Berita Tarakan Terkini
Pencapaian Kinerja Hulu Migas Kuartal I 2022 Terkena Imbas Pandemi dan Invasi Rusia atas Ukraina
Kegiatan konferensi pers Kinerja Hulu Migas Kuartal 1 Tahun 2022 dilaksanakan, Jumat (22/4/2022) secara virtual dan tatap muka pagi hingga siang tadi.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Kegiatan konferensi pers Kinerja Hulu Migas Kuartal I Tahun 2022 dilaksanakan, Jumat (22/4/2022) secara virtual dan tatap muka pagi hingga siang tadi.
Ada tiga hal yang disampaikan langsung oleh Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas bersama jajaran manajemen.
Pertama persoalan situasi global yang saat ini tengah dihadapi tidak hanya di Indonesia tapi di dunia. Kemudian persoalan kinerja hulu migas pada kuartal I (Q1) tahun 2022 dan kemudian terakhir persoalan progress LTP tahun 2022.
Baca juga: Gelar Safari Ramadhan, SKK Migas & KKKS Kalimantan Utara Perkuat Kerja Sama dengan Insan Media
Mengawali paparannya, Dwi Soetjipto mengulas mengenai persoalan energi transisi. Secara global ditemui pada Q1 2022, mengenai pencanangan green global transisi energy.
Dimana, net zero emission memiliki target mengubah strategi perusahaan migas dunia dalam rangka memenuhi kebutuhan atau demand energi secara global.
Selanjutnya menyoal pandemi Covid-19 saat ini yang sudah mulai terkendali, ia berharap segera bisa berubah menjadi endemic. “Dan ini kaitannya pasti dengan demand minyak dan gas secara global,”urainya.
Dan kemudian situasi ketiga yang saat ini tengah dihadapi dimana efeknya sangat mendunia di tahun 2022 saat ini.
Dimana, terjadi krisis di Ukraina vs Rusia. Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan pasokan terbatas akibat sanksi Amerika dan Sekutu sehingga meningkatkan harga minyak dan LNG dunia.
Baca juga: Pemprov Kaltara Sebut Kejar Participating Interest di Blok Migas WK Tarakan, Rohadi: Kita Berproses
“Ini berdampak disetopnya aliran gas ke Eropa menjadi sangat berdampak dan berkaitan dengan harga dan kestabilan supply and demand di dunia sangat berpengaruh,” urainya.
Selanjutnya kata Dwi, menyoal kinerja hulu migas pada kuartal 1 (Q1) tahun 2022, dari sisi proyeksi harga brent, pada Q1 sempat melopat tinggi di angka $127,98 per bbl.
“Dimana proyeksi harga berbagai ahli dianalisa di Maret 2022, harga cukup tinggi. Bagaimana ke depannya, dari beberapa analisa ada garis yang terjeleknya seperti garis hijau yakni mild RU loss, OPEC status quo dan low case demand, tentu sangat terkait sejauh mana krisis di Ukraina akan bisa segera terselesaikan dan ini sangat tergantung waktunya terhadap hal tersebut,” ujarnya.
Kemudian lanjut Dwi, beberapa anlisa melihat kondisi ini memang masih terjadi naik turun. Kondisi pandemi Covid-19 saat ini tampak mulai mereda sehingga traveling sangat meningkat tajam.
Tentu ini akan mempengaruhi demand. Namun kembali lagi, di satu sisi suplai masih terganggu dengan krisis itu sehingga harga masih diperkirakan cukup tinggi dalam 1-2 tahun ke depan.

“Paling tidak 2022 dan 2023 diperkirakan harga rata-rata diharapkan bisa sekitar 100 dolar per barel atau $100 per bbl,” bebernya.
Ia melanjutkan, tingginya harga minyak dunia harus disikapi dengan sebuah kegiatan yang mengupayakan produksi migas semaksimal mungkin.
“Kami sudah upayakan kegiatan yang semaksimum mungkin. Q1 Maret 2022 reserve replacement ratio mencapai 42 persen . Kegiatan meningkat meski belum sangat mempengaruhi produksi dan lifting tapi perencanaan ke depan semakin agresif,” ujarnya.
Kemudian lanjutnya, 42 persen capaian itu juga dikarenakan adanya tambahan cadangan OPLL East Kal and Attaka, lalu POD 1 Bella dan adanya tambahan cadangan dari Sengkang.
“Penambahan cadangan mencapai 265 MMBOE. Komitmen investasi dari persejutan PDO dan OPLL sampai Q1 mencapai $6,3 miliar,” sebutnya.
Ia mengakui, lifting migas masih terkendala entry poin yang rendah di tahun 2022 karena dampak dari pandemic 2021.
Baca juga: Tak Ingin Ada Konflik Pengelolaan PI Blok Migas, Pemprov Kaltara akan Buat MoU dengan Kabupaten/Kota
“Kita loss 20.000 barel oil per hari dan kami sudah coba maksimumkan di 2022 tidak ada decline. Kalau masih terjadi decline dampak pandemic 2020, sudah ada upaya yang tetap akan dilakukan,” ujarnya.
Selanjutnya, kata Dwi, memasuki pembahasan mengenai realisasi produksi minyak, ada beberapa indikator penyebabt terjadi naik turunnya produksi.
Pertama karena danya dampak produksi, kemudian terjadinya kebocoran PHR power odd misalnya dimana penangkal petir bermasalah, ditambah EMCL sempat blackout karena ada sambungan kabel terbakar.
“Ini yang terjadi membuat terjadinya penurunan realisasi produksi minyak dan Februari mulai membaik dan Maret 2022.
Paling terlihat itu ada problem di EMCM, dimana ada pipa bengkok karena tanaah longsor. Sehingga saat itu, kekhawatiran ada hal berbahaya maka disetop dan dampaknya kita kehilangan 11.000 barel produksi minyak di Cepu,” jelasnya.
Kemudian membahas persoalan aktivitas utama hulu migas di 2022, pada kuartal yang sama dibandingkan 2021, jumlah pengeboran sumur eksplorasi dan sumur pengembangan dan workover dan well service jauh lebih tinggi.
Misalnya jika melihat di exploration drilling, mencapai 125 persen dari Q1 di 2021 lalu. Kemudian pengembangan development drilling bahkan mencapai 213 persen.
Lalu pengeboran di tahun 2022 jauh lebih besar dari 2021. Total di 2021 hanya ada 76 sumur dan sekarang mencapai162 sumur.
Baca juga: Kejar Target Pengeboran, SKK Migas Gelar Drilling Summit 2022
“Target 390 sumur insya allah akan lebih masiv lagi dan jumlah rate lebih besar ditambah teman teman KKKS.Workover membaik di angka 102 persen dan well servise di angka 13 persen. Aktivitas sudah terlihat adanya agresivitas,” pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah