Banjir di Nunukan
Cerita Warga Sembakung Enggan Mengungsi Meski Rumahnya Digenangi Banjir 5 Meter, Ini Alasannya
Banjir di wilayah perbatasan RI-Malaysia, tepatnya Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan telah merendam 350 rumah warga tersebar di 8 desa.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Banjir di wilayah perbatasan RI-Malaysia, tepatnya Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan telah merendam 350 rumah warga tersebar di 8 desa.
Kabar terakhir banjir di wilayah Sembakung itu perlahan surut hingga sore ini setinggi 4,5 meter.
Puncak ketinggian banjir terjadi pada Kamis (27/05/2021), yakni hingga 5 meter dari ketinggian air normal 3 meter.
Meski banjir sudah menggenangi ruangan dalam rumah, warga Sembakung masih juga enggan mengungsi ke posko evakuasi yang telah disiapkan BPBD Nunukan dan tim relawan banjir.
Baca juga: Banjir di Nunukan Berangsur Surut, Warga dan Relawan Bersihkan Rumah Ibadah dan Kantor Pemerintahan
Baca juga: Belajar dari Peristiwa Banjir, Dandim 0910 Malinau Sebut Peran Pemuda dalam Upaya Mitigasi Bencana
Mereka lebih memilih tinggal di atas pungkau yang telah mereka siapkan ketika banjir datang.
Pungkau adalah ruangan dari papan yang dibangun tepat di bawah atap rumah.
Seperti yang dilakukan Kaharuddin, salah satu tokoh masyarakat di RT 006 Desa Atap, Sebakung.

Informasi yang dihimpun, dari 8 desa yang terendam banjir, Desa Atap banjirnya paling tinggi.
Kaharuddin mengatakan, sehari setelah lebaran Sembakung mulai diguyur hujan ringan.
Namun, banjir mulai tampak di permukaan bahkan berangsur menggenangi anak tangga rumahnya pada tanggal 15 Mei, siang.
"Hujannya tidak terlalu kuat juga. Tapi sebelumnya di Lumbis Hulu sudah dapat banjir kiriman dari Malaysia. Jadi begitu air naik di sana, otomatis Sembakung kena dampak juga.
Di tempat kami, tanggal 15 Mei siang, banjir sudah mulai menggenangi tangga rumah kami," kata Kaharuddin kepada TribunKaltara.com, melalui telepon seluler, Sabtu (29/05/2021), sore.
Baca juga: Sabu 8,5 Kg Lolos Masuk ke Nunukan, Kapolres Sebut Tak Mudah Menanggulangi, Ini Penyebabnya
Menurut Kaharuddin, puncak banjir di Sembakung terjadi mulai 24-27 Mei lalu.
Seperti biasa, ketika banjir datang Kaharuddin bersama empat orang keluarga intinya membuat pungkau, untuk ditempati selama 4 hari.
"Jadi selama 4 hari banjir menggenangi rumah kami. Tapi kami mulai naik ke atas pungkau pada tanggal 24-27 Mei.