Hari Paskah

Apa Itu Jumat Agung atau Good Friday? Simak Maknanya Bagi Umat Kristiani yang Memperingatinya

Umat Kristiani di seluruh dunia akan memperingati wafatnya Yesus Kristus setelah disalib di Golgota.

Penulis: - | Editor: Amiruddin
The Guardian
Ilustrasi Jumat Agung. 

TRIBUNKALTARA.COM - Umat Kristiani di seluruh dunia akan memperingati wafatnya Yesus Kristus setelah disalib di Golgota.

Hari wafatnya Yesus ini juga biasa disebut dengan Jumat Agung.

Meski di Alkitab sendiri tak disebutkan secara pasti hari wafatnya Yesus, karena sempat diduga Yesus wafat pada Rabu.

Wafatnya Yesus ini dianggap sebagai penebus dosa-dosa umatnya.

Baca juga: Kumpulan Pantun Paskah 2021, Bisa Jadi Alternatif Selain Kata-kata Mutiara Paskah

Dimulai dari Yesus yang diadili lalu diakhiri dengan disalib.

Berikut sejarah perjalanan Yesus hingga akhir hayatnya:

Yesus dihukum mati di kayu salib.

Peristiwa tersebut diperingati dalam ibadah Jumat Agung oleh umat Kristiani di seluruh dunia.

Dikutip TribunKaltara.com dari Kompas.com, penyaliban adalah sebuah hukuman mati yang dianggap paling kejam dan memalukan di masanya.

Penyaliban sendiri adalah metode eksekusi di mana seseorang digantung dengan lengannya dari salib  atau struktur serupa hingga mati.

Baca juga: 6 Rangkaian Ibadah Paskah Umat Kristen dan Katolik, Dimulai dari Rabu Abu dan Diakhiri Minggu Paskah

Namun, jika merunut sejarahnya, sebenarnya kapan metode eksekusi ini mulai dianut oleh masyarakat?

Dalam sebuah artikel ilmiah yang dipublikasikan di South African Medical Journal (SAMJ) pada Desember 2003, para penulis menyebut bahwa kemungkinan eksekusi ini berasal dari Asiria dan Babilonia.

Meski begitu, penyaliban pertama kali digunakan secara sistematis oleh bangsa Persia pada abad ke-6 sebelum masehi (SM).

Saat itu, korban penyaliban diikat ke pohon atau tiang dengan kaki jauh dari tanah.

Seiring berjalannya waktu, bentuk tiang palang (salib) digunakan untuk melaksanakan hukuman ini.

Pada abad ke-4 SM, Alexander Agung mengadopsi metode ini dan membawanya ke Mediterania lalu berkembang

Baca juga: Kumpulan Ucapan Paskah 2021 dalam Berbagai Bahasa Asing, Mulai dari Mandarin, Jerman hingga Belanda

ke Mesir, Suriah, Fenisia, dan Kartago (daerah di Afrika Utara).

Selama Perang Punisia (Romawi melawan Kartago), para tentara Romawi mempelajari teknik ini.

Bahkan, Romawi menerapkan bentuk eksekusi penyaliban selama lebih dari lima abad.

Menurut sejarawan, ke mana pun prajurit Romawi berada, mereka sering menerapkan eksekusi ini.

Tak tinggal diam, suku lokal yang berperang melawan Romawi juga membalas perlakuan para prajurit itu dengan cara yang sama.

Misalnya saja pada tahun 9 masehi, pemimpin Jerman Arminius menyalib banyak prajurit Romawi  yang dikalahkan oleh Varus.

Kisah serupa kembali terjadi pada tahun 28 masehi, ketika suku Jerman menyalib para penagih pajak Romawi.

Sayangnya, hanya sedikit informasi tentang sejauh mana penyaliban dilakukan di Spanyol, Galia, Afrika Utara, dan Asia.

Selain bangsa Romawi, perkamen Qumran juga menjadi bukti adanya penyaliban bangsa Yahudi setelah abad ke-2 SM.

Perkamen tersebut menjadi bukti bahwa Hukum Yahudi pada masa itu menerima penyaliban sebagai salah satu metode eksekusi yang lebih tua dibanding hukuman rajam atau mencekik.

Di bawah pendudukan Romawi, bentuk hukuman ini menjadi hal biasa.

Bahkan pada tahun 4 SM, bangsa Romawi talah menyalib 2.000 orang Yahudi.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Jumat Agung atau Good Friday, Bisa Dikirim untuk Saling Mengenang Kebaikan Yesus

Pada masa itu, penyaliban dipandang sebagai hukuman budak.

Selain itu, hukuman ini juga sarat dengan muatan politik.

Selama abad pertama masehi, terjadi penyaliban besar-besaran yang diberikan pada kebanyakan orang Yahudi karena memberontak pada Roma.

Meski begitu, kebanyakan korban yang dihukum dengan penyaliban disebut dengan "perampok".

(*)

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved