Kisah Pedagang Sayur di Nunukan, Berjuang Hidupi Keluarga Ditengah Pandemi Covid-19, Semakin Sulit
Kisah pedagang sayur di Nunukan, berjuang hidupi keluarga ditengah pandemi Covid-19, semakin sulit.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Kisah pedagang sayur di Nunukan, berjuang hidupi keluarga ditengah pandemi Covid-19, semakin sulit.
Hampir seluruh usaha rakyat di Indonesia terdampak akibat pandemi Covid-19 atau Virus Corona.
Hal ini pula yang dirasakan oleh dua pedagang sayur di Nunukan.
Baca juga: Ada 1.209 Warga Kota Bontang Belum Memiliki KTP Elektronik
Baca juga: Fadli Zon Bandingkan Rezim Jokowi dengan Penjajahan Belanda hingga Mahfud MD Santai Tanggapi Kritik
Baca juga: Kecamatan Malinau Kota Urutan Pertama DPT Terbanyak, Ini Jumlah DPT Kabupaten Malinau
Yusfina Tandi (42), warga jalan Pongktiku, RT 17, Kelurahan Nunukan Tengah, mengaku sudah 10 tahun dagangan sayur.
Bahkan, sudah beberapa kali berganti-ganti tempat dagangan, mulai dari pasar pagi, pasar rakyat, jamaker, beberapa trotoar.
Kini ia terpaksa dagang sayur di emperan toko komestik di jalan Radio, Nunukan Utara.
"Iya mau di mana lagi menjual. Di pasar rakyat sewa tempat Rp 200 ribu satu bulan, dan jarang laku. Malahan habis modal," kata Yusfina kepada TribunKaltara.com, saat ditemui di emperan toko sembari dagang sayur, Jumat (16/10/2020), pukul 10.00 Wita.
Yusfina mengatakan ia dagangan sayur sejak pukul 04.00 Wita, dini hari.
"Saya sejak subuh dagang di sini ditemani anak pertama. Anak saya yang bonceng pakai motor," ujar Yusfina.
Dari pantauan TribunKaltara.com, sekitar emperan toko tampak becek, akibat hujan deras sejak malam hari sampai pagi tadi.
Bahkan, dagangan Yusfina dan rekannya tampak kotor akibat percikan lumpur kendaraan yang lewat di depan dagangan mereka.
"Iya kami hujan-hujanan, baru saja kering baju kami nih. Ya demi anak sekolah. Sekarang kan pakai kuota internet belajarnya," tutur Yusfina.
Dia menjelaskan, harga kuota internet satu anak Rp 15 ribu, sementara ia memiliki tujuh orang anak yang masih sekolah.
"Anak saya dua di SMA, dua di SMP, dan tiga di SD. Kalau suami saya pekebun dan ternak babi. Itupun lahan orang kami hanya tanam sayur saja," ungkap Yusfina.
Dia menambahkan, terkadang per hari ia bisa dapatkan Rp 200 ribu.