Idul Adha 2021

Idul Adha 2021, Bolehkah Berkurban untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal? Ini Penjelasan Buya Yahya

Penjelasan Buya Yahya terkait pelaksanaan kurban bagi orang tua yang telah meninggal.

Editor: Amiruddin
Tribun Jabar / Gani Kurniawan
ILUSTRASI hewan kurban di salah satu peternakan di Bandung, Jawa Barat. Simak penjelasan Buya Yahya terkait pelaksanaan kurban bagi orang tua yang telah meninggal. 

TRIBUNKALTARA.COM - Jelang Idul Adha 2021, bolehkah berkurban untuk orang tua yang sudah meninggal ? Berikut ini penjelasan Buya Yahya

Tak lama lagi umat muslim bakal merayakan lebaran Idul Adha 1442 Hijriah.

Sesuai pengumuman Muhammadiyah, Idul Adha 1442 Hijriah jatuh pada Selasa 20 Juli 2021.

Saat Idul Adha umat muslim dianjurkan menyembelih hewan kurban.

Selain berkurban untuk diri sendiri, biasanya adapula orang yang berkurban untuk orang tua yang telah meninggal.

Lantas bagaimana hukum berkurban bagi orang tua yang telah meninggal?

Dalam artikel ini, TribunKaltara.com menyajikan penjelasan dari Buya Yahya terkait hukum berkuban untul orang tua yang telah meninggal.

Berkurban sangat dianjurkan agar dilaksanakan Muslim, karena pahala yang besar dan keutamaan yang diperoleh pula sangat baik.

Baca juga: Tips Menyimpan Daging Kurban agar Awet hingga 2 Bulan, Perlukah Dicuci sebelum Disimpan?

Lalu, bagaimana jika kurban yang dianjurkan untuk orang hidup, diniatkan untuk orang tua yang telah meninggal dunia?

Buya Yahya menjawab pertanyaan tersebut, menyebut bahwa kurban boleh saja diniatkan untuk orang tua yang telah meninggal.

Meskipun terdapat perbedaan pendapat dari pada ulama, bukan berarti kurban tidak bisa diniatkan untuk orang tua.

Penjelasan mengenai kurban ini dijelaskan Buya Yahya melalui postingan Instagram @buyayahya_albahjah, Minggu (13/6/2021).

"Bolehkah Berkurban Untuk Orang Tua Yang Meninggal? Buya Yahya Menjawab

Orang Tua seumur hidup hingga meninggal belum pernah berkurban, bolehkah anaknya berkurban untuk orang tua mereka?," tulis pada postingan.

Kurban Setiap Tahun bukan Sekali Seumur Hidup

Buya Yahya menjelaskan berkurban dianjurkan untuk dilakukan setiap tahun, bukan sekali seumur hidup.

Besarnya pahala kurban, pahala menyedekahkan seekor kambing pada saat kurban dengan menyedekahkan kambing di luar waktu kurban sangat jauh berbeda.

"Kurban adalah sunnah setahun sekali bukan sekali seumur hidup. Pahala kurban tidak sama seperti pahala sedekah satu kambing, pahalanya sangat besar," terang Buya.

Satu kambing untuk satu orang Muslim, sedangkan satu sapi untuk tujuh Muslim.

Namun, misalnya dalam keluarga seorang Muslim hanya memiliki kemampuan untuk bersedekah satu kambing, maka kewajiban satu keluarga terbayarkan dengan satu orang dalam keluarga yang berkurban.

Memang baiknya berkurban seluruh anggota keluarga, karena keutamaan dari berkurban sangat baik bagi seorang Muslim.

"Satu kambing untuk satu orang, satu sapi untuk tujuh orang, jika satu keluarga isinya delapan, maka delapan kambing, kalau hanya punya satu maka sembelih satu, paling tidak satu keluarga itu jangan tidak ada menyembelih," terang Buya.

Lalu, hukum berkurban untuk orang tua yang telah meninggal adalah boleh, apalagi orang tua telah berwasiat agar dikurbankan.

"Dalam mahzab Imam Hanafi, Malik dan Ahmad mengatakan boleh, biarpun tidak berwasiat, seperti orang yang bersedekah kepada orang tuanya.

Kalau dalam mahzab Imam Syafii, kalau berwasiat tidak masalah melakukan kurban, jadi kalau Anda ingin berkurban untuk orang tua, hukumnya adalah boleh dan sah," tutup Buya.

Baca juga: Ketentuan dan Cara Memilih Hewan Kurban Menurut Ustaz Khalid Basalamah, Umat Muslim Perlu Ketahui

9 Adab yang Bisa Diamalkan saat Idul Adha, Tidak Makan sebelum Salat Id

Sebelumnya diberitakan, sejumlah adab yang bisa diamalkan saat hari raya Idul Adha 1442 Hijriah.

Muhammadiyah menetapkan Idul Adha 1442 H jatuh pada 20 Juli 2021.

Beberapa adab yang diamalkan ini hukumnya sunnah.

Sehingga apabila dilakukan akan mendapatkan pahala.

Namun jika tidak dilakukan pun tidak akan berdosa.

Hari yang identik dengan penyembelihan hewan kurban ini berbeda dengan hari raya Idul Fitri.

Satu di antaranya soal adab yang dilakukan sebelum Salat Id.

Simak sejumlah adab di hari raya Idul Adha yang bisa diamalkan:

1. Mandi besar

Dari Nafi’, beliau mengatakan bahwa Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Adha sebelum berangkat ke lapangan. (HR. Malik dan asy-Syafi’i dan sanadnya shahih)

Dibolehkan untuk memulai mandi hari raya sebelum atau sesudah subuh.

Ini adalah pendapat yang kuat dalam Madzhab Syafi’i dan pendapat yang dinukil dari Imam Ahmad.

2. Memakain wangi-wangian bagi pria

Dari Ibnu Abbas, bahwa pada suatu saat di hari Jumat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya hari ini adalah hari raya yang Allah jadikan untuk kaum muslimin. Barangsiapa yang hadir jumatan, hendaknya dia mandi. Jika dia punya wewangian, hendaknya dia gunakan, dan kalian harus gosok gigi.” (HR. Ibn Majah dan dihasankan al-Albani).

3. Mengenakan pakaian yang paling bagus

Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan: Umar bin Khathab pernah mengambil jubah dari sutra yang dibeli di pasar. Kemudian dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Ya Rasulullah, saya membeli ini, sehingga engkau bisa berhias dengannya ketika hari raya dan ketika menyambut tamu. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menolaknya karena baju itu terbuat dari sutra. (HR. Bukhari, Muslim, dan an-Nasa’i)

4. Tidak Makan sampai pulang dari Salat Idul Adha

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berangkat menuju salat Idul Fitri sampai beliau makan terlebih dahulu, dan ketika Idul Adha, beliau tidak makan sampai salat dahulu. (HR. At Turmudzi, Ibn Majah, dan dishahihkan al-Albani)

5. Berjalan kaki ke lapangan dengan penuh ketenangan

Dari sa’d radliallahu ‘anhu, bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju lapangan dengan berjalan kaki dan beliau pulang juga dengan berjalan. (HR. Ibn majah dan dishahihkan al-Albani).

Baca juga: Contoh Pantun Idul Adha 1442 H, Lengkap Kata-kata Mutiara Bahasa Inggris Meriahkan Lebaran Haji

6. Mengambil jalan yang berbeda ketika pulang

Anjuran ini didasarkan pada kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah Muhamad SAW.

7. Tidak ada salat sunah sebelum ataupun sesudah salat Ied

Dari Ibn abbas,Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju lapangan ketika Idul Fitri, kemudian salat dua rakaat. Tidak salat sunah sebelum maupun sesudahnya. Dan beliau bersama Bilal. (HR. Bukhari dan al-baihaqi).

8. Mendengarkan khutbah setelah salat Ied

Mendengarkan khutbah setelah salat Id adalah sunah, ini didasarkan pada hadits shahih, bahwasanya Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya kami berkhutbah, barang siapa yang mendengarkannyamaka duduklah dan barang siapa yang ingin pergi maka pergilah." [H.R. Abu Dawud, An Nasai Dan Ibnu Majah]

9. Wanita haid tetap menuju ke lapangan

Dari Ummu ‘Athiyah radliallahu ‘anha mengatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar gadis yang baru baligh, gadis-gadis pingitan, dan orang-orang haid untuk menghadiri salat Idul Fitri dan Idul Adha…. Saya bertanya: Ya Rasulullah, ada yang tidak memiliki jilbab? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaknya saudarinya meminjamkan jilbabnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).  Saat wanita hendak menuju lapangan, diwajibkan mengenakan jilbab.

(*)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Idul Adha Sudah Dekat, Apa Hukum Berkurban untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal, Simak Penjelasannya, https://aceh.tribunnews.com/2021/06/15/idul-adha-sudah-dekat-apa-hukum-berkurban-untuk-orang-tua-yang-sudah-meninggal-simak-penjelasannya?page=all
Penulis: Syamsul Azman
Editor: Safriadi Syahbuddin
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved