Berita Tarakan Terkini
Sosok Ihsan Rifki Mulyadi, Fisik Terbatas tapi Tetap Semangat Ikut Vaksinasi di Kodim 0907 Tarakan
Kondisi keterbatasan fisik Ihsan Rifki Mulyadi tak menyurutkan langkahnya menghadiri kegiatan vaksinasi anak yang digelar di Kodim 0907 Tarakan.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Kondisi keterbatasan fisik Ihsan Rifki Mulyadi tak menyurutkan langkahnya menghadiri kegiatan vaksinasi anak yang digelar di Kodim 0907 Tarakan, Kamis (19/8/2021) hari ini.
Ihsan Rifki Mulyadi tampak bersemangat saat namanya dipanggil naik ke atas panggung untuk melakukan suntikan vaksin Sinovac hari ini.
Dengan langkah kecil tergesa-gesa dan tak sabar, ia menaiki anak tangga panggung dan perlahan lahan duduk di kursi bersiap untuk disuntik.
Baca juga: Vaksinasi Anak Usia 12 hingga 17 Tahun Dimulai Hari Ini di Tarakan, 100 Dosisis Pertama Disuntikkan
Sembari memejam mata, kelihatan di wajahnya ada raut sedikit gugup namun tetap tersenyum di hadapan awak media dan teman-temannya yang tengah mengantre.
Akhirnya tibalah saatnya Rifki disuntik. Tak menunggu lima detik, ia akhirnya bisa bernapas lega. Akhirnya suntikan vaksin dosis pertama usai sudah. Setelah proses cap tanda selesai divaksin di kertas formular pendaftarannya, ia kembali perlahan menuruni anak tangga.
Rifki lahir di Kota Tarakan, 25 Juli 2008. Ia sedikit berbeda dan tak seberuntung anak lainnya yang terlahir normal. Kata Ngatinah, sang ibunda Rifki, ia lahir dalam kondisi saraf di bagian kaki mengalami gangguan. Itu kata dokter yang memeriksa Rifki saat itu. Dampaknya, keseharian Rifki tak bisa berjalan normal dan harus menggunakan alat bantu.
Baca juga: Vaksinasi Berlanjut, Bupati Bulungan Syarwani Harap Herd Immunity Segera Tercapai
“Kata dokter sarafnya kaku. Saya sudah selalu usaha mulai dari pengobatan medis dan terapi selain dokter juga ke dokter gigi, dokter tulang dokter anak dokter saraf,” urai perempuan kelahiran 14 Oktober 1970 ini.
Bahkan ia sudah berusaha membawa Rifki sampai ke Solo untuk berobat alternatif sudah diupayakan olehnya.
“Istilahnya kalau di Tarakan, dari ujung Amal sampai ujung Juata sudah kita kelilingi usaha mencari. Termasuk saya sudah rukyah juga,” ujarnya.

Sudah banyak usaha yang dilakukan sang Ibunda untuk Rifki. Adapun vonis dokter kata Ibunda, Rifki masih memiliki peluang untuk sembuh.
“Dengan sembuhnya dengan terapi. Tapi saat ini kami sudah pasra, usaha dan ikhtiar sudah dilakukan,” ungkap perempua beralamat di Jalan Lestari Kelurahan Karang Harapan, Kota Tarakan ini.
Jika nanti ada peluang untuk melakukan pengobatan, ia tak akan putus dalam usaha agar Rifki bisa mendapatkan keajaiban.
Baca juga: Cara Daftar Online Vaksinasi Covid-19 di vaksin.loket.com, Pilih Lokasi dan Waktu yang Sesuai
“Doa, solat malam, saya terima sebagai orang tua ini mungkin yang diberikan Allah. Tapi kalau ada peluang, ada keajaiban, alhamdulillah,” urainya.
Kata ibunda, Rifki memang sangat ingin menjalani vaksinasi. Ini juga upaya mendukung program pemerintah. Ini juga menjadi kewajiban maka harus mengikuti kebijakan pemerintah. Ia meyakini vaksinasi ini bertujuan baik.
“Insya Allah mudahan tetap sehat gak terjadi apa-apa dan dampaknya ke belakangnya itu harapan kita.Alhamdulillah anak saya juga mau divaksin,” ujarnya.
Ia juga menegaskan, tak khawatir apalagi ketakutan menjalani vaksinasi karena sudah memiliki pengalaman sudah pernah divaksin sebelumnya.
“Saya alhamdulillah sudah divaksin. Gak ada efeknya. Kalau daftar langsung ke panitia di Kodim tadi,” bebernya.
Adapun sejumlah persiapan sebelum membawa Rifki melakukan vaksinasi, sudah sarapan terlebih dahulu dari rumah. Kondisinya juga disiapkan fisiknya. Dan ia mengakui semangat Rifki cukup tinggi.
Rifki saat ini tercatat sebagai salah seorang siswa Kelas 7 Sekolah Luar Biasa (SLB) tingkat SMP yang berlokasi di Kelurahan Juata Laut. Rifki saat ini memasuki usia 13 tahun namun perawakannya memang terlihat seperti anak SD.
Rifki tak malu, dengan kondisi keterbatasan fisik yang dialaminya. Ia juga begitu ramah dan supel kepada semua orang yang mengajaknya berbicara.
“Kepada siapa pun dia tidak pernah merasa malu. Dengan kondisinya seperti ini. Dan saya juga tidak pernah mau menutup-nutupi kondisi anak saya,” beber Ngatinah.
Dua anaknya yang lain terlahir normal. Rifki adalah anak ketiga Ngatinah.Dengan kehadiran Rifki, ia juga sebagai seorang ibu sangat bangga, dan tak pernah merasa malu.
Seorang ibu harus mendukung apapun kondisi sang putra. Kata Ngatinah ini juga sebagai motivasi bagi orang tua lainnya yang sama-sama mengalami memiliki putra atau anak dalam keterbatasan fisik.
“Ini sebagai motivasi juga, orang tua harus terbuka hatinya bahwa kita dititipi sama Allah, dalam kondisi seperti ini kita jangan sampai menutupi menyembunyikan sehingga akhirnya dia juga memiliki rasa malu saat berada di luar,” urainya.
Orang tua harus berani menunjukkan kepada dunia, seterbatas apapun kondisi anak yang dilahirkan dari Rahim seorang ibu, adalah anugerah.
Ngatinah sangat bersyukur, karena selama ini, Rifki tak pernah minder bermain dengan teman-temannya. Dan Rifki juga memiliki sifat penolong yang cukup tinggi.
Rifki juga dikenal sangat periang. Saat ini ia masih menjalani sekolah daring karena kondisi pandemic Covid-19.
“Dua tahun ya pasti dibantu orang tua mengajari anak,” ujarnya.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Diburu Warga Malinau, Satgas Ubah Pola Pelaksanaan Vaksinasi untuk Cegah Kerumunan
Ini tampak terlihat saat awak media mewawancara Ihsan Rifki secara langsung. Di hadapan awak media, dengan sedikit malu-malu karena bertemu dengan orang asing, namun aura keterbukaannya kepada orang baru tampak terlihat.
Ihsan mengakui tidak begitu gugup saat melaksanakan sutik vaksin dosis pertama. Ia juga mengakui setelah divaksin tak merasakan apapun.
“Gak gugup. Cuma tadi pas jarumnya masuk sakit setelah itu tidak sakit lagi,” ujar Rifki.
Ia mengatakan lagi, sempat sarapan nasi kuning di rumah. Ia memang ingin sekali divaksin.
“Dikasih tahu ibu awalnya. Jadi langsung mau divaksin,” pungkasnya seraya tersenyum merekah.
(*)
Penulis: Andi Pausiah