Berita Nunukan Terkini
Geografis di Nunukan Buat Layanan Kesehatan Tak Maksimal, Ketua IDI:Kecuali Kemenkes Beri Helikopter
Kondisi Geografis di Nunukan Sebabkan Layanan Kesehatan Tak Maksimal, Ketua IDI: Kecuali Kemenkes Beri Helikopter
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Kondisi geografis yang terdiri atas pulau-pulau membuat layanan kesehatan di Kabupaten Nunukan tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Nunukan, dr Sholeh Rauf, mengatakan akses warga di perbatasan RI-Malaysia terhadap layanan kesehatan memiliki sisi yang dilematis.
"Sempat ada pasien ibu melahirkan dari Lumbis, mau dibawa ke Nunukan tapi terkendala transportasi ditambah biaya transportasi juga besar. Pilihan terakhir ke Malinau tapi penuh. Akhirnya dibawa ke Nunukan, tapi bayinya meninggal dunia," kata dr Sholeh Rauf kepada TribunKaltara.com, Minggu (31/10/2021), pukul 13.00 Wita.
Baca juga: Dilantik Jadi Ketua IDI Nunukan, dr Sholeh Beber Angka Kematian Ibu dan Anak Tertinggi di Indonesia
Menurutnya, kondisi geografis memang menjadi kendala utama bagi para dokter di Nunukan dalam meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat.
Namun, bukan berati tidak ada solusi terhadap masalah layanan kesehatan di Nunukan.
Baca juga: Ketua IDI Kaltara dr Franky Sientoro Beberkan Efektivitas Vaksin Pfizer dan Moderna Hampir Sama
"Ini tamparan keras buat kita. Sehingga pemerintah daerah harus sinergi dengan para dokter untuk mencari solusinya," ucapnya.
Lanjut Sholeh,"Memang masalah geografis ini agak susah dan jadi kendala utama. Kecuali Kemenkes mau beri kita helikopter ambulance atau speedboat yang laju," tambahnya sembari tersenyum.

Dokter spesialis anak di Nunukan itu menerangkan, proses lahiran bayi harus bisa ditangani lebih cepat. Bahkan bila berpotensi kematian, maka pertolongan kesehatan tidak boleh lebih dari satu jam.
"Kalau ini dibiarkan terus potensi kematian bayi akan terus meningkat. Kasian sama ibu-ibu yang sudah mengandung 9 bulan, tapi saat lahir bayinya tidak bisa diselamatkan. Walaupun sudah ditolong tapi tidak maksimal," ujarnya.
Baca juga: Ikatan Dokter Indonesia Kaltara Sebut Vaksin Sinovac Aman Karena Matikan Virus
Ia ceritakan sebulan yang lalu, ada pasien ibu melahirkan di Sei Nyamuk, Pulau Sebatik dengan berat bayi 1 Kg 3 Ons.
"Begitu dengar telepon dari rekan dokter di sana soal itu, saya bilang bisa nggak tiba satu jam di Nunukan. Kata rekan dokter mereka upayakan, ternyata tiba di atas dua jam hampir tiga jam. Kondisi bayi sudah tidak bagus lagi. Dirawat dua hari akhirnya meninggal dunia," tuturnya.
"Sebenarnya pertolongan pertama pada bayi itu 90 detik pertama, Insyallah itu aman. Waktu itu bukan lagi menit, tapi hitungan jam baru sampai di rumah sakit," ungkapnya.
(*)
Penulis: Febrianus Felis