Gagasan ini sebenarnya berpotensi menyenangkan masyarakat kelas menengah dan bawah.
Baca juga: Mahfud MD dan Cak Imin Cecar Gibran soal Proyek IKN Nusantara, Debat Cawapres Memanas
Pada saat bersamaan, Muhaimin justru memuji omnibus law Cipta Kerja yang sejak dulu mendapat penolakan masif dari publik.
Lalu, Muhaimin menyuarakan penolakan pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN, tetapipasangan Anis Baswedan ini justru ingin membangun 40 kota baru selevel DKI Jakarta.
“Jadi tampak terlalu overconfidence dan ceplas-ceplos, sehingga kadang-kadang blunder,” ujar Kunto.
Meski begitu, Kunto menilai, Muhaimin memberikan closing statement atau pernyataan penutup yang cukup baik dengan berulang kali menegaskan soal keadilan dan pemerataan pembangunan.
“Di akhir-akhir Muhaimin oke statement-statement-nya, terutama statement penutupnya,” tutur Kunto.
Sementara, Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menurut Kunto, terlihat berupaya menyerang lawan berulang kali.
“Serangan” dilakukan Gibran dengan menyebut istilah-istilah yang awam.
Misalnya, Gibran menanyakan tentang regulasi carbon capture and storage ke Cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.
Lalu, putra sulung Presiden Jokowi itu bertanya soal SGIE atau State of the Global Islamic Economy ke Muhaimin hingga membuat lawannya kebingungan.
Kunto menyebut, cara Gibran menggunakan istilah atau bahkan singkatan tanpa menjelaskan maknanya merupakan strategi untuk membingungkan lawan.
Baca juga: Beda Persiapan Debat Cawapres Cak Imin Gibran dan Mahfud MD, Bentuk Tim Khusus hingga Serap Aspirasi
“Memang hanya taktik untuk membingungkan lawan saja, enggak ada urusannya dengan pengetahuan,” kata Kunto.
Penggunaan singkatan dan istilah awam, kata Kunto, sebenarnya jauh dari esensi debat. Akibatnya, persoalan lain yang lebih substansial justru tak dibahas.
“Akhirnya kan semalam jadi tidak ada kebijakan fiskal yang diperbincangkan.
Jadi enggak ada kemudian kebijakan ekonomi makro yang diperbincangkan, semuanya hanya sekadar gimik.