Berita Daerah Terkini
Peneliti Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Unmul Beber Tantangan Terbesar Pariwisata di Berau
Peneliti Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Unmul, Erwiantono ungkap beberapa hal yang perlu dibenahi dalam pengembangan wisata di Berau.
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Peneliti Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Unmul, Erwiantono menilai Kabupaten Berau memiliki inisiatif tinggi untuk memanfaatkan peluang mencari penghidupan dari sumber daya alam.
Pendapat itu diungkapkan dalam Talkshow Banyak Mangrove Banyak Rejeki. Menurutnya, Berau mencoba keluar dari stigma untuk memanfaatkan dan mencari penghidupan dari sumber daya ekstraktif.
Baca juga: Hotel Tolak Dijadikan Lokasi Isoman, Pemkab Berau Kembali Siagakan Ruangan RSUD Abdul Rivai & GOR
Namun, ada beberapa hal yang perlu dibenahi agar destinasi wisata ataupun ekowisata menjadi berdaya saing dan tidak bisa ditopang pada projek semata. Intinya, harus kompetitif dan mau ikut berbenah.
“Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk benar-benar mendapatkan penghidupan dari wisata alam, serta harus bekerja secara kolaboratif, entah dukungan dari pemerintah, maupun NGO, perlu sekali ada riset pasti,” jelasnya, Senin (2/8/2021).
Menurutnya ekowisata di berau memiliki landscape yang indah, namun dalam segi pelayanan masih harus lebih ditingkatkan lagi.
Lantaran, indikator dari keberhasilan suatu usaha adanya repeat order, atau kembalinya para berwisata ke lokasi mangrove yang tersedia di Berau.
Erwiantoro menuturkan, di era ekonomi kreatif banyak orang beralih tidak mengonsumsi barang tetapi pengalaman.
Dengan kata lain, kekuatan narasi disampaikan dalam ekowisata.
“Jadi kami melakukan riset, salah satunya untuk Mangrove di kawasan tanjung batu.
Hasilnya sudah terbagi dalam SWOT, baik dari analisa kepuasan, kebutuhan dan beberapa kinerja yang kurang optimal,” ungkapnya.
Misalkan di kawasan mangrove Tanjung Batu, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, seperti protokol kebersihan, sistem informasi, layanan parkir dan pendidikan lingkungan terkait ekologis.
Pada era khusus, yakni pandemi Covid-19, penanganan protokol kesehatan juga perlu diperbaiki.
Kemudian, yang terpenting bagaimana cara agar kriya maupun produk harus memiliki daya saing, diantara produk lainnya.
“Menurut hasil kami, bahwa pemandu wisata ini juga begitu penting di daerah ekowisata.
Sebab, harus ada transfer narasi yang menjelaskan secara detail rinci dan mengedukasi. Kemungkinan besar, hal itu akan memunculkan repeat order tadi,” ungkapnya.
Baca juga: Bulungan Masuk Perpanjangan PPKM Mikro, Pemprov Kaltara Sasar Perbatasan Berau
Erwiantoro juga mengingatkan, bahwa tamu yang datang sangat punya kesadaran untuk mendapatkan layanan. Itu menjadi sebuah tantangan untuk memenuhi ekspektasi.
“Jika pengelolaan ekowisata sudah baik, maka tinggal fokus pada tantangan ini. Kita harus ambil tantangan dan peluangnya,” tegasnya.
Sementara itu, tantangan tersebut tentu tidak mudah, perlu keterlibatan banyak pihak.
Begitu juga dia menjelaskan ada beberapa kekurangan dari pengembangan ekowisata di Kabupaten Berau. Seharusnya, ada tiga kelembagaan pemerintahan yang duduk bersama terkait ekowisata pesisir.
Yakni, Kementerian kelautan, lingkungan hidup dan pariwisata. Selama ini, rancangan 3 kementerian tersebut belum pernah menciptakan program bersama.
“Kalaupun ada program dari 3 kementerian tersebut, kontinuitas sangat perlu untuk tujuan akhir dan menghadapi tantangan,” tutupnya.
(*)
Penulis: Renata Andini