Berita Internasional Terkini

Lahir di Iran, Gubernur Wanita Pertama Afghanistan yang DItangkap Taliban, Ini Profil Salima Mazari

Lahir di Iran saat perang Soviet di Afghanistan, Gubernur wanita pertama Afghanistan yang saat ini dItangkap Taliban, berikut profil Salima Mazari.

Dok VOA
Salima Mazari. (Dok VOA) 

TRIBUNKALTARA.COM - Lahir di Iran saat perang Soviet di Afghanistan, Gubernur wanita pertama Afghanistan yang saat ini dItangkap Taliban, berikut profil Salima Mazari.

Salima Mazari juga dikenal sebagai penentang Taliban atau anti Taliban.

Bahkan, secara terang-terangan, Salima Mazari membentuk milisi untuk melawan Taliban sejak tahun 2019 silam.

Ditangkapnya Salima Mazari, direspon oleh media lokal agar Salima Mazari segera dibebaskan.

Baca juga: Taliban Kuasai Afghanistan, Sejumlah Negara Bereaksi, Amerika, Inggris & Kanada Lakukan ini, Turki?

Gubernur Distrik Charkint di Afghanistan Utara, Salima Mazari, telah ditahan oleh Taliban.

Times of India melaporkan, mengutip laporan lokal.

Wartawan TV Afghanistan Nadia Momand juga mentweet, Mazari dilaporkan telah ditangkap oleh Taliban, dan menyerukan pembebasannya.

Mazari (40), merupakan gubernur di sebuah wilayah berpenduduk lebih dari 30.000 orang.

Dia telah merekrut dan melatih militan anti-Taliban untuk berperang melawan pemberontak sejak 2019, menurut The Guardian .

Mazari lahir di Iran pada 1980 ketika keluarganya melarikan diri dari Perang Soviet di Afghanistan.

Dia kembali ke negara itu beberapa dekade kemudian.

Dia diangkat menjadi gubernur di distrik Charkint pada tahun 2018.

Menjadikannya sebagai salah satu gubernur wanita pertama di kancah politik yang didominasi pria.

Dia telah menjadi kekuatan aktif dalam perang melawan Taliban.

"Kadang-kadang saya di kantor di Charkint, dan lain waktu saya harus mengambil senjata dan bergabung dalam pertempuran," katanya kepada The Guardian awal bulan ini.

Pada minggu pertama Agustus 2021, setengah dari distrik Mazari sudah berada di bawah kekuasaan Taliban.

Tetapi, dia telah merekrut 600 penduduk setempat untuk menopang pertahanan di distrik tersebut, menurut AFP, Kamis (19/8/2021).

Banyak dari penduduk setempat itu adalah petani yang menjual ternak mereka untuk membeli senjata, kata Mazari kepada AFP.

Baca juga: Afghanistan Dikuasai Kelompok Taliban, Indonesia Tidak akan Tutup KBRI Kabul, Ini Alasannya

Distriknya adalah salah satu dari sedikit yang terakhir berdiri sebelum seluruh negeri jatuh ke tangan Taliban, lapor India Times .

Selama pemerintahan Taliban 1996-2001, perempuan tidak diizinkan untuk bekerja atau pergi ke sekolah , dan harus didampingi oleh wali laki-laki ketika berada di luar.

Pekan ini, Taliban mengklaim mereka akan memberi perempuan lebih banyak kebebasan selama hukum Islam dipatuhi. Sikap itu yang disambut dengan skeptisisme yang meluas .

Berbicara kepada AP pada Sabtu (14/8/2021) Mazari mengatakan tidak akan ada tempat bagi wanita di bawah pemerintahan Taliban.

"Di provinsi-provinsi yang dikuasai Taliban, tidak ada lagi perempuan di sana, bahkan di kota-kota," ujarnya.

"Mereka semua dipenjara di rumah mereka," katanya kepada AP.

Pada Sabtu (14/8/2021), Zarifa Ghafari, Wali Kota wanita pertama Afghanistan, mengatakan kepada media Inggris iNews, dia hanya menunggu Taliban menemukannya .

Dia mengeluarkan pernyataan:

"Saya duduk di sini menunggu mereka datang."

"Tidak ada yang membantu saya atau keluarga saya."

"Saya hanya duduk bersama mereka dan suami saya."

"Mereka akan datang untuk orang-orang seperti saya dan membunuh saya."

"Saya tidak bisa meninggalkan keluarga saya."

"Lagi pula, ke mana saya akan pergi? tanyanya.

Baca juga: Brigjen TNI Tri Budi Utomo Komandan Baru Paspampres, Pernah Kawal Presiden Jokowi di Afghanistan

Sejumlah Negara di Dunia Bereaksi

Atas penguasaan itu, negara adidaya Amerika meminta kepada negara-negara di dunia bisa menampung pengungsi Afghanistan.

Sesuai data pula, saat ini Inggris telah menerima kurang lebih 20ribu pengungsi Afghanistan.

Kemudian, apa langkah yang diambil oleh negara dengan mayoritas penduduknya beraga Islam, seperti Turki, Pakistan, Indonesia dan Iran?

Sejumlah negara mengeluarkan reaksi beragam terhadap Afghanistan yang kembali jatuh di bawah kepemimpinan Taliban.

Sejak Taliban menduduki ibu kota Kabul pada Minggu (15/8/2021), sejumlah besar warga berbondong-bondong keluar dari negara.

Foto dan video yang menunjukkan warga Afghanistan menuju bandara dan berlarian di antara pesawat viral di media sosial.

Sejumlah negara berusaha mengevakuasi warga Afghanistan yang bekerja untuk tentara atau institusi mereka.

