Berita Tarakan Terkini

Waspadai Munculnya Terorisme, Badan Intelejen Negara Beberkan Poin Penting

Peristiwa bom bunuh diri di Gerbang Katedral Makassar dan penyerangan ke Mabes Polri menjadi atensi dan harus diwaspadai.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Kegiatan sosialisasi pengawasan aliran kepercayaan dan keagamaan masyarakat (Pakem) di gedung Serbaguna Pemkot Tarakan 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Peristiwa bom bunuh diri di Gerbang Gereja Katedral Makassar dan penyerangan ke Mabes Polri menjadi atensi dan harus diwaspadai. Tak terkecuali pula di Kaltara.

Lewat kegiatan sosialisasi Pengawasan Aliran Kepercayan dan Keagamaan Masyarakat (Pakem) Kota Tarakan, Badan Intelijen Negara (BIN) yang turut menjadi pembicara, membeberkan beberapa poin penting yang harus diketahui khususnya persoalan terorisme.

Dikatakan Ardi Brasmata, Kepala Pos Daerah (Kaposda) Tarakan, terorisme sudah diatur dalam Perpu Nomor 1 Tahun 2003.

Baca juga: Dilarang Mudik Lebaran, Dinas Perhubungan Tana Tidung Prediksikan Lonjakan Penumpang di Ramadan

Ardi membeberkan, faktor pendukung terjadinya terorisme, jika dicermati secara mendalam akar penyebab munculnya aksi terorisme sangat rumit.

Selain itu persoalannya sangat kompleks dengan berbagai multifaktorial yang menyangkut masalah nasional dan kehidupan politik dunia bisa jadi penyebab dan pemicu terjadinya terorisme.

Secara umum lanjutnya, salah satunya yakni multi faktorial. Yakni, faktor ketidakadilan yang terjadi di berbagai belahan dunia baik secara sosial politik ekonomi maupun budaya merupakan faktor pemicu tumbuhnya radikalisme.

Kemudian lanjutnya, paham radikalisme. Paham ini akan dipermudah oleh rendahnya pendidikan kemiskinan budaya dan kehidupan sosial keterbelakangan pendidikan perubahan politik.

" Atau bisa juga karena rendahnya peradaban budaya dan sosial seseorang akan memicu radikalisme yang bertujuan pada kekerasan ekstrimisme dan terorisme," beber Ardi.

Lebih jauh ia mengulas, semua agama di dunia termasuk Islam tidak mengajarkan kekerasan. Karena Islam merupakan agama yang penuh toleransi melihat kompleksitas permasalahan tersebut tampaknya terorisme bukan semata-mata masalah agama tetapi masalah seluruh umat manusia dalam berbagai aspek.

Ia menjelaskan lebih jauh, untuk pengelompokan terorisme bisa dilihat dari negara, keagamaan, sayap kanan dan kiri, patologis, orientasi isu, separatis dan neo-terorisme.

Adapun bentuk skemanya dikatakan Ardi, seperti tandan pisang dan web spider. Tandan pisan diartikan skema jaringan terorisme yang memiliki kelebihan bahwa setiap anggota pelaksananya tidak memiliki hubungan apapun dengan kelompok lainnya.

Baca juga: Sungai Kayan Meluap, Jalan Jembatan Bulu Perindu Tergenang, Warga Sebut Sudah Biasa

" Untuk spider web, yakni skema jejaring terorisme yang memiliki keunggulan, struktur yang kuat dalam wujud rekruitmen terhadap calon teroris baru," beber Ardi.

Sementara itu, adapun wujud teror kata Ardi, jika biasanya yang umum muncul pengeboman, penculikan dengan meminta tebusan, penyanderaan, pembajakan, penyerangan bersenjata, melukai tubuh orang lain sehingga mengakibatkan cacat secara permanen.

Baca juga: Begini Respon Kepala Kemenag Nunukan, Calon Jamaah Haji Indonesia Bisa Naik Haji Tahun Ini

" Selain itu juga biasanya melakukan pembakaran dan perampokan," ungkapnya.

Di Indonesia sendiri, lanjutnya menambahkan, khusus Islamic State of Irac and Syria (ISIS) masuk kategori kelompok Islam garis keras (igaras). Untuk Kaltara lanjutnya, upaya memerangi terorisme dan radikalisme selalu diperjuangkan dan bekerja sama dengan TNI/Polri.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved