Kisah Pedagang Sayur di Nunukan, Berjuang Hidupi Keluarga Ditengah Pandemi Covid-19, Semakin Sulit
Kisah pedagang sayur di Nunukan, berjuang hidupi keluarga ditengah pandemi Covid-19, semakin sulit.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
Namun, hari ini ia baru dapat untung Rp 20 ribu, dari jualan ubi kayu. Semisal tidak laku, ubi kayunya dikasi makan ternak babi.
Untuk terong ia beli Rp 7 ribu, dan dijual Rp 10 ribu.
"Ubi kayu saya beli Rp 100 ribu satu karung, saya jual satu tumpuk Rp 10 ribu. Kalau laku semuanya, dapat untung Rp 50 ribu dari penjualan. Kebetulan saya tanam ubi kayu, timun dan kacang panjang. Ubi kayu masih kecil," jelas Yusfina.
Hal serupa disampaikan Lindah (44), rekan dagang sayur Yusfina mengatakan, hari ini ia dapatkan untung Rp 100 ribu dari penjualan ubi kayu.
"Baru ubi kayu saja laku. Mungkin karena hujan jadi kurang pembeli," kata Lindah.
Lindah mengaku memilih dagang sayur lantaran lima anaknya yang masih sekolah membutuhkan kuota internet untuk belajar.
Baca juga: KPU Tarakan Tetapkan DPT, Anggota Bawaslu Tarakan, Dian Sebut Bawaslu akan Tetap Lakukan Pencermatan
Baca juga: Intip Pernikahan Mewah Nikita Willy Bertakhtakan Berlian, Resmi Jadi Istri Pengusaha Indra Priawan
Baca juga: Foto Surat Suara Tiga Cagub Kaltara Disepakati, Udin dan Zainal Pakai Jas, Irianto Kemeja
"Anak pertama kuliah, kedua masih SMA, ketiga SMP dan satu SD. Semua butuhkan paket data untuk belajar selama pandemi Covid-19," ungkap Lindah yang baru dagangan sayur satu minggu.
Sementara suami Lindah, seorang pekebun sayur sejak 2003.
"Kebetulan ada teman yang punya lahan yang kosong. Daripada tidak ditanami lahannya," ujar Lindah.
( TribunKaltara.com / Felis )