Hari Raya Nyepi

Jelang Nyepi di Malinau, Pemangku Pura Agung Femung Jagatnatha Jelaskan Pantangan & Adab Masuk Pura

Pura Agung Femung Jagatnatha merupakan satu-satunya rumah ibadah umat beragama Hindu di Kabupaten Malinau.

Penulis: Mohamad Supri | Editor: Amiruddin
TRIBUNKALTARA.COM/MOHAMMAD SUPRI
Suasana di Pura Agung Femung Jagatnatha di Desa Batu Lidung, Kecamatan Malinau Kota, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, Sabtu (13/3/2021). (TRIBUNKALTARA.COM/MOHAMMAD SUPRI) 

TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU - Pura Agung Femung Jagatnatha merupakan satu-satunya rumah ibadah umat beragama Hindu di Kabupaten Malinau.

Rumah ibadah tersebut mulai difungsikan setelah diresmikan oleh Yansen Tipa Pada yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Malinau.

Pura Agung Femung Jagatnatha secara resmi digunakan sejak 5 tahun silam, tepatnya sejak 25 November 2015 lalu.

Pemangku Pura, Pinandita Komang Sukadana mengatakan selain sebagai peribadatan umat Hindu di Malinau, rumah ibadah tersebut juga biasanya dikunjungi umat Hindu di Kabupaten Tanah Tidung (KTT).

"Biasanya mendekati perayaan hari besar, seperti upacara Tawur Agung Kesanga, umat Hindu di KTT juga sering ke sini (Pura)," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Sabtu (13/3/2021).

Selain itu, pada hari-hari biasa, Pura yang terletak di Desa Batu Lidung tersebut juga kerap didatangi pengunjung yang ingin berswafoto di rumah ibadah yang kerap diidentikkan dengan "candi" tersebut.

Kendati demikian, tak sedikit pengunjung yang lupa akan keberadaan Pura Agung Femung Jagatnatha sebagai rumah ibadah yang harus dijaga kesuciannya.

Komang Sukadana sebagai Pemangku Pura seringkali mengingatkan pengunjung untuk menjaga adab dan tata krama di rumah ibadah.

Baca juga: Nasib Andi Mallarangeng Seusai KLB Demokrat, Dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Anak Buah Moeldoko

Baca juga: Kunci Jawaban Buku Tematik Tema 7 Kelas 3 SD Halaman 107 108 110 111 112, Teknologi Produksi Sandang

Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Terlatih Patah Hati - The Rain feat Endank Soekamti: Terluka Itu Pasti

"Kadang memang ada yang lupa adab, biasanya banyak yang ke sini memotret. Kita tidak larang, tapi tolong adab dijaga. Karena ini tempat suci. Alas kaki dibuka, dan jangan memanjat di dinding Pura," katanya.

Pria yang berdomisili di Malinau sejak 20 tahun silam itu menjelaskan, ada adab-adab demikianpula pantangan bagi pengunjung yang ingin memasuki rumah ibadah tersebut.

Hal yang paling utama menurutnya adalah itikad baik. Menjaga adab dan sopan santun saat menginjakkan kaki di peribadatan.

"Kalau mau masuk, silahkan ijin dulu. Yang penting niatnya baik, pasti dipersilahkan. Sebelum masuk ke Pura, alas kaki harap dilepas terlebih dulu," ujarnya.

Dilarang mengambil atau memindahkan alat-alat ibadah dan properti Pura, apalagi merusak barang dan bangunan.

Menurut Komang Sukadana, menjaga adab dan tata krama, termasuk memperlakukan tempat ibadah sebagai tempat suci, menurutnya sudah cukup.

Selain menjaga adab, ada pula pihak-pihak yang dilarang memasuki rumah ibadah tersebut. Seperti, perempuan yang sedang haid, ibu yang baru bersalin termasuk sang suami, serta ibu yang memiliki bayi dilarang menyusui di Pura.

"Intinya sebenarnya adab, sopan santun. Ijin dulu sebelum masuk. Ada juga yang tidak bisa naik ke Pura, seperti wanita yang haid, ibu-ibu yang baru melahirkan termasuk suaminya, serta dilarang menyusui di dalam Pura," ucapnya.

Saat ini, Pura Agung Femung Jagatnatha sedang dipersiapkan untuk upacara keagamaan Tawur Agung Kesanga yang merupakan rangkaian upacara peringatan Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1943.

