Pesan Gembong Narkoba Freddy kepada Anak Jelang Eksekusi Mati, Ajak Salat hingga tak Boleh Menangis

Editor: Sumarsono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman (38) tengah difoto oleh warga saat menghadiri rilis pengungkapan kasusnya pada 2015 lalu. Dia masih mengendalikan peredaran narkoba dari dalam lapas.

TRIBUNKALTARA.COM, JAKARTA  - Ada pesan menarik dari gembong narkoba Freddy Budiman kepada anaknya jelang eksekusi mati. Dia sempat mengajak salat Isya berjemaah hingga tak boleh menangis.

Kiprah Freddy Budiman sebagai gembong narkoba memang tak asing bagi masyarakat Indonesia.

Perjalanan hidup Freddy berakhir dengan dieksekusi mati di LP Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada 29 Juli 2016.

Freddy dikenal sebagai salah satu bandar narkoba besar di Indonesia dengan jaringan internasional.

Baca juga: Cara & Taktik Gembong Narkoba Cai Changpan Gunakan Kasur Tutup Galian Tanah untuk Kabur dari Lapas

Baca juga: Hasil Tes Rambut Jennifer Jill Dibeber Polisi, Istri Ajun Perwira Tak Bisa Mengelak Pakai Narkoba

Karena terlihat berkali-kali kasus narkoba, Fredy akhirnya divonis mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat karena terbukti mengimpor 1.412.476 butir ekstasi dari China pada Mei 2012.

Dia sempat ditangkap pada tahun 2009, kedapatan memiliki 500 gram sabu.

Masih beruntung, saat itu dia hanya divonis 3 tahun dan 4 bulan.

Namun, Feddy kembali berurusan dengan aparat pada 2011, karena terbukti kedapatan memiliki ratusan gram sabu dan bahan pembuat ekstasi.

Saat itu, dia menjadi terpidana 18 tahun karena kasus narkoba di Sumatera dan menjalani masa tahanannya di Lapas Cipinang.

Baca juga: Jangan Dilewatkan, April 2021 Pemerintah Buka 1,3 Juta Formasi Pegawai, Ada CPNS dan PPPK

Salah satu anak dari Freddy Budiman, Fikri menceritakan detik-detik terakhir menjelang sang ayah dieksekusi mati di LP Nusakambangan.

melalui tayangan video bersama Gritte Agatha di Youtube Gritte, Fikri memberikan kesaksian bagaimana pesan sang yang beberapa jam sebelum dieksekusi.

Video tersebut ditayangkan pada 17 Maret 2021.

Dalam video berdurasi lebih dari satu jam itu, Fikri bercerita dia baru mengetahui kabar eksekusi mati sang ayah pada 25 Juli 2016 atau 4 hari jelang eksekusi mati.

Fikri bersama tiga anggota keluarga Freddy lainnya langsung pergi ke LP Nusakambangan, Cilacap, pada 26 Juli 2016.

Pada 27 Juli 2016, Fikri masih bisa bertemu sang ayah.

Di sana, Freddy menghabiskan waktu bersama anaknya, mulai makan Bersama hingga salat berjemaah.

Freddy bahkan mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Amerika Serikat karena dia tahu bahwa Fikri pernah mengunjungi negara adidaya itu pada tahun 2014.

Meski demikian, Freddy tak pernah membahas tentang kasus pengedaran narkoba yang menjeratnya di hadapan anaknya.  

Dia hanya berpesan agar sang anak menjauhi barang haram tersebut.

Baca juga: Indonesia Dipaksa Mundur, Jepang Borong 4 Gelar All England 2021, Tuan Rumah Inggris Gigit Jari

Dia juga ingin melihat Fikri melanjutkan kuliah dan menjadi seorang pengusaha.

Pada 28 Juli 2016 atau sehari sebelum eksekusi mati, Freddy masih diizinkan untuk bertemu sang anak dan tiga anggota keluarga lainnya.

Lagi-lagi, Freddy tidak pernah membahas tentang kasus narkoba yang menjeratnya.

Freddy hanya menghabiskan sisa waktunya untuk shalat berjemaah dengan sang anak, makan bersama, mengaji, dan bercerita seputar kehidupan pribadi sang anak.

Sehari jelang eksekusi mati, Freddy sempat meminta satu permintaan kepada petugas LP Nusakambangan, yakni tidur bersama Fikri di dalam ruangan pribadinya.

Namun, permintaan Freddy ditolak petugas karena dikhawatirkan mengganggu psikologis Fikri.

Pada 29 Juli 2016 atau hari eksekusi mati, Freddy pun masih diberi kesempatan untuk bertemu Fikri.

Baca juga: Puji Ariel NOAH Ganteng saat Mesra Bareng BCL di Panggung, Luna Maya Bocorkan Inisial Pacar Baru

Kala itu, Freddy berpesan kepada Fikri untuk menjadi laki-laki kuat dan bisa memperjuangkan kehidupannya.

"Pesan papa waktu itu adalah Dede (Fikri) boleh nangis sebanyak-banyakmya, setelah papa enggak ada, setelah dede keluar dari lapas (LP Nusakambangan) ini, jadi laki-laki kuat, jadi laki-laki yang kuat mental dan bisa berjuang di kehidupannya," kata Fikri.

Menjelang Maghrib, petugas LP Nusakambangan memberitahu bahwa jam besuk telah habis. Namun, Freddy meminta waktu tambahan kepada petugas karena ingin menjalankan shalat isya berjemaah dengan sang anak.

"Sebelum salat maghrib, petugas datang nyamperin, "Pak, mohon maaf waktunya udah habis".

Waktu itu papa masih enggak mau, (Freddy bilang) "Saya minta sampai salat isya", dibolehin (oleh petugas)," ujar Fikri.

Saat salat isya berjemaah dengan sang anak, Freddy seperti biasa bertindak sebagai imam.

Selesai salat, Freddy sempat berdoa dan menyampaikan keinginannya kepada Tuhan. 

"Salat isya dipimpin sama dia (Freddy), sehabis salat dia mimpin doa, apa yang menjadi keinginan dia. Setelah salat, aku peluk papa dan nangis," lanjut Fikri.

Freddy pun menyampaikan pesan terakhirnya sebagai seorang ayah kepada Fikri.

Dia berpesan kepada Fikri untuk menjaga adik-adiknya dan terus berjuang untuk menjadi orang yang sukses.

"Papa pegang pipi aku dua-duanya, papa bilang, "Papa pergi ya, tolong jaga adik-adiknya. Kamu bisa jadi orang yang sukses, karena papa tahu kamu orang yang kuat.

Ingat pesan papa, setelah keluar dari sini, enggak ada kesedihan lagi"," ujar Fikri.

Freddy kemudian dieksekusi mati pada 29 Juli 2016 sekitar pukul 20.00 WIB.

Dia berpesan untuk memberikan pakaian yang dikenakannya saat eksekusi mati kepada Fikri. Dia kemudian dimakamkan di Surabaya, Jawa Timur. (*)

Tentang Gembong Narkoba Freddy Budiman

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kesaksian Anak Freddy Budiman Jelang Eksekusi Mati Sang Ayah, Minta Shalat Isya Berjemaah hingga Tidak Boleh Menangis"

Berita Terkini