Berita Bulungan Terkini
Ritual Tolak Bala Khas Suku Tidung di Baloi Adat Desa Salimbatu Bulungan, Panitia Jelaskan Makna
Ritual tolak bala khas Suku Tidung di Baloi Adat Tidung, Desa Salimbatu Bulungan, panitia jelaskan makna.
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Ritual tolak bala khas Suku Tidung di Baloi Adat Tidung, Desa Salimbatu Bulungan, panitia jelaskan makna.
Ratusan warga Desa Salimbatu berkumpul di Baloi Adat Tidung, Desa Salimbatu.
Warga berkumpul mengelilingi meja panjang yang di atasnya sudah tersedia ribuan ketupat.
Baca juga: Desa Salimbatu Bulungan Gelar Ritual Tolak Bala di Baloi Adat Tidung, Harap Jadi Destinasi Wisata

Setelah doa dipanjatkan tetua adat, ribuan ketupat tersebut dibagikan kepada tiap hadirin yang datang.
Kegiatan ini adalah bagian dari tradisi Tolak Bala yang rutin dilakukan oleh Suku Tidung setiap akhir bulan Safar penanggalan hijriah.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana Tradisi Tolak Bala, Ilhamsyah, tradisi sakral ini dimaksudkan untuk berdoa dan berharap kepada Tuhan agar dijauhkan dari segala marabahaya.
"Kegiatan ini adalah kegiatan yang kami sakralkan yang menjadi budaya turun temurun adat Tidung," kata Ilhamsyah, Rabu (6/10/2021).
"Utamanya untuk memohon doa sehingga kita dijauhkan dari segala marabahaya dan lainnya," tambahnya.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Kalimantan Utara Rabu 6 Oktober 2021, BMKG Prediksi Bulungan Bakal Cerah Berawan
Adapun jumlah 1.000 ketupat yang disediakan, Ilhamsyah mengatakan hal tersebut melambangkan kebersamaan antarwarga.
Hal ini juga sesuai dengan tema yang diambil pada tradisi Tolak Bala kali ini yakni
Pebais Rasa, Petawoy de Bala, atau mempertahankan kebersamaan untuk menjauhkan segala bahaya.
Sehingga dirinya berharap, kebersamaan dan persatuan antar suku dan agama di Bulungan juga dapat terus terjalin.
"Untuk 1.000 ketupat ini melambangkan kebersamaan warga di setiap kampung, jadi
kami berharap kebersamaan dan persatuan warga Bulungan apapun suku dan agamanya," ujarnya.
Tak hanya itu, dirinya juga berharap dengan adanya tradisi Tolak Bala, maka pandemi Covid-19 dapat berakhir.
"Dan dengan Tolak Bala 1.000 ketupat ini kami bermunajat berdoa agar pandemi ini bisa berakhir," harapnya.
Sementara itu, Ketua Desa Salimbatu Asnawi mengatakan, dilaksanakannya tradisi Tolak Bala pada bulan Safar tidak terlepas dari kepercayaan akan adanya hari naas.
Kepercayaan ini kemudian dijadikan sebuah tradisi turun temurun agar warga desa dijauhi dari bahaya.
"Kami mengikuti tradisi secara turun temurun, mungkin karena di bulan Safar ini ada hitungan hari naasnya," kata Asnawi.
Baca juga: Update Vaksinasi Kaltara Catat 226.773 Orang Disuntik Vaksin Covid-19, Cakupan Bulungan Tertinggi
"Memang secara sunnah Islam itu tidak ada, namun karena sudah bercampur dengan kearifan lokal jadi ada tradisi ini," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, pihak Desa Salimbatu berharap tradisi Tolak Bala dapat menjadi agenda dan daya tarik wisata.
Selain menjadi daya tarik wisata, dengan adanya tradisi Tolak Bala yang diselenggarakan secara meriah, maka sekaligus memperkenalkan warisan budaya yang ada di Desa Salimbatu, Tanjung Palas Tengah, Bulungan.
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official