersama antara tiga elemen ini, pemerintah pedagang dengan pengelola yang ada," akunya.

Ia melanjutkan juga tak menampik kesalahan dari pedagang  juga ada seperti fasilitas yang seharusnya menjadi fasilitas parkir, itu digunakan untuk menata barang-barang yang ada. 

"Berbeda sekali dengan zaman dulu, orang datang dengan menggunakan taksi. Sekarang ini orang pakai kendaraan pribadi. Mereka berkendaraan. Ini karena kurangnya fasilitas itu tadi, orang juga akan malas untuk berkunjung ke pasar itu," akunya.

Para pedagang yang tutup rerata berdasarkan informsi yang ia ketahui, banyak beralih profesi.

Ia sendiri selaku yang pernah berjualan di ruko beralih menjadi kurir pengantar dan penjemput barang.

"Banyak yang tinggalkan. Kalau dulu awal full jualan sekarang jadi kurir. Kalau kios kain kami tutup full dan fokus dibuka jadi kantin," paparnya.

Ia melanjutkan lagi, harga sewa turun menjadi Rp6 juta dari sebelumnya Rp25 jutaan.

Alasannya karena pendapatan pedagang menurun. 

Animo masyarakat masuk ke pasar sangat kurang dan ekonomi jadi lesu. 

"Bahkan ada beberapa kios bertahun-tahun dikontrakkan tidak ada juga yang mau sewa atau ngontrak. Yang bertahan ini tidak ada pilihan lain," ungkapnya.

Baca juga: Harga Sembako di Pasar Gusher Tarakan Stabil Jelang H-4 Idul Adha, Cabai Lokal Rp 60 Ribu Per Kg

Ia berharap kondisi ini bisa berubah karena bagaimanapun Pasar Gusher juga menjadi ikon Kaltara.

Dimungkinkan ada  resolusi melakukan terobosan-terobosan bantuan dari pemerintah termasuk edukasi agar offline bisa beralih ke online.

"Kita ingin pemerintah hadir, kita ingin pengendola hadir, demikian juga pelaku usaha yang ada di dalamnya. Itu kita duduk bersama. Mungkin dari pemerintah, pelaku usaha, BI bisa  melakukan edukasi pembinaan bahwa apa yang harus kita lakukan untuk perbaikan ke depan," tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved