Berita Islami
Kisah Menarik di Balik Isra Miraj, Ini Doa Sambut Peringatan Turunnya Perintah Salat kepada Nabi
Berikut ini kisah menarik di balik Isra Miraj serta doa menyambut peringatan turunnya perintah salat kepada Rasululah SAW.
Merujuk buku Air Zamzam Mukjizat yang Masih Terjaga (Said Bakdasy, 2015), Malaikat Jibril membelah dada Nabi Muhammad dan ‘membersihkan’ hatinya dengan air zamzam sebanyak empat kali.
Pertama, saat Nabi Muhammad berusia empat tahun dan masih tinggal bersama dengan ibu susunya, Sayyidah Halimah as-Sa’diyah, di kampung Bani Sa’d.
Kedua, ketika Nabi Muhammad berusia 10 tahun. Dada Nabi Muhammad dibelah lagi saat usianya mendekati usia taklif (mukallaf).
Hatinya dibersihkan Jibril dengan air zamzam agar tidak tercampur dengan hal-hal yang dapat membuat seorang pemuda cacat.
Ketiga, ketika Jibril membawa wahyu pengangkatan nabi atau saat usia Nabi Muhammad 40 tahun.
Hikmah di balik pembelahan ketiga ini adalah agar Nabi Muhammad mampu menerima wahyu dengan hati yang kuat, bersih, dan diridhai. Keempat, ketika Isra Mi’raj.
Sesuai dengan salah satu hadits riwayat Bukhari, Jibril membelah dada Nabi Muhammad dan membersihkan hatinya—agar dipenuhi dengan iman- sesaat sebelum peristiwa Isra Miraj.
Baca juga: Terbagi 6 Kondisi, Ini Ketentuan Masa Iddah Perempuan dalam Islam
3. Buraq
Nabi Muhammad mengendarai buraq ketika dalam perjalanan dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsa Yerusalem, dan dari Masjidil Aqsa ke Sidrah al-Muntaha.
Kata buraq seakar dengan kata barq, yang berarti kilat. Mungkin saja itu menjadi isyarat bahwa kecepatan buraq seperti kilat atau cahaya.
Diriwayatkan bahwa ukuran tubuh buraq lebih kecil daripada kuda dan lebih besar dari bada bagal. Buraq melangkah sejauh matanya memandang.
4. Jasad atau roh
Ada tiga pendapat berbeda mengenai bagaimana Nabi Muhammad di-Isra Miraj-kan oleh Allah.
Pertama, Nabi Muhammad menjalani Isra Miraj hanya dengan rohnya saja.
Dalam Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2013), mereka yang berpendapat seperti ini berpegang pada keterangan Ummu Hani/Hindun binti Abi Thalib.