Dinas Kelautan dan Perikanan Nunukan Beberkan Penyebab Menurunnya Kualitas Rumput Laut Petani
Dinas Kelautan dan Perikanan Nunukan Beberkan Penyebab Menurunnya Kualitas Rumput Laut Petani
"Hitungannya satu bentang ada 6 botol plastik. Paling sedikit satu orang punya 200 bentangan.
Walaupun, kenyataan di lapangan bisa 5000 sampai 7000 bentangan, dan budidaya rumput laut sejak 2009," jelas Resky.

Baca juga: Kualitas Rumput Laut Nunukan Menurun, Diduga Terserang Hama Akibat Limbah Industri di Laut
Baca juga: Imbas Pandemi Covid-19, Petani Keluhkan Harga Jual Rumput Laut Nunukan Turun 50 Persen
Selain itu, aktivitas pemukat rumput laut di malam hari juga memberikan pengaruh pada kualitas rumput laut.
"Aktivitas mengaduk rumput laut bisa naikkan lumpur. Itu buat air keruh.
Hasil laporan dari dinas lingkungan hidup, kekeruhan air dapat berpengaruh pada kualitas rumput laut," ungkap Resky.
Tidak hanya itu, sunspensi bahan organik terlarut juga tinggi sekali.
Seperti, kandungan logam berat yang berasal dari perahu besi pemukat.
Apalagi, armada pemukat sampai dua ribuan lebih.
"Belum lagi limbah plastik makanan mereka malam hari termasuk limbah oli perahu. Begitupun limbah rumah tangga yang dibuang ke laut," terang Resky.
Resky mengaku, pihaknya sempat lakukan audiensi dengan pembudidaya dan pembudidaya rumput laut, bahkan ada surat edaran yang dikeluarkan 2018, terkait larangan aktivitas memukat di malam hari.
Sebab, ada laporan dari pembudidaya rumput laut, hasil bentangan sering hilang, saat mau panen hanya tinggal tali.
Resky menambahkan, November mendatang, pihaknya berencana memberikan pelampung jenis HDPE yang ramah lingkungan kepada pembudidaya rumput laut Nunukan.
"Khusus untuk 80 orang yang masuk dalam keluarga kurang mampu dan sudah teregister di dinas perikanan.
Nanti satu orang bisa dapat 40 pelampung," tambah Resky.
Terpisah, Musafir Penyuluh Perikanan, Dinas Perikanan Nunukan menjelaskan, akumulasi dari banyak kegiatan di laut menjadi penyebab turunnya daya dukung lingkungan.