Masyarakat Ramai Migrasi ke Mobile Banking, Sejumlah Perbankan Mulai Kurangi Pengadaan Mesin ATM

ejalan dengan perkembangan teknologi, perubahan kebiasaan masyarakat turut meningkatkan kebutuhan terhadap berbagai layanan digital

Editor: Hajrah
Instagram/@bankbri_id
Ilustrasi layanan digital banking BRI 

TRIBUNKALTARA.COM- Sejalan dengan perkembangan teknologi, perubahan kebiasaan masyarakat turut meningkatkan kebutuhan terhadap berbagai layanan digital.

Tentunya dengan alasan praktis dan lebih mudah dijangkau membuat layanan digital lebih mudah diterima masyarakat.

Apalagi selama pandemi, transaksi perbankan melalui digital meningkat cukup pesat.

Masyarakat yang mengurangi mobilitasnya lebih memilih bertransaksi digital untuk mengakses perbankan ketimbang harus jauh-jauh ke mesin ATM.

Lantas, apakah transaksi melalui mesin ATM mulai ditinggalkan nasabah.

Meski investasi untuk pengadaan mesin-mesin ATM mulai di dirasionalisasi sejumlah perbankan namun bukan berarti bisnis dengan transaksi melalui mesin ATM dihilangkan.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengalami perubahan pola transaksi masyarakat ke arah transaksi digital melalui mobile banking dan internet banking turut mempengaruhi jumlah ATM perseroan.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, karena transaksi berubah ke digital, perseroan mencatat jumlah ATM berkurang 2.417 unit per akhir 2021.

"Hingga akhir tahun 2021, tercatat BRI memiliki 14.463 mesin ATM. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode sama tahun 2020 sebanyak 16.880 mesin ATM," ujarnya.

Secara alami, lanjut Oryza, akibat adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat, menyebabkan transaksi menggunakan mesin ATM akan berkurang seiring berjalannya waktu.

Baca juga: Aneka Program untuk Pelaku UMKM Disiapkan BRI, Bisa Naik Kelas sampai Tembus Level Koorporasi

Fitur ini memudahkan nasabah melakukan penarikan uang tunai di seluruh mesin ATM CIMB Niaga tanpa harus membawa kartu ATM/debit, sehingga lebih praktis, cepat, dan aman.

"Hal ini berbanding terbalik dengan transaksi digital banking yang terus meningkat. Di mana pandemi yang terjadi 2 tahun terakhir menjadi akselerator digitalisasi, sehingga mempercepat peralihan pola transaksi masyarakat," katanya.

Namun demikian, perseroan saat ini tetap melihat bahwa keberadaan mesin ATM masih relevan untuk digunakan di Indonesia.

Di masa mendatang, memang layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital, tapi waktu yang dibutuhkan agar digitalisasi beroperasi maksimal sekira 5 tahun hingga 10 tahun lagi.

"Fakta tersebut membuat kehadiran layanan perbankan konvensional saat ini masih dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat," pungkas Oryza.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved