Pesan Gembong Narkoba Freddy kepada Anak Jelang Eksekusi Mati, Ajak Salat hingga tak Boleh Menangis

Ada pesan dari gembong narkoba Freddy Budiman kepada anaknya jelang eksekusi mati. Dia sempat mengajak salat Isya berjemaah hingga tak boleh menangis.

Editor: Sumarsono
KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA
Terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman (38) tengah difoto oleh warga saat menghadiri rilis pengungkapan kasusnya pada 2015 lalu. Dia masih mengendalikan peredaran narkoba dari dalam lapas. 

Di sana, Freddy menghabiskan waktu bersama anaknya, mulai makan Bersama hingga salat berjemaah.

Freddy bahkan mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Amerika Serikat karena dia tahu bahwa Fikri pernah mengunjungi negara adidaya itu pada tahun 2014.

Meski demikian, Freddy tak pernah membahas tentang kasus pengedaran narkoba yang menjeratnya di hadapan anaknya.  

Dia hanya berpesan agar sang anak menjauhi barang haram tersebut.

Baca juga: Indonesia Dipaksa Mundur, Jepang Borong 4 Gelar All England 2021, Tuan Rumah Inggris Gigit Jari

Dia juga ingin melihat Fikri melanjutkan kuliah dan menjadi seorang pengusaha.

Pada 28 Juli 2016 atau sehari sebelum eksekusi mati, Freddy masih diizinkan untuk bertemu sang anak dan tiga anggota keluarga lainnya.

Lagi-lagi, Freddy tidak pernah membahas tentang kasus narkoba yang menjeratnya.

Freddy hanya menghabiskan sisa waktunya untuk shalat berjemaah dengan sang anak, makan bersama, mengaji, dan bercerita seputar kehidupan pribadi sang anak.

Sehari jelang eksekusi mati, Freddy sempat meminta satu permintaan kepada petugas LP Nusakambangan, yakni tidur bersama Fikri di dalam ruangan pribadinya.

Namun, permintaan Freddy ditolak petugas karena dikhawatirkan mengganggu psikologis Fikri.

Pada 29 Juli 2016 atau hari eksekusi mati, Freddy pun masih diberi kesempatan untuk bertemu Fikri.

Baca juga: Puji Ariel NOAH Ganteng saat Mesra Bareng BCL di Panggung, Luna Maya Bocorkan Inisial Pacar Baru

Kala itu, Freddy berpesan kepada Fikri untuk menjadi laki-laki kuat dan bisa memperjuangkan kehidupannya.

"Pesan papa waktu itu adalah Dede (Fikri) boleh nangis sebanyak-banyakmya, setelah papa enggak ada, setelah dede keluar dari lapas (LP Nusakambangan) ini, jadi laki-laki kuat, jadi laki-laki yang kuat mental dan bisa berjuang di kehidupannya," kata Fikri.

Menjelang Maghrib, petugas LP Nusakambangan memberitahu bahwa jam besuk telah habis. Namun, Freddy meminta waktu tambahan kepada petugas karena ingin menjalankan shalat isya berjemaah dengan sang anak.

"Sebelum salat maghrib, petugas datang nyamperin, "Pak, mohon maaf waktunya udah habis".

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved