Niat Saksikan Anak Sulung Wisuda di Sulsel, Bapak Ini Apes Tertangkap Polis Malaysia, Sebab Ini
Niat saksikan anak sulung wisuda di Sulsel, bapak ini apes tertangkap Polis Malaysia, sebab ini.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Niat saksikan anak sulung wisuda di Sulsel, bapak ini apes tertangkap Polis Malaysia, sebab ini.
Muhammad Don (47), warga Bantaeng, Sulawesi Selatan, apes ketangkap Polis Malaysia di Batu 4 Tawau, saat ingin menyeberang ke Nunukan melalui Kalabakan, pada 18 Juli lalu.
Perjalanan ilegal yang nekad dilakukan seorang sopir truk angkutan sawit itu, lantaran ingin menyaksikan anak perempuan sulungnya wisuda di Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Baca juga: Jadi Tersangka Mark Up Anggaran Pengadaan Mesin Es Nelayan Tahun 2016, PN Ditahan Kejari Bulungan
Baca juga: Bupati Nunukan Asmin Laura Terbitkan Surat Edaran Larang Perayaan Malam Tahun Baru, Ini Alasan
Baca juga: Ziyap Unggul di Pleno Provinsi, Kapan Penetapan Gubernur Kaltara Terpilih, Ini Penjelasan KPU
Bahkan, bapak tiga anak itu mengaku sudah niatkan akan merayakan idul fitri bersama sanak keluarganya di kampung halaman.
Akibat paspor yang dimilikinya sudah lewat masa jaminan oleh perusahaan tempat ia bekerja, aksi nekadnya itu berujung ditangkap oleh Polis Malaysia di Batu 4 Tawau.
Namun ia tak sendiri, melainkan menantu dan seorang cucunya juga ikut ditangkap oleh Polis Malaysia saat itu.
"Karena corona jadi dilarang jalan, tapi saya mau idul fitri sama keluarga dan mau lihat anak perempuan saya wisuda. Tapi saya ditangkap dan dilokap (penjara) di Tawau. 16 hari setelah itu, saya dipindahkan ke rumah tahanan sementara. Lima bulan saya di dalam rumah tahanan. Warga Indonesia di dalam sana ada 315 orang. Susah kita istirahat di dalam sana, banyak orang, panas kayak neraka. Pagi di kasi satu biji roti, siang satu potong daging ayam, malam ada juga dapat ikan," kata pria yang akrab disapa Don itu kepada TribunKaltara.com, saat ditemui di Rusunawa, Jumat (18/12/2020), pukul 16.00 Wita.
Perasaan sedih bercampuraduk dengan perasaan bahagia, saat ia dihubungi anak perempuan sulungnya telah wisuda, sementara ia harus menjalani lima bulan masa tahanan.
Akibat kejadian itu, dia mengaku enggan untuk kembali bekerja di negeri jiran Malaysia.
"Saya sudah 30 tahun di Malaysia, tapi baru kali ini saya ditangkap. Saya sedih tapi bahagia anak pertama saya lulus jadi seorang sarjana. Saya tidak kembali lagi jera sudah bekerja di Malaysia. Saya istirahat di kampung halaman saja," ujar Don.
Tampak deportan Malaysia itu, hanya membawa sebuah bantal warna merah dan beberapa helai pakaian.
"Barang saya, hp, uang, baju masih di lokap semua. Bukan saya sendiri, kawan saya punyapun masih di lokap sana. Saya sempat ditelepon sama istri, tapi sekarang susah karena barang saya semua di lokap masih. Saya tidak tau bagaimana mau ambil," tuturnya.
Baca juga: Orientasi Pengabdian Masyarakat & Cipta Lapangan Kerja, Ini Daftar Pejabat Baru Politeknik Malinau
Baca juga: Rekap Pemungutan Suara Provinsi Usai, Kantongi 145.778 Suara Pasangan Ziyap Unggul di Pilgub Kaltara
Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, Bandara Internasional Juwata Tarakan Buka Pos Koordinasi
Menurut Don, sebagai sopir truk yang kesehariannya mengangkut kelapa sawit, ia diupah 50 Ringgit tiap hari, namun perusahaan baru membayar setiap bulannya.
Kini Don bersama menantu dan cucu berada di Rusunawa (penampungan TKI) Nunukan, untuk jalani karantina sekira 5 hari bersama 154 Pekerja Migran Indonesia (PMI) lainnya.
Mereka akan mendapat pendampingan oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Nunukan, sebelum dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing.
( TribunKaltara.com / Felis )