Berita Tana TidungTerkini

Harga Cabai di Pasar Imbayud Taka Stabil Rp 75 Ribu per Kg, Pedagang KTT Lebih Pilih Cabai Lokal

Menurut salah satu pedagang sayuran, Lis, hingga saat ini belum terjadi kenaikan maupun penurunan harga cabai yang signifikan.

Penulis: Rismayanti | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTARA.COM/RISMAYANTI
UPDATE HARGA CABAI - Suasana di Pasar Imbayud Taka Jl Jenderal Sudirman, Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, Kaltara, Senin (30/6/2025). Harga cabai masih stabil Rp 75 ribu perkilogram. (TribunKaltara.com/Rismayanti) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Harga cabai atau lombok di Pasar Imbayud Taka, Jl Jenderal Sudirman, Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, masih stabil di angka Rp 75 ribu per kilogram, Senin (30/6/2025).

Menurut salah satu pedagang sayuran, Lis, hingga saat ini belum terjadi kenaikan maupun penurunan harga cabai yang signifikan.

“Lombok masih Rp 75 ribu, kami jual segitu karena memang itu harga normal sekarang. Belum ada perubahan harga dari pemasok,” ujarnya saat ditemui di lapak miliknya.

Lis mengaku memperoleh pasokan cabai dari dua sumber, yakni dari Kabupaten Malinau dan dari petani lokal di Tana Tidung sendiri.

Meski berasal dari daerah yang berbeda, harga beli dari kedua sumber itu relatif sama.

“Kami ambil dari Malinau, tapi kadang juga dari lokal KTT. Harganya sama, modalnya di angka Rp 55 ribu per kilo,” jelasnya.

Baca juga: Harga Bawang Merah di Malinau Kaltara Bertahan Tinggi Rp 65 Ribu Sekilo, Bawang Putih Turun

Sebagai pedagang, ia mengaku lebih menyukai pasokan cabai dari petani lokal karena lebih segar dan tidak mengalami penyusutan berat akibat pengangkutan.

“Kalau lombok lokal kan baru dipetik, langsung diantar. Jadi masih segar. Kalau dari luar biasanya sudah bermalam dulu, jadi agak menyusut dan lebih cepat busuk,” katanya.

Lis menjelaskan, keuntungan yang diambil dari penjualan cabai biasanya sekitar Rp 20 ribu per kilogram, namun itu sudah termasuk risiko kerugian akibat penyusutan berat dan potensi barang rusak.

“Soalnya kalau cabai bermalam, beratnya turun. Belum lagi kalau ada yang busuk, makanya marginnya kami atur segitu,” tambahnya.

Meski harga relatif stabil, ia menyebut daya beli masyarakat dalam beberapa hari terakhir justru menurun.

Biasanya, 20 kilogram cabai bisa habis dalam waktu satu setengah hari, kini butuh waktu lebih lama untuk habis.

“Mungkin karena bukan hari besar, jadi agak sepi. Biasanya yang warung-warung beli banyak, sekarang cuma beli sedikit-sedikit,” ujarnya.

Untuk stok harian, Lis biasa menyediakan 10 hingga 15 kilogram cabai, tergantung situasi pasar.

Dalam kondisi ramai, dua hari bisa menjual hingga 20 kilogram.

“Kalau 15 kilo ya bisa habis satu hari setengah. Tapi kalau pembeli sepi, ya bisa lebih lama,” pungkasnya.

(*)

Penulis : Rismayanti 

 

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved