Berita Nunukan Terkini

Sering Diusir Petugas Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Ibu Pedagang Kaki Lima ini Tetap Berjualan

Sering diusir petugas Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, ibu pedagang kaki lima ini tetap berjualan.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS
Basma (60) saat ditemui sedang duduk di trotoar Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, menunggu konsumen, Minggu (13/02/2022), siang. TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Sering diusir petugas Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, ibu pedagang kaki lima ini tetap berjualan.

Sering diusir petugas pelabuhan, ibu Basma (60) pedagang kaki lima di Nunukan tetap bersikeras berjualan.

Duduk di trotoar menunggu konsumen, ibu Basma memegang payung sembari sesekali mengelap keringat yang jatuh mendekati matanya.

Baca juga: Penumpang Terpantau Sepi, Ini Jadwal Speedboat Reguler Rute Nunukan-Tarakan Minggu 13 Februari 2022

Ia mengaku sejak pukul 10.00 Wita berjualan di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan.

Namun hingga siang tadi, ia baru mengantongi Rp50 ribu dari hasil dagangan minuman dan makanan ringan.

"Saya mangkal di pelabuhan kalau ada kapal yang berlabuh saja. Seminggu dua kali kapal masuk baik itu swasta maupun Pelni. Biasanya tiap hari paling rendah dagangan saya laku terjual Rp100 ribu," kata Basma kepada TribunKaltara.com, saat ditemui di sela menunggu pembeli, Minggu (13/02/2022), sore.

Ibu tujuh anak itu mengatakan sejak 1999 ia sudah menjadi pedagang kaki lima di Nunukan. Meskipun pada akhirnya pedagang kaki lima tidak diizinkan lagi berjualan masuk ke dalam pelabuhan, namun ia tetap bersikeras berjualan.

Bahkan, ia dan teman pedagang lainnya kerap kali diusir petugas pelabuhan.

"Dulu boleh masuk berjualan, sehari saya bisa dapat Rp500 ribu. Apalagi sebelum pandemi kapal resmi dari Tawau bolak-balik bawa penumpang. Sekarang pedagang tidak boleh berjualan di dalam ditambah penumpang pun berkurang," ucapnya.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Minggu 13 Februari 2022, BMKG Prediksi 4 Wilayah di Nunukan Diguyur Hujan Ringan

Lanjut Basma,"Tadi kami diusir, jadi pindah ke sini. Kalau tidak ada petugas masuk lagi kami," tambahnya.

Untuk bisa menjajakan barang dagangan di dalam pelabuhan, pedagang harus membayar biaya sewa Rp2 juta per bulan.

"Biaya sewa mahal Rp2 juta per bulan. Nda sanggup kami. Apalagi kalau penumpang datang langsung masuk. Mereka jarang ke lantai dua berbelanja," beber Basma.

Basma menuturkan sejak suaminya meninggal 2004 silam, ia dibantu anaknya yang bungsu untuk mengantarkan barang dagangannya ke pelabuhan.

"Anak saya yang bungsu belum menikah dan dia buruh pelabuhan juga. Jadi sering bantu antar barang dagangan ke pelabuhan. Semua barang ini saya beli lalu jual lagi. Kadang ambil punya teman lalu saya jualkan. Kalau belum laku dikembalikan," ujarnya.

Basma tak mengenal waktu untuk mencari bagi dirinya dan anak bungsunya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved