Berita Islami
Jelang Bulan Ramadan 2022, Begini Hukum Berpuasa Tanpa Melaksanakan Salat 5 Waktu
Bulan Suci Ramadan 2022 segera tiba. Berikut ini hukum berpuasa tapi tidak melaksanakan salat fardu 5 waktu.
TRIBUNKALTARA.COM - Bulan Suci Ramadan 2022 segera tiba. Berikut ini hukum berpuasa tapi tidak melaksanakan salat fardu 5 waktu.
Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah memutuskan jadwal Ramadan 1443 H tahun 2022 Masehi jatuh pada 2 April.
Namun, pemerintah dan ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (UN) secara resmi belum mengumumkan jadwal Ramadan 2022.
Jadwal Ramadan 2022 diumumkan Muhammadiyah dalam Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang penetapan hasil hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah.
Namun bagaimana hukumnya mengerjakan puasa tetapi tidak mengerjakan salat?
Apakah seseorang yang berpuasa Ramadan tapi tidak melakukan salat 5 waktu bisa membatalkan puasa yang dilakukannya? Bagaimana jika dia sengaja atau tidak meninggalkan salat?
Baca juga: Kapan Jadwal Ramadan 2022? Ini Keputusan Muhammadiyah, NU dan Pemerintah Belum Mengumumkan
Wahid Ahmadi, Dai yang tergabung dalam Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jawa Tengah menjelaskan, ulama membedakan terkait tidak melaksanakan shalat lima waktu ini menjadi dua, yaitu meninggalkan karena ingkaran, dan kedua karena tahawunan atau malas.
Ingkaron artinya orang tersebut tidak melaksanakan shalat lima waktu karena mengingkari kewajiban shalat.
Salat merupakan kewajiban setiap muslim, sehingga harus ditunaikan.
Namun jika orang tersebut mengingkari kewajiban tersebut maka hal ini sudah tidak dianggap sebagai muslim.
"Kalau sudah mengingkari tidak dianggap sebagai muslim, kafir itu kalau mengingkari kewajiban salat," terang Wahid.
Untuk kasus ini, maka tidak wajib berpuasa, karena yang wajib berpuasa adalah orang mukmin.
Baca juga: Doa Menyambut Ramadan Diajarkan Ustaz Adi Hidayat, Disebutkan dalam Hadits Sahih
Di sisi lain, ada sebagian orang yang tidak melaksanakan salat tapi hatinya beriman.
Di sisi lain, ada sebagian orang yang tidak melaksanakan salat tapi hatinya beriman.
Dia juga mengakui bahwa salat itu wajib, hanya dia merasa belum bisa melakukan, inilah yang dinamakan tahawun atau mengabaikan.
Untuk kasus kedua, yakni meninggalkan karena tahawunan, tetap wajib untuk puasa dan puasanya sah.
Diharapkan dengan berpuasa itu maka orang tersebut akan melakukan shalat lima waktu.
"Karena berpuasa itu jauh lebih berat dari melaksanakan shalat. Jadi diharapkan dengan puasa, dia ikhlas puasa, dia niat karena Allah."
Baca juga: Cara Mengganti Utang Puasa Ramadan Orang yang Telah Meninggal Dunia Dijelaskan Ustaz Somad
"Kemudian Allah memberikan hidayah untuk akhirnya mudah terdorong menjalankan ibadah shalat 5 waktu," jelasnya.
Di sisi lain, bagaimana hukumnya jika seseorang hanya melakukan shalat lima waktu ketika di bulan Ramadhan saja?
Wahid menjelaskan hal itu tidak boleh karena telah itu merupakan tidak serius dalam beragama.
Namun berbeda, jika sebelum ramadhan tidak shalat lima waktu, dan setelah ramadhan orang tersebut shalat, itu merupakan peningkatan.
"Asumsinya, setelah Ramadan kan lebih ringan, karena tidak ada puasa, dia shalat lebih leluasa. Nah kalau setelah Ramadan dia kemudian malah meninggalkan shalat, ya itu main-main dengan agama," terangnya.
Ia menambahkan, jika hal itu dilakukan karena hanya sebatas iseng saja, maka dapat menjadikan batal keislamannya.
"Jadi tidak boleh shalat 5 waktu hanya Ramadan saja," kata dia.
Doa menyambut Ramadan
Doa tersebut bersumber dari riwayat imam at-Tirmidzi.
Baca juga: Cara Mengganti Utang Puasa Ramadan Orang yang Telah Meninggal Dunia Dijelaskan Ustaz Somad
Berikut lafal beserta arti dan penjabarannya doa menjelang ramadhan yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat.
اللهم أهله علينا باليمن والإيمان والسلامة والإسلام ربي وربك الله
Allahumma ahillahu ‘alainaa bil yumni wal Imani wassalamati wal islami Rabbi wa Rabbukallahu.
“Ya Allah mohon hadirkan awal ramadhan kepada kami dengan penuh ketentraman, dan dengan penuh kekuatan iman, sehat dan selamat, dan dengan kekuatan islam Rabbi wa Rabbukallahu.”
Dalam penjabaran tafsiran dari doa tersebut, kata Naa pada kalimat ‘alainaa merupakan kependekan dari kata Nahnuu, yang berarti kami.
Kata nahnuu merupakan kata ganti jamak (banyak) yang mengisyaratkan kepada umat muslim untuk menyertakan orang lain ketika melakukan kebaikan.
Sekalipun kebaikan itu melalui sebuah doa.
Kata bil yumni merupakan harapan atau permintaan pertama kepada Allah agar dapat menjalani bulan Ramadhan dengan keadaan hati yang tenang.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa ada sebagian orang yang tidak mendapatkan ketenangan hati ketika bulan Ramadhan tiba dengan berbagai alasan.
Seperti orang yang belum terbiasa berpuasa, orang yang memikirkan perihal ekonomi yang belum siap menghadapi pengeluaran di bulan Ramadhan, dan sebagainya.
Kata wal Imani merupakan permintaan kedua yang menjadi persoalan serius.
Ustadz Adi Hidayat memaparkan bahwa kata wal Imani dalam doa tersebut mengisyaratkan seakan-akan dalam Ramadhan kekuatan atau semangat iman cenderung menurun.
Baca juga: Doa di Waktu Pagi, Rutin Dibaca Rasulullah Agar Diberi Perlindungan Sepanjang Hari
“Hati-hati, ada isyarat dalam kalimat ini seakan-akan orang-orang yang kedapatan Ramadhan itu cenderung menurun spiritnya saat Ramadhan, bukan stabil,” ujar ustadz Adi Hidayat.
“Padahal di awalnya allah berikan kekuaatan iman yang sama,” sambungnya.
Ustadz Adi Hidayat mencontohkan perihal menurunnya spirit (semangat) iman tersebut seperti berkurangnya jumlah saf tarawih di masjid ketika pertengahan Ramadhan hingga seterusnya.
Kata berikutnya wassalamati yang berarti sehat dan selamat, merupakan permohonan untuk diberi kesehatan dan keselamatan agar tetap mampu menjalani ibadah di bulan ramadhan.
Wal Islami merupakan permohonan ke-empat yang dipanjatkan kepada Allah dalam doa tersebut yang berarti kekuatan islam.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan perbedaan antara kekuatan iman dengan kekuatan islam.
Kekuatan iman merupakan spirit atau semangat.
Sedangkan kekuatan islam merupakan ragam, jenis, banyak dan juga kualitas dari ibadah yang dilakukan.
Kalimat Rabbi wa Rabbukallahu merupakan kalimat yang menegaskan bahwa lakukan ibadah hanya karena Allah swt.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Berpuasa di Bulan Ramadhan tapi Tidak Mengerjakan Shalat, Bagaimana Hukumnya, Bolehkah?.