Sri Mulyani Ungkap Sinyal Resesi Kian Nyata, Pengamat Prediksi PHK Massal Sampai Akhir Tahun

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberi sinyal resesi ekonomi Indonesia kian nyata, pengamat prediksi PHK Massal sampai akhir tahun.

Kolase TribunKaltara.com / Tribunnews Jeprima dan freepik
Sri Mulyani beri sinyal ekonomi Indonesia bakal masuk resesi (Kolase TribunKaltara.com / Tribunnews Jeprima dan freepik) 

TRIBUNKALTARA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberi sinyal resesi ekonomi Indonesia kian nyata, pengamat prediksi PHK Massal sampai akhir tahun.

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani melakukan revisi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun ini, yang berpengaruh terhadap kinerja perekonomian hingga akhir tahun.

Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III mendatang bakal berada di kisaran -2,9 persen hingga -1,1 persen.

Jika proyeksi tersebut terjadi, maka ekonomi Indonesia masuk dalam definisi resesi secara teknis.

Yakni, pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Dapat Nomor Urut 2, Begini Kata Cabup Bulungan Najamuddin

Asmin Laura Sebut Ini Angka Kesukaan, KPU Nunukan Tetapkan Pasangan Petahana Nomor Urut Satu

SAH Telah Diundi, Berikut Nomor Urut Tiga Cabup dan Cawabup Kabupaten Malinau

BREAKING NEWS - KPU Resmi Tetapkan Asmin Laura-Hanafiah Nomor Urut 1 di Pilkada Nunukan

Sebab pada kuartal II yang lalu, Indonesia telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai terkait risiko resesi.

Salah satunya, resesi menunjukkan ada potensi peningkatan jumlah pengangguran.

Sebab, resesi berarti kinerja perekonomian di zona negatif lantaran permintaan barang dan jasa cenderung rendah.

"Akhirnya banyak pabrik yang harus mengurangi proses produksinya.

Di sisi lain kebutuhan untuk beban produksi seperti listrik, atau gaji pegawai mesti tetap jalan," ujar Yusuf Rendy Manilet.

Kedua hal tersebut membuat perusahaan harus melakukan efisiensi, yang salah satu caranya dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Di sisi lain, pekerja yang di PHK tak lagi memiliki pendapatan.

Dan bila sumber pendapatan kian berkurang, maka jumlah penduduk miskin bakal bertambah.

"Apalagi jumlah penduduk rentan dan hampir miskin di Indonesia ini sangat besar, guncangan ekonomi seperti resesi akan membawa mereka turun kelas menjadi penduduk miskin," jelas dia.

Yang terkini, berdasarkan laporan bertajuk Aspiring Indonesia, Expanding the Middle Class oleh Bank Dunia dijelaskan, sebanyak 45 persen atau mencapai 115 juta populasi penduduk Indonesia masuk kategori rentan atau terancam bisa kembali masuk kategori miskin.

Setali tiga uang dengan Yusuf, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan resesi menandakan adanya tekanan yang dalam baik di ekonomi, sektor keuangan, maupun sektor riil.

Gelombang PHK menurutnya bakal terjadi di hampir seluruh sektor, baik perdagangan, transportasi, properti, sampai ke industri akan lakukan efisiensi pekerja untuk tekan biaya operasional.

"Jadi estimasinya ada 15 juta PHK sampai akhir tahun," ujar dia.

Menurut dia, perusahaan yang cukup rentan dalam kondisi perekonomian saat ini adalah perusahaan rintisan atau start up.

"Tak terkecuali banyak startup akan berguguran.

Daya beli masyarakat menurun karena kehilangan pendapatan sehingga berpengaruh ke naiknya orang miskin baru.

Pastinya angka kriminalitas juga meningkat dan rawan konflik sosial di masyarakat," ujar dia.

Prediksi Kadin

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri ( Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, dengan adanya risiko resesi tersebut, jumlah pengangguran di Indonesia bakal meningkat hingga 5 juta orang.

n " Pertumbuhan ekonomi di minus 1,7 persen dan 0,6 persen akan meningkatkan kemiskinan dan pengangguran secara signifikan.

Sekarang jumlah pengangguran kurang lebih 7 juta orang, dan akan bertambah lebih dari 5 juta," jelas Rosan ketika memberikan penjelasan dalam diskusi virtual, Kamis (24/9/2020).

Di sisi lain, setiap tahun di Indonesia ada tambahan 2,24 juta orang yang membutuhkan lapangan kerja baru.

Selain itu, berdasarkan data ketenagakerjaan saat ini ada 8,14 juta orang yang setengah penganggur dan 28,41 juta orang pekerja paruh wkatu.

Dengan demikian, setidaknya ada 46,3 juta orang yang tidak bekerja secara penuh.

"Atau 33,59 persen, angka ini cukup baru, dan dari data Kemenkeu, akan ada tambahan 4 juta hingga 5 juta pengangguran akibat Covid-19," jelas Rosan.

Rosan pun menyoroti kinerja sektor-sektor industri di Indonesia yang berkontribusi terhadap minusnya pertumbuhan ekoomi Indonesia.

Dia mengatakan, sektor perdagangan dan pengolahan, sebagai dua sektor dengan jumlah tenaga kerja yang besar kinerjanya tercatat kontraksi sebesar minus 7,57 persen dan minus 6,19 persen pada kuartal II lalu.

Selain itu, sektor akomodasi dan makanan pinuman bakan mengalami kontraksi 22,02 persen serta industri transportasi hingga minus 30,84 persen.

"Makanan dan minuman mengalami kontraksi besar, tekanan terhadap tenaga kerja sangat besar, oleh karena itu langkah-langkah ke depan dalam penciptaan lapangan kerja menjadi penting ke depannya," ujar dia.

(*)

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Resesi, Jumlah Pengangguran dan Angka Kemiskinan Bakal Meningkat", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/09/23/102228426/resesi-jumlah-pengangguran-dan-angka-kemiskinan-bakal-meningkat?page=all#page2.
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Bambang P. Jatmiko
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved