Dorong PAD, Pemkab Nunukan Ajukan Dua Raperda Retribusi, Sempat Dilema di Tengah Pandemi Covid-19
Pemerintah Kabupaten Nunukan ( Pemkab Nunukan ) berupaya mendorong pendapatan asli daerah ( PAD ) melalui penarikan retribusi.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Cornel Dimas Satrio
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN- Pemerintah Kabupaten Nunukan ( Pemkab Nunukan ) berupaya mendorong Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) melalui penarikan retribusi.
Sejauh ini, ada sejumlah kawasan di Nunukan yang berpotensi menambah PAD, seperti Tempat Rekreasi Wisata Air Terjun Bosoy Baru Bedinding Binusan Kabupaten Nunukan, dan Rumah Sakit Kelas D Pratama Kabupaten Nunukan.
Asisten Pemerintahan dan Kesrejahteraan Rakyat ( Pemkesra ) Kabupaten Nunukan, Muhammad Amin, mengatakui pihaknya sudah mengajukan Raperda terkait retribusi di dua kawasan tersebut.
Diharapkan Raperda ini segera menjadi Perda, sehingga Pemkab Nunukan punya payung hukum menarik retribusi di kawasan yang berpotensi menambah PAD.
Kendati demikian, pihaknya terkendala dengan situasi pandemi Covid-19 yang membuat Pemkab Nunukan sempat dilematis.
Menurut Muhammad Amin, satu sisi PAD perlu ditingkatkan, namun di sisi lain ekomomi masyarakat mulai melemah akibat pandemi Covid-19.
"Di masa pandemi Covid-19, kita agak dilema, di satu sisi kita berusaha meningkatkan PAD baik pajak, retribusi atau pendapatan lainnya.
Tetapi sisi lain, ekonomi masyarakat Nunukan melemah. Ini terjadi di seluruh wilayah di Indonesia," kata Amin kepada TribunKaltara. com saat dihubungi melalui telepon seluler, Rabu (28/10/2020).
Baca juga: Jelang Hari Sumpah Pemuda, Disparpora Nunukan Ajak Pemuda Perbatasan Tingkatkan Kreativitas
Baca juga: Jelang Maulid Nabi, Harga Telur Ayam Naik, Jadi Rp 48 ribu di Pasar Jamaker Nunukan
Baca juga: Bawaslu Nunukan Sempat Cekcok dengan Simpatisan Paslon Gubernur Kaltara saat Tertibkan APK
Tidak hanya itu, bahkan pajak parkir dan retribusi pasar yang sudah ditetapkan, terpaksa harus terhenti akibat pandemi Covid-19.
"Tempat parkir khusus yang diberlakukan baik di pasar, pelabuhan dan rumah sakit ditunda penarikannya.
Sejak Maret sampai Juni ditunda tapi kita tambah waktu penundaannya, sampai betul-betul normal lagi keadaan ekonomi," ujar Amin.
Sementara itu, perihal Raperda retribusi pelayanan rumah sakit kelas D Pratama di Sebatik perlu dibuat regulasinya.
Sebab menurutnya rumah sakit tersebut sudah beroperasi.
" Raperdanya baru dibahas di internal pemerintah.
Memang sampai sekarang sudah berjalan pelayanan di rumah sakitnya, tapi karena belum ada Perda jadi masih gratis.
Ada potensi PAD, tapi kalau tanpa regulasi tidak bisa, " tutur Amin.
Selain rumah sakit Sebatik, Pemkab Nunukan kedepannya akan membuat regulasi untuk rumah sakit di Sebuku dan Krayan.
Sementara itu, untuk Raperda retribusi tempat rekreasi wisata Air terjun Bosoy Baru Bedinding di Binusan, Amin mengaku potensi PAD Nunukan juga berasal dari tempat wisata.
"Sesuai informasi dari Disparpora Nunukan, setiap Sabtu dan Minggu banyak pengunjung di sana. Jadi otomatis ada potensi PAD.
Kita belum optimalkan selama pandemi Covid-19. Kalaupun dibuka nanti, ada pembatasan pengunjung juga," ucap Amin.
Meskipun demikian, menurut Amin perlu ada komunikasi lebih lanjut antara Pemkab Nunukan dengan masyarakat adat di Binusan terkait nomenklatur air terjun Binusan.
"Sempat saya koordinasi ke Disparpora Nunukan, untuk komunikasi lebih lanjut dengan tokoh masyarakat Adat di Binusan.
Karena ada keterlibatan masyarakat adat Tidung di dalamnya, " ungkap Amin.
Amin meminta kepada dinas terkait baik perhubungan, perizinan, dan termasuk Pendapatan Asli Daerah untuk memetakan potensi PAD yang menjadi prioritas tahun depan.
Dia menambahkan beberapa PAD Nunukan yang akan di maksimalkan di tahun depan yakni retribusi kepelabuhan baik di PLBL Liem Hie Djung dan Sei Jepun, termasuk retribusi IMB, pajak sarang burung walet, restoran dan hotel.
(TribunKaltara.com/ Felis)
(*)