Namun ada juga yang menolak menerima para pengungsi ini.

Berikut reaksi beberapa negara terhadap konflik di Afghanistan menurut laporan Al Jazeera:

1. Iran Dirikan Tenda Darurat

Iran selama ini berbagi perbatasan dengan Afghanistan dan telah menampung sekitar 3,5 juta warga negara Asia Tengah ini, menurut badan pengungsi PBB.

Terkait konflik yang baru terjadi, Iran mendirikan tenda darurat di tiga provinsi yang berbatasan langsung dengan Afghanistan.

Namun setiap warga Afghanistan yang sudah memasuki Iran dan kondisinya baik, akan kembali dipulangkan, kata pejabat Kemenlu Iran, Hossein Ghassemi.

Baca juga: Pertama Kali Ditanam di Afghanistan, Simak 6 Fakta Menarik Seputar Wortel yang Jarang Diketahui

2. Pakistan Ingin Pengungsi Tetap di Perbatasan

PM Pakistan, Imran Khan, pada Juni lalu mengatakan akan menutup perbatasan dengan Afghanistan jika Taliban berkuasa lagi.

Ini karena Pakistan sendiri telah menampung 3 juta migran dari negara tetangganya ini.

Menteri Penerangan, Fawad Chaudhry, mengatakan pemerintah Pakistan mempersiapkan strategi untuk mengisolasi pengungsi di kamp-kamp sementara di dekat perbatasan untuk mencegah mereka masuk ke Pakistan.

3. Turki Bangun Tembok

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, pada Minggu mengatakan tengah bekerja sama dengan Pakistan untuk menjaga kestabilan Afghanistan dan mencegah eksodus pengungsi.

Pemerintah Turki telah membangun tembok perbatasan dengan Iran dalam beberapa hari terakhir.

Erdogan didesak lawan politiknya untuk menindak tegas arus masuk migran Afghanistan di perbatasan timur Turki.

4. Inggris Menerima 20.000 Pengungsi

Pada Selasa lalu, Inggris mengumumkan akan menampung 20.000 pengungsi Afghanistan hingga beberapa tahun mendatang.

Ini merupakan program baru yang memprioritaskan wanita, anak perempuan, dan komunitas minoritas lainnya.

Pemerintah mengatakan, 5.000 orang akan dimukimkan kembali di Inggris di tahun pertama program ini.

5. Kanada Menerima Pengungsi

Pekan lalu, Kanada mengatakan akan memukimkan kembali lebih dari 20.000 warga Afghanistan yang rentan.

Secara terpisah, program imigrasi khusus akan menawarkan perlindungan bagi ribuan warga Afghanistan yang bekerja untuk pejabat dan pasukan Kanada selama operasi di Afghanistan.

Baca juga: Tsunami Aceh 2004 Disebut Rekayasa Amerika Lewat Ujicoba Thermonuklir, Ahli BMKG Beri Penjelasan Ini

6. Australia Tidak Memiliki Rencana

Australia mengatakan tidak memiliki rencana untuk mengizinkan puluhan ribu pengungsi Afghanistan tinggal di negaranya, dengan alasan keamanan.

Namun, kata Perdana Menteri, Scott Morrison, Australia akan memberi warga Afghanistan setidaknya 3.000 visa selama setahun.

7. Swiss Menolak Pengungsi

Swiss mengatakan pada Rabu tidak menerima pengungsi Afghanistan dalam jumlah besar.

Namun akan meninjau permohonan suaka berdasarkan kasus per-kasus.

Visa kemanusiaan akan dipertimbangkan untuk orang-orang yang menghadapi "ancaman langsung, nyata, serius, dan mengancam jiwa", kata pemerintah.

Pelamar juga harus memiliki koneksi dekat dan terkini ke Swiss.

8. Austria

Menurut laporan Reuters pada 16 Agustus 2021, Austria menyarankan untuk mendirikan "pusat deportasi" di negara-negara terdekat Afghanistan sebagai alternatif pengungsi.

Menteri Dalam Negeri Austria, Karl Nehammer, pada Rabu mengatakan, Austria menjadi rumah bagi komunitas Afghanistan terbesar kedua di Uni Eropa dengan 44.000 warga Afghanistan.

9. Amerika Meminta Sejumlah Negara Menampung

Selama 20 tahun, Amerika Serikat terus menerima pengungsi Afghanistan meskipun jumlahnya menurun beberapa tahun terakhir ini.

Sebelum Taliban berkuasa lagi, pejabat AS mengatakan 15.000 warga Afghanistan telah dipindahkan melalui program Visa Imigran Khusus dan ada 18.000 lainnya yang prosesnya masih tertunda.

AS mengatakan evakuasi akan berlanjut dan tiga pangkalan militer siap menampung hingga 22.000 pengungsi.

Selain itu, AS juga mengalihkan pengungsi Afghanistan ke beberapa negara lain.

Diantaranya yaitu Uganda, Makedonia Utara, Albania, dan Kosovo.

Pada Senin lalu, Uganda menyatakan setuju untuk menerima 2.000 pengungsi Afghanistan dalam jangka waktu tiga bulan, setelah itu mereka akan dimukimkan kembali di tempat lain.

Makedonia Utara akan menerima 450 warga Afghanistan untuk sementara ini.

Sementara itu Albania, menurut laporan The Associated Press, akan menerima sekitar 300 warga Afghanistan.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Gubernur Wanita Pertama Afghanistan Ditangkap, Merekrut Gerilyawan Memerangi Taliban

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sosok Gubernur Wanita Pertama Afghanistan Ditangkap Taliban, Selain Ngantor Terkadang Ikut Perang

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved