Berita Tarakan Terkini

Kronologi Salam Ditemukan Selamat, 2 Hari Terombang-ambing di Laut, Buka Puasa hanya Minum Air Laut

Sujud syukur Salam ditemukan Tim SAR Tarakan, terapung di laut 2 hari, buka puasa hanya minum air asin.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Salam Candra (mengenakan baju oranye milik tim SAR) saat diwawancarai TribunKaltara.com di kediamannya di RT 7 Kelurahan Lingkas Ujung, Minggu (2/5/2021). TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH 

Namun saat personel tiba di lokasi terakhir Candra dihubungi, ia tak ditemukan oleh tim SAR. Personel tiba sekitar pukul 14.20 WITA saat itu.

Di tempat terpisah, Candra ternyata juga tengah berusaha mendayung menggunakan kedua tangannya untuk bisa sampai ke pulau terdekat. Menjelang Magrib, hari sudah gelap. Kondisi handphone android miliknya tersisa tak sampai 10 persen. Meskipun masih mendapatkan sinyal, saat itu tak pandai mengirimkan share lokasi dalam aplikasi WhatsApp. Ia meminta keluarganya dan istrinya untuk tak menghubungi handphone miliknya karena sudah dalam kondisi low baterai.

"Karena sudah gelap. Saya mau pakai buat senter buat penerangan. Di depan saya tidak kelihatan apa-apa," ujarnya.

Dalam kebingungan, kembali muncul secercah harapan. Ia melihat di depannya terdapat kelap kelip lampu berwarna merah dan putih bergantian menyala. Ia memutuskan mendekati lokasi itu. Dalam sangkanya, itu lokasi pemukat yang sedang menjaring ikan.

Salam Candra, korban yang menghilang dan terapung-apung selama dua hari di perairan Kaltara akhirnya ditemukan tim SAR, Minggu (2/5/2021).
Salam Candra, korban yang menghilang dan terapung-apung selama dua hari di perairan Kaltara akhirnya ditemukan tim SAR, Minggu (2/5/2021). (HO/SAR Tarakan)

Namun semakin ia berusaha mendekat, speedboat yang ia tumpangi semakin tak bergerak sama sekali. Ia mencurigai speedboat miliknya kandas di gusung. Namun itu hanya perkiraannya. Karena ternyata ia berada di antara dua gusung panjang. Itu berdasarkan penglihatannya di dalam kondisi kegelapan.

"Saya tidak kandas di gusung. Saya ada di tengah-tengahnya antara dua gusung panjang. Begitu air pasang saya dayung lagi menunu lampu merah," urainya.

Ia lokasi pemukat yang ia sangka ternyata kapal. Ia bermaksud ingin mendekati kapal tersebut agar bisa segera berbuka puasa.

"Maksud saya dekati kapal itu, mau minta air minumnya buat buka puasa biarlah terlmbat. Yang penting saya bisa buka. Eh tapi saya coba dayung speedboatnya tidak bisa," ungkapnya.

Padahal saat itu tidak sedang terjadi hujan. Satu jam sudah berupaya mendekati lokasi, speedboat tidak bergerak. Akhirnya ia menuruti saran saat ditelpon seseorang untuk membuang muatannya.

"Saya awalnya tidak bisa buang karena bukan ikan saya. Tapi ada yang menelpon katanya buang saja saya bilang bukan punya saya. Akhirnya saya buang sebagian. Besoknya lagi sebagianya baru saya buang," bebernya.

Lampu merah putih kelap kelip yang ia lihat satu jam kemudian redup. Kembali ia terombang ambing di tengah lautan. Tanpa tahu di mana posisi dan titik koordinat tempat ia berada. Meski ia sempat melihat pulau namun samar-samar, tetap tak bisa ia gapai. Itu karena speeeboat yang ditumpanginya tak bergerak menuju lokasi yang ia tuju.

Waktu berbuka pun sudah lewat. Ia yang dalam kondisi berpuasa belum bisa menenggak apapun lantaran tak membawa bekal makan dan minum.
Mau tidak mau, karena rasa haus, ia memutuskan minum air laut.

"Saya minum pakai dua tangan saya gayung dan dua kali saya ulang. Mau tidak mau," kenangnya.

Ia kelelahan dan akhirnya memutuskan untuk tidur. Dalam pembaringannya, ia sudah memasrahkan diri jika sampai malam itu ia tidak ditemukan.

"Hanya bisa pasrah. Mau diapa sudah. Tapi memang kalau ajalku belum sampai di sini aku pasti masih bisa hidup. Tapi kalau ajalku sudah sampai, pasrah sudah," ungkapnya.

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved