Berita Nunukan Terkini

Update Suami Bacok Istri di Nunukan Hingga Tewas, Ipar Beber Tersangka Sering Minta Dibelikan Sabu

Update suami bacok istri di Nunukan hingga tewas, ipar beber tersangka sering minta dibelikan sabu.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
istimewa
Riskawati (istri) saat tergeletak di ruang tamu persis di depan pintu rumah, Selasa (13/04/2021), pukul 15.30 Wita. (Istimewa). 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Update suami bacok istri di Nunukan hingga tewas, ipar beber tersangka sering minta dibelikan sabu.

Kisah suami bacok istri hingga tewas di Nunukan, Kalimantan Utara, belum lama ini, ternyata seorang pemakai sabu-sabu.

Diketahui, pria (suami) itu bernama Musdar (28). Kesehariannya sebagai buruh penombak kelapa sawit di sebuah perusahaan sawit Desa Tabur Lestari, Kecamatan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan.

Baca juga: Setelah Dinasihati Riska Minta Cerai, Buruh Penombak Sawit di Nunukan Bacok Istri hingga Tewas

Baca juga: Hendak Ambil Air Wudhu, Warga Ini Dibacok Pakai Sajam

Baca juga: 3 Orang Bacok Pakai Pedang & Tabrak Korban Pakai Mobil, Pengakuan Saksi Kasus John Kei Mengejutkan

Sementara sang istri Riskawati (29), seorang ibu rumah tangga.

Saat dikonfirmasi, adik kandung korban, Risnawati (30), mengatakan semasa hidupnya, sang suami kerap kali meminta sang istri untuk membelikannya sabu-sabu.

Apabila hal itu tak dilakukannya, sang suami marah besar hingga memukulnya berkali-kali.

"Almarhumah (Riskawati), sering membelikan sabu suaminya agar dia tenang dan tidak memukul lagi. Tapi bukannya berubah malah tambah parah sampai adik saya dibunuh seperti itu," kata Risnawati kepada TribunKaltara.com, Minggu (18/04/2021), pukul 15.00 Wita.

Risnawati mengaku, hampir 7 bulan ini, hubungannya dengan almarhumah layaknya bukan saudara kandung.

Pasalnya ia sempat dilaporkan ke Polisi oleh adik kandungnya sendiri (almarhumah) atas kehendak dari iparnya (suami/ pelaku) sendiri. Bahkan disertai ancaman kepada almarhumah.

"Sudah 7 bulan kami tidak saling komunikasi. Ada permasalahan pribadilah. Suaminya itu ngancam mau ceraikan adik saya kalau dia nggak mau laporkan saya ke Polisi bahkan mau pukul adik saya," ucapnya.

Menurutnya, kabar sang adik dibunuh olen suaminya itu, ia peroleh dari tetangganya.

Lantaran, rumah almarhumah terletak cukup jauh dari rumah Risnawati.

"Rumah kami berjauhan sekira 3 kilometer dari rumah. Pada saat itu sekira pukul 16.00 Wita, ada telepon masuk dari tetangga. Saya nggak dengar deringan telepon masuk. Pas ke luar rumah, tetangga teriak panggil saya, risna...risna adikmu si bolong meninggal diparangi suaminya. Panggilan akrab almarhumah itu bolong.

Mendengar itu saya syok. Saya coba tenangkan diri lalu telepon mama, ngasih kabar ke kampung. Setelah itu saya ke TKP sama adik kandung saya laki-laki. Waktu ke sana saya dapati almarhumah sudah ditutupi mayatnya sama 2 petugas Polisi. Saya hanya bisa saksikan dari bawah rumah, banyak darah berceceran di depan pintu rumah almarhumah," ujarnya.

Almarhumah merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Terdiri dari laki-laki 2 orang dan perempuan ada 3 orang.

Ia memiliki 3 saudara kandung di Sei Menggaris termasuk Risnawati, sementara 2 saudara lainnya tinggal di Sulawesi bersama kedua orang tua dan 4 orang anaknya.

Keempat anaknya saat ini dirawat orang tuanya di Sulawesi.

Anak-anak pertama, laki-laki berumur 10 tahun. Anak kedua berumur 7 tahun. Anak ketiga berumur 5 tahun dan bungsu berumur 2 tahun.

"Almarhumah pulangkan anaknya ke kampung tahun lalu. Sudah empat kali dia kirimkan uang buat anaknya itu. Persoalan KDRT sudah terjadi kepada almarhumah sejak punya anak 1. Jadi bukan almarhumah saja dipukul, anaknya pun sempat beberapa kali kena pukul bapaknya itu. Permasalahan terakhir almarhumah dengan sang suami yang tau persis itu mama di kampung," tuturnya.

Risnawati menuturkan, sebelum kejadian itu, almarhumah sempat kabur dari sang suami dan hendak pulang ke kampung halaman.

Namun, niat pulang kampung itu batal seketika, saat suaminya membujuknya untuk kembali bahkan sempat mengancam untuk membunuhnya jika ia pergi.

"Ada 3 hari almarhumah di Nunukan tanpa sepengetahuan sang suami. Karena takut kalau dia izin pasti dipukul. Sebelum kabur dari rumahkan dia dipukul sampai biru dilehernya. Almarhumah bermalam di penginapan karena nggak ada sanak keluarga di Nunukan. Suaminya menelpon terus dan sempat mengatakan begini, 'di manapun kau berada saya akan cari dan bunuh kau'. Mungkin luluh dengan bujuk rayu suaminya, akhirnya tiket kapal yang sudah dia beli dikembalikan ke penjual tiket lagi," ungkapnya.

Baca juga: Kesaksian Ibu Hamil yang Dibacok di Nunukan, Terjebak Kobaran Api, Begini Kondisi Janinnya Sekarang

Baca juga: 2 Tangan Dioperasi, Dokter Sebut Trauma Ibu Hamil Usai Dibacok Pengaruhi Kondisi Persalinan Imatur

Baca juga: Kebakaran di Nunukan, Bocah 8 Tahun Turut Dibacok Pelaku Pembakaran, Begini Nasibnya Sekarang

Hal terakhir yang sempat menjadi curhatan oleh almarhumah kepada ibunya melalui telepon seluler yakni kondisinya yang sudah tak tahan lagi akibat perlakuan sang suami yang kerap kali memukulnya.

"Mama sempat ngomong ke saya, kalau adik saya sudah tidak tahan lagi dipukul dengan suaminya. Setiap marah pasti dia pukul. Sering sekali melapor ke Polisi. Tapi hanya sebatas dimediasi lalu diulangi kembali. Almarhumah sering dipukul di kepala sampai memar, leher dan bahu juga kena. Kadang jidatnya bengkak.

Sebelum kembali ke Sei Menggaris, almarhumah sempat telepon tetangganya, kalau dia takut masuk ke Sei Menggaris. 'Jangan sampai aku mati seperti ayam dipotong'. Itu perkataan terakhir almarhumah ke tetangganya," imbuhnya.

Penulis: Febrianus Felis

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved