Berita Tarakan Terkini
Perayaan Waisak di Tarakan Berbagi Sembako Dengan Warga dan Pasukan Kuning
Tahun ini perayaan Hari Raya Waisak bagi umat Buddha akhirnya bisa berjalan walaupun dibatasi dan pelaksanaanya dibuat sederhana.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Tahun ini perayaan Hari Raya Waisak bagi umat Buddha akhirnya bisa berjalan walaupun dibatasi dan pelaksanaanya dibuat sederhana.
Berbeda dengan tahun 2020 lalu masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), perayaan hari raya seluruh umat termasuk Buddha ditiadakan karena puncak kasus pandemi Covid-19 masa itu menanjak.
Dibeberkan Utomo Goeynardi, Ketua Vihara Vajrah Bhumi Dwipa, sebenarnya pelaksanaan Hari Raya Waisak Rabu (26/5/2021) lusa tidak digelar ramai apalagi mengundang banyak orang.
Baca juga: Umat Buddha Wajib Tahu, Ini 3 Makna Penting Hari Raya Waisak yang Jatuh pada Rabu 26 Mei 2021
Baca juga: Ucapan Selamat Hari Raya Waisak Berbahasa Indonesia dan Inggris, Bisa Dikirim ke Keluarga & Sahabat
Meski demikian ritual sembahyang tetap dilaksanakan. Sebagian warga nanti bisa menggelar secara virtual di rumah masing-masing. Adapun yang akan dihadirkan saat hari perayaan hanya sekitar 20 orang.
"Paling orang vihara internal kami saja. Kalau kumpul ramai-ramai tidak bisa. Beda sebelum pandemi dibuat meriah," ungkapnya.
Dikatakan Utomo, sebelum pandemi, rangkaian acaranya cukup panjang. Biasanya pula akan ada banyak anak SD dan TK yang membuat kegiatan di vihara.
Adapun makna perayaan Waisak tahun ini dikatakan Semin, Sekretaris Vihara Vajrah Bhumi Dwipa, momen perayaan Waisak ini memberikan pencerahan kembali bagi Umat Buddha seperti yang tertuang dalam Trisuci Waisak.
" Trisuci Waisak ini memperingati tiga peristiwa penting,"sebut Semin.
Di antaranya pertama, lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 sebelum masehi (SM).
Kedua, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 SM.
Ketiga, Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada 543 sebelum masehi.

Semin melanjutkan, makna Waisak, Sang Budgha mencari obat untuk menyelamatkan umatnya dari penderitaan. Sehingga merelakan dirinya (walaupun berstatus sebagai anak raja) demi umat manusia.
"Makanya dia lepas jubah dan melaksanakan pertapaan hingga mencapai penerangan agung. Artinya dia ketika kita ingin bahagia mencapai ribana tentunya harus mendalami dharma dan mempraktekkannya dalam kehidupan," urainya.
Baca juga: Trisuci Waisak 2021, Perayaan Sejak Sebulan Lalu, Ini Persiapan Vihara Bodhi Sasana Jaya Malinau
Ia melanjutkan, sebelum pandemi, Waisak dilaksanakan begitu meriah. Secara umum rangkaiannya dilakukan sebulan sebelum hari perayaan. Mulai dari membersihkan altar dan ruangan lainnya.
"Dua tahun lalu kami ada kegiatan kesehatan dan donor darah. Juga ada baksos yang digelar orang dewasa di kami dan Sekolah Minggu," ungkapnya.
Dilanjutkan pada hari perayaan, ada permainan anak-anak dilanjutkan siangnya upacara mandirupang.