Berita Tarakan Terkini
Sosok H Momo, Warga Sebatik Nunukan yang Turut Aktif dalam Penanganan Covid-19
Warga Sebatik Nunukan, H Momo ikut berperan aktif dalam penanganan Covid-19 di daerahnya.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Amiruddin
Akhirnya sejumlah nakes bisa menggunakan APD standar meskipun masih dalam bentuk desain produk buatan sendiri saat itu.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Nunukan Rabu 30 Juni 2021, Warga Terkonfirmasi Positif Corona Bertambah 16 Orang
“Selanjutnya kami kasih desain bagaimana standarnya, bahannya seperti apa dan oleh pengusaha di Sebatik pun memperjuangkan membantu untuk membuatkan APD tersebut,” bebernya.
Lalu memasuki April 2020, kasus konfirmasi positif mulai bermunculan di Nunukan tak terkecuali Kecamatan Sebatik.
Saat itu tercatat 9 kasus aktif. Klaster awal saat itu klaster jemaah tabligh yang berasal dari pelaku perjalanan asal Gowa, Makassar.
Karena sudah memiliki sejumlah persiapan, posko pun sudah terbentuk, tim saat itu mulai bekerja melakukan penanganan. Seluruh keluarga kontak erat kasus konfirmasi positif Covid-19 dikarantina.
Salah seorang tokoh masyarakat yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Sebatik saat itu yakni H Nuwardi Pakki atau dikenal H Momo, ia juga dikenal sebagai salah seorang pengusaha.
Kata Dokter Syahriful, H Momo saat itu kontribusinya dirasakan begitu membantu pihak satgas.
Ia mensupport penuh totalitas. Mulai dari membantu menyiapkan APD, kemudian sempat pula tim diberikan alat perlindungan diri berupa kalung yang dipercayai bisa menangkal penularan Covid-19.
Selanjutnya kegiatan vaksin flu dan vaksin pneumonia bagi 9 tenaga kesehatan yang benar-benar bekerja di garda terdepan agar mereka tetap bisa terlindungi dari Covid-19.
Inisiatif vaksin berasal dari H Momo yang membantu dalam hal penganggaran. Dari sisi medis lanjutnya, memang itu hanya untuk membantu memperkuat kekebalan tubuh bagi para nakes yang bekerja menghadapi pasien konfirmasi Covid-19.
“Karena saat itu gejala yang muncul kan flu dan pneumonia. Jadi minimal divaksin untuk membantu mengurangi gejala jika terpapar walau saat itu dua vaksin ini belum direkomendasi untuk menangani Covid-19. Ini hanya inisiatif saat itu,” ujarnya.
Biaya vaksinnya sendiri saat itu ditaksir bisa mencapai Rp 9 juta per dosis. Per dosis disuntikkan bagi nakes yang berhadapan kontak erat.
Lalu lanjut Dokter Syahriful lagi, saat melakukan tugas di posko, semua petugas dirapid antibody untuk mengecek kondisi kesehatan.
Saat itu harga rapid antibody masih mahal dan lagi-lagi oleh H Momo mendatangkan alat itu secara gratis untuk digunakan seluruh tim satgas yang bertugas di posko.
“Bisa dibilang kami sering sekali kontak erat dengan orang banyak saat itu. Harganya mahal sekali selain itu sulit sekali didapat,” jelasnya.