Tawur Agung Kesanga dijadwalkan akan dimulai pelaksanaannya pada sore hari hingga malam hari ini, Sabtu (13/3/2021).

Pura Agung Femung Jagatnatha di Desa Batu Lidung, Kecamatan Malinau Kota, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, Sabtu (13/3/2021).
(TRIBUNKALTARA.COM/MOHAMMAD SUPRI)
Pura Agung Femung Jagatnatha di Desa Batu Lidung, Kecamatan Malinau Kota, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, Sabtu (13/3/2021). (TRIBUNKALTARA.COM/MOHAMMAD SUPRI) (TRIBUNKALTARA.COM/MOHAMMAD SUPRI)

Pandemi Covid-19, Ketua PHDI Malinau I Nyoman Wigunaya Sebut Tak Kurangi Esensi Hari Raya Nyepi 2021

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Malinau ( PHDI Malinau ), I Nyoman Wigunaya menerangkan Hari Raya Nyepi 2021 disambut secara sederhana.

Sebelum melaksanakan ibadah Nyepi, umat Hindu akan menggelar ritual Tawur Agung Kesanga.

Di Kabupayen Malinau, prosesi Tawur Agung Kesanga akan dilaksanakan di Pura Agung Femung Jagatnatha Malinau sejak sore, hingga malam hari ini.

Keesokan harinya, umat Hindu akan mulai melaksanakan Ibadah Nyepi yang dilakukan dengan berpuasa selama sehari penuh.

Baca juga: Hari Raya Nyepi di Malinau, Umat Hindu Persiapkan Ritual Keagamaan di Pura Agung Femung Jagatnatha

Baca juga: Kumpulan Ucapan Nyepi 2021 Berbahasa Inggris, Bisa Dikirim untuk Teman dan Kolega

Baca juga: Nyepi 2021, Ini Tradisi dan Pantangan yang Biasa Dilakukan Umat Hindu di Bali

"Bagi umat Hindu, ibadah Nyepi kita lakukan dengan berpuasa sehari penuh, kurang lebih 24 jam. Ibadah ini dilaksanakan sekali dalam setahun," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Sabtu (13/3/2021).

Menurut Pria yang juga merupakan seorang Guru di SD 011 Malinau tersebut, umat Hindu di Kabupaten Malinau berjumlah sekira 85 orang.

Jumlah tersebut termasuk anak-anak, mahasiswa maupun penduduk Malinau yang telah berkeluarga.

"Umat Hindu di Malinau berjumlah kurang lebih 80-85 jiwa. Termasuk mereka yang bekerja di institusi TNI dan Polri. Ada sekitar 18 yang sudah berkeluarga di Malinau," katanya.

Malam nanti, akan diadakan ritual Tawur Agung Kesanga di Pura Agung Femung Jagatnatha. Sesajian dan upacara keagamaan tersebut sedang dipersiapkan.

Ilustrasi perayaan Nyepi.
Ilustrasi perayaan Nyepi. (kdei-taipei.org)

Esok harinya, di permulaan hari, umat Hindu akan mulai menjalankan ibadah Nyepi selama sehari penuh.

I Nyoman Wigunaya mengatakan selama ibadah Nyepi dilakukan, umat Hindu tidak makan dan minum selama 24 jam. Ada 4 jenis pantangan yang dilarang.

"Besok, kami mulai Ibadah Nyepi, puasa sehari penuh. Ada 4 hal yang pantang dilakukan, yakni Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan dan Amati Lelanguan," ucapnya.

I Nyoman Wigunaya menjelaskan, Amati Geni berarti dilarang menyalakan api atau lampu.

Amati Karya, artinya tidak boleh bekerja, Amati Lelungan, dilarang bepergian dan keluar rumah, serta Amati Lelanguan yang berarti dilarang berpesta atau bersenang-senang.

Ia mengatakan, selama sehari penuh umat Hindu tidak makan dan minum, keempat larangan tersebut juga pantang dilakukan selama ibadah Nyepi.

Sekalipun digelar saat pandemi Covid-19, ia mengatakan hal tersebut tidak mengurangi esensi dari Hari Raya Nyepi 2021 dan Tahun Baru Saka 1943.

Momen perayaan Nyepi menurutnya dijadikan ajang silaturahmi sesama, merawat hubungan sesama manusia, alam dan terkhusus kepada Sang Pencipta.

"Tahun Baru Saka dimaknai untuk menyelaraskan hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam serta hubungan manusia dengan tuhan," ujarnya.

Baca juga: Besok Nyepi, Ini Kumpulan Ucapan Hari Raya Nyepi, Yuk Kirimkan Mulai Hari Ini

Baca juga: Jelang Hari Raya Nyepi, Umat Hindu di Tanjung Selor Laksanakan Bersih-bersih Pura Jagat Benuanta

Baca juga: Diperingati Minggu 14 Maret 2021, Ini Pengertian dan Sejarah Hari Nyepi, Lengkap Rangkaian Acaranya

Selain umat Hindu di Kabupaten Malinau, biasanya kata Nyoman, umat Hindu di Kabupaten Tanah Tidung juga akan mengunjungi Pura Agung Femung Jagatnatha.

Umat Hindu di Malinau akan melaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Agung Femung Jagatnatha dimulai pada sore hari hingga malam hari nanti.

Pura Agung Femung Jagatnatha beralamat di Desa Batu Lidung, Kecamatan Malinau Kota, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.

Besok Nyepi, Ini Kumpulan Ucapan Hari Raya Nyepi, Yuk Kirimkan Mulai Hari Ini

Kumpulan ucapan Hari Raya Nyepi yang akan diperingati pada Minggu besok, 14 Maret 2021, yuk kirim ucapanmu hari ini saja!

Dikutip TribunKaltara.com dari Kompas.com, Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, I Gede Pitana, menuturkan bahwa semua ucapan menggunakan bahasa apa pun tidak masalah untuk diberikan kepada umat Hindu yang melaksanakan Nyepi.

“Tidak ada orang Hindu tersinggung diberikan ucapan selamat. Umat Hindu sangat terbuka, toleran, menghargai keharmonisan dan juga orang lain,” kata Pitana seperti dikutip TribunKaltara.com dari Kompas.com.

Baca juga: Jelang Hari Raya Nyepi, Umat Hindu di Tanjung Selor Laksanakan Bersih-bersih Pura Jagat Benuanta

Baca juga: Isra Miraj dan Hari Raya Nyepi Bukan Cuti Bersama, Berikut Daftar Libur Nasional Maret 2021

Baca juga: Jadwal Keberangkatan Bus Damri Malinau Terbaru 2021, Simak Rute Tujuan, Waktu dan Tarifnya

Pitana menuturkan, umumnya di bawah ucapan-ucapan tersebut juga diisi oleh ungkapan yang menunjukkan bahwa mudah-mudahan hari raya ini memberi inspirasi untuk berbuat baik ke depan.

Terkait pengucapan kalimat-kalimat tersebut, Pitana mengatakan bahwa tidak ada pantangan waktu dan semua orang bisa mengucapkannya sebelum, saat, atau sesudah Nyepi.

Jangan heran juga jika nanti pesanmu tak mendapat balasan kala teman atau sanak saudaramu sedang merayakan Nyepi.

Biasanya, mereka lebih memilih untuk tidak menyalakan ponselnya selama Nyepi.

Berikut kumpulan ucapannya:

1. Rahajeng nyanggra rahina Nyepi Caka 1942.

Artinya adalah selamat menyambut Hari Nyepi Caka 1942.

2. Rahajeng nyanggra rahina Nyepi Caka 1942, dumogi prasida ngalaksanayang Catur Brata Penyepian.

Artinya adalah selamat menyambut hari Nyepi Caka 1942, semoga dapat melaksanakan Catur Brata Penyepian.

3. Rahina Nyepi pinaka sarana kaanggen mulat sarira ring sajeroning angga sarira.

Artinya adalah Hari Nyepi mari kita jadikan sarana introspeksi diri.

4. Rahajeng rahina Nyepi, dumogi santhi semeton sami ring dija ja magenah.

Artinya adalah Selamat Hari Nyepi, semoga kedamaian selalu menyertai di mana pun kita berada.

5. Majeng ring semeton titiang sareng sami, ring dija ja magenah, ngiring heningan kayune sami, laksanayang Nyepi antuk bhakti tulus ati.

Artinya adalah untuk semua saudara saya di mana pun berada, mari kita sucikan pikiran, sambut Hari Nyepi dengan sepenuh hati.

6. Mudah-mudahan kita bisa memaknai makna Hari Raya Nyepi, hari raya suci ini, dalam kehidupan nyata dan bukan hanya dalam upacara.

7. Semoga saat memperingati Hari Raya Nyepi tahun depan, kehidupan sudah lebih bagus dan lebih sejahtera dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

8. Selamat melaksanakan Catur Brata Penyepian dan selamat memasuki Tahun Baru Isaka.

9. Selamat memasuki Tahun Baru Isaka, mudah-mudahan tahun baru memberi semangat baru.

10. Memasuki Tahun Baru Isaka, mudah-mudahan tahun baru tersebut akan membuat kehidupan lebih makmur dan sejahtera.

Seperti diketahui, mayoritas umat Hindu di Indonesia berada di Pulau Bali.

Di Pulau Dewata itu pula, kita dapat melihat secara langsung bagaimana cara Umat Hindu merayakan Nyepi.

Dikutip TribunKaltara.com dari Wikipedia, Nyepi berasal dari kata sepi.

Sepi berarti sunyi dan senyap.

Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Hindu yang penghitungannya berdasarkan dengan kalender Saka.

Kalender ini dimulai pada 78 Masehi.

Ilustrasi perayaan Nyepi di Bali.
Ilustrasi perayaan Nyepi di Bali. (Mahogany Hotel)

Nyepi pada 2021 merupakan tahun 1943 untuk Umat Hindu di seluruh belahan dunia.

Seperti namanya, perayaan Nyepi jauh dari kata keramaian atau pun euporia yang meriah.

Umat Hindu justru memilih berdiam diri di rumah.

Seluruh umat akan meninggalkan aktivitas hariannya dan mengunci diri di dalam rumah.

Namun ada pengecualian untuk tempat-tempat umum seperti bandara atau tempat pelayanan publik, seperti rumah sakit.

Jadi jangan heran jika akan melihat Bali dan sekitarnya sunyi tanpa hiruk pikuk layaknya kota mati.

Beberapa wisatawan pun sudah paham akan hal ini.

Ada beberapa rangkaian acara umat Hindu yang digelar sebelum Nyepi.

Baca juga: Mau Mengurus SKCK di Polres Malinau? Berikut Syarat dan Biaya yang Harus Anda Bayar

Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem, BMKG Prediksi 10 Kecamatan di Nunukan Hari Ini Diguyur Hujan Disertai Petir

Baca juga: Kaesang Lebih Pilih Nadya Arifta Dibanding Felicia Tissue, Sosok Ini Malah Singgung Settingan

Berikut rinciannya:

1. Melasti

Melasti merupakan adat penyucian seluruh sarana yang ada di tempat sembahyang, dalam hal ini Pura, tempat suci untuk umat Hindu.

Biasanya umat Hindu akan mengaraknya ke laut atau danau yang menjadi sumber air bersih untuk menyucikannya.

Melasti digelar umat Hindu pada dua atau tiga hari sebelum Nyepi.

Melasti, tradisi jelang Nyepi.
Melasti, tradisi jelang Nyepi. 

 
2. Tawur

Tawur adalah penyucian Buta Kala yang biasanya dilakukan di rumah masing-masing.

Biasanya mereka akan menyedian sejumlah makanan dengan lauk pauk yang sudah ditentukan.

Hal ini diharapkan sebagai permohonan agar mereka tak mendapat gangguan dalam hidupnya.

Tawur atau pacaruan ini biasanya digelar sehari jelang Nyepi.

3. Pengerupukan

Tradisi ini yakni menyebar nasi tawur, mengobori rumah dan memukul benda-benda hingga timbul suara gaduh.

Biasanya juga dilakukan sehari jelang Nyepi.

Setelah ketiga tradisi tersebut dilakukan, umat Hindu akan berdiam di rumah dan meninggalkan semua aktivitasnya, tepat pada hari perayaan Tahun Baru Saka.

Baca juga: Langsungkan Lamaran, Begini Rangkaian Pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah

Baca juga: Sandy Tumiwa dan Henny Mona Akui Nikah Siri, Ternyata Begini Alasannya

Baca juga: Ramalan Zodiak Sabtu 13 Maret 2021, Apakah Zodiakmu Beruntung di Akhir Pekan Ini?

Pantangan saat Nyepi

Umat Hindu juga memiliki pantangan di saat perayaan Nyepi yang harus dijalankan.

Berikut empat pantangan pada Hari Raya Nyepi:

1. Amati karya (tidak bekerja)

2. Amati lelungan (tidak bepergian)

3. Amati geni (tidak menyalakan api)

4. Amati lelanguan (tidak bersenang-senang)

(*)

Penulis : Mohammad Supri

